Dahulu, kau hanyalah idaman.
Kini kau dalam pelukan.
Mungkin kau gantung aku di dinding kamar,
Yang kau pandang dengan mata bersinar.
.
Kita sama-sama mengejar.
Kita sama-sama mendambakan.
Saat itu kau sendirian,
dan aku yang sedang berusaha tegar.
.
Galauku masih tampak.
Karena bersamamu harus dengan jarak.
Susah lalui dengan kau yang tak dekat.
Namun kau pahamiku dengan tepat.
.
Memilikimu, aku beruntung.
Kita sama-sama saling bergantung.
Selalu saling menolong,
meski dosa dan masa lalu tak henti menggonggong.
.
Ini bukan sajak-sajak romantis.
Hanya sekadar memuji.
Dirimu yang selalu ayu dan manis.
Seperti bunga yang indah tersaji.
***
(Gemo Gibran) Yogyakarta, 31 Juli 2022