Mohon tunggu...
Genoveva SekarJemparing
Genoveva SekarJemparing Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis lepas yang masih belajar sembari berkelakar

Halo, salam kenal ! Nama saya sudah tertera, setelahnya terserah anda ingin memanggil saya dengan kata yang mana. Genoveva, Sekar, atau Jemparing. Itu tidak terlalu penting. Terlebih penting, silahkan membaca sejenak hasil pemikiran di larut malam saya. Dengan harap-harap cemas, saya tunggu kritik, saran, atau respon Anda. Sampai berjumpa di dunia nyata dari saya yang sangat suka musik, alam terbuka dan senja.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"A Copy of My Mind": Potret Realita Dapur Penerjemah Film Bajakan Sekaligus Pemerintah di Ibu Kota

13 Oktober 2020   22:35 Diperbarui: 26 Oktober 2020   06:20 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sari kerap kali mengunjungi toko besar sekedar untuk melihat-lihat home theater dan bermimpi untuk bisa membelinya. Alek terkesan acuh akan mimpinya, tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk hanya sekedar memenuhi kewajibannya memastikan Budhe kost sudah makan malam. Berbanding terbalik, pelanggan tempat facial baru Sari merupakan politikus dengan kemewahan yang terlihat sampai ke lapas tempatnya ditahan.

dok.VCinema
dok.VCinema

Anda bisa menemukan perbedaan yang tampak jelas di antara tokoh-tokoh tersebut. Tokoh yang satu berkelimpahan dan masih haus kekayaan dengan memainkan uang masyarakat. Tokoh yang lain berjuang untuk sekedar bisa makan dan membeli minum botolan pinggir jalan.

Di sisi lain, beberapa adegan juga menunjukkan bagian 'kotor' dapur pemerintah. Lapas mewah seorang tahanan hingga bukti video rapat tawar-menawar pembelian hutan negara menjadi tanda mereka yang berkuasa bisa bermain dengan leluasa.

Ekonomi dan politik bisa dikatakan sebagai kesimpulan dari film setelah anda menonton. Mereka yang kaya bisa berkuasa, mereka yang miskin harus berjuang tanpa sadar sedang dikuasai.

Isu Sosial Di Tengah Kehidupan Sari dan Alek

A Copy of My Mind (2015) menceritakan kehidupan sehari-hari dengan sederhana. Rutinitas yang ditampilkan adalah kegiatan biasa, namun mendetail. Obrolan kecil, permasalahan ringan, gosip antar warga ditampilkan di samping alur utama.

Tangkapan layar pribadi
Tangkapan layar pribadi
Sepintas, segala macam isu sosial yang ada di negara kita ini terwakilkan dalam film. Di samping permasalahan ekonomi tokoh utama, ada pula permasalahan orang di sekitarnya.

Dalam film, anda bisa menemukan kehidupan harmonis penghuni kost atau rusun seperti mengantri mandi di pagi hari. Terdapat juga obrolan-obrolan ringan masyarakat pekerja seperti soal "dijemput siapa?", "kemarin saya dideketin om om, tapi saya jual mahal", hingga "enak kerja di sini udah enak kenapa pindah?".

Isu kesenjangan sosial juga ditunjukkan dari dua sisi yaitu Sari dan Alek. Sari yang berpindah kerja karena berharap gaji lebih besar dari tempat facial yang lebih berkelas. Sari yang bercita-cita membeli home theater untuknya pribadi. Sari yang memperkaya pengetahuan diri dengan membeli dan menonton CD bajakan. Dalam hal ini Sari terbilang masyarakat kelas menengah ke bawah yang ingin menaikkan derajatnya.

dok.Osaka Asian Film Festival 
dok.Osaka Asian Film Festival 
Sedangkan Alek hanya seorang pemuda yang mengalir mengikuti hidupnya. Tidak mengurusi kartu kependudukannya. Beruntung tidak perlu membayar kost. Menggantungkan hidupnya pada software penerjemah yang terkadang salah. Namun berpendirian kuat dan tegas bahwa orang-orang pemerintahan sudah tidak ada yang bisa dipercaya. Bisa dikatakan Alek adalah masyarakat pekerja yang keras kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun