Tindakan korupsi, sekecil apa pun, adalah bentuk pengkhianatan terhadap rakyat. Ini menunjukkan rendahnya integritas politik di tingkat akar rumput. Ketika desa yang mestinya jadi pondasi demokrasi justru menjadi tempat subur bagi korupsi, maka kita menghadapi persoalan yang jauh lebih dalam: krisis etika dan moral dalam kepemimpinan lokal.
Apa Pelajarannya?
Pancasila tidak akan berarti apa-apa jika tidak dihidupkan dalam tindakan nyata. Kita butuh lebih dari sekadar slogan. Perlu ada pengawasan yang lebih kuat, keterlibatan masyarakat dalam transparansi anggaran, serta pendidikan etika dan integritas bagi aparat desa.
Lebih penting lagi, kita harus kembali menanamkan bahwa menjadi pemimpin bukan soal kekuasaan, tapi soal amanah. Dan amanah adalah hal yang sangat sakral dalam nilai-nilai Pancasila.
Karena itu, saya percaya: memperkuat Pancasila sebagai etika politik bukan sekadar tugas pemerintah atau lembaga hukum. Ini tugas kita semua—sebagai warga negara yang ingin melihat Indonesia tumbuh dengan adil, beradab, dan bermartabat.
Catatan Penutup:
Tulisan ini bukan sekadar kritik, tapi ajakan untuk merenung bersama. Jika kita ingin membangun bangsa yang benar-benar berpijak pada nilai Pancasila, maka kita harus mulai dari bawah—dari desa, dari pemimpin lokal, dan dari nurani masing-masing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI