Saya menemukan cerita rakyat yang tidak masuk akal. Lho, kok, apakah cerita rakyat perlu masuk akal, apakah perahu sebesar gunung Tangkuban Perahu dapat ditendang manusia? Apakah gunung Tangkuban Perahu benar berasal dari perahu?
Adalah Dapur Sastra, kembali menggarapa cerita rakyat dari Maleber, Kuningan: Legenda Batu Kasur Tilu. Dalam cerita itu, seorang anak bernama Utun tidak diterima oleh salah seorang keluarga kerajaannya: Ibu tirinya. Entah bagaimana caranya, ibu tirinya menukar Utun dengan seekor anjing. Akhirnya, sang ibu kandung Utun, menaruh Utun di sebuah gua di Leuwi Putri.
Di gua itu, tubuh Utun menguar cahaya, dan itu menarik sepasang suami-istri yang berprofesi sebagai petani: Ki Balantrang dan Nyi Balantring. Akhirnya Utun dirawat oleh mereka secara sederhana dan penuh kasih sayang. Utun sering ditidurkan di atas batu yang mirip kasur. Batu yang mirip kasur itu disangga oleh tiga batu di bawahnya. Dan, sampai sekarang, batu itu masih ada, disebut Batu Kasur Tilu. Lebih lengkapnya silakan klik tulisan biru di atas, atau kunjungi versi vidionya di sini.
Dari wikipedia, legenda adalah cerita rakyat yang berisikan tentang tokoh, peristiwa, atau tempat tertentu yang mencampurkan fakta historis dengan mitos. Secara fakta historis, adalah betul bahwa pada jaman dahulu Indonesia terdiri dari berbagai kerajaan. Dan mitos yang dicampurkannya, menurut saya, adalah cerita tentang Utun itu sendiri: menukar Utun dengan anjing, tubuh Utun menguar cahaya, dan Utun ditidurkan di kasur berbentuk batu: adalah murni rekaan.
Saya kira, definisi dari wikipedia itu kurang lengkap. Barangkali cerita rakyat diciptakan pertamakali bukan karena melihat fakta historis, lalu dibaurkan dengan imajinasi penggubah cerita. Melainkan, saya kira, kemungkinan besar cerita rakyat berangkat dari fakta material, materi, atau benda, lalu dicampurkan dengan fakta historis dan mitos (imajinasi).
Di jaman dulu, mungkin cerita Sangkuriang berangkat dari penglihatan sang penggubah cerita--yang entah siapa--yang melihat gunung itu mirip dengan perahu. Legenda Batu Kasur Tilu pun, saya kira, demikian. Sebagaimana seorang dengan imajinasi yang liar melihat batu mirip manusia bersujud; jadilah, cerita rakyat Malin Kundang.
Khusus alasan Utun ditidurkan di atas batu adalah mitos, saya punya dasarnya:
Pola Tidur Manusia Purba
Barangkali kamu akan terkejut, jika mendengar: ternyata manusia purba, khususnya di zaman batu yang penuh berburu dan meramu, manusia purba tidur hanya 6 jam. Tentu saja, ini menampik anjuran organisasi kesehatan dunia: tidurlah yang sehat, ya sekitar 8--9 jam perhari.
Pendapat saya bukan tanpa dasar, seperti yang dicukil oleh suara.com terhadap penelitian di Amerika Serikat dalam jurnal Current Biologi, edisi 15 Oktober 2015. Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa nenek moyang manusia tidur hanya 6,5 jam setiap malam. Para peneliti dalam penelitian itu memantau 98 orang selama 1.165 malam. Yang dipantau adalah beberapa masyarakat tradisional di Afrika dan Amerika Selatan, yang pola hidupnya dianggap sama dengan manusia purba. Masyarakat tradisional itu, yakni: Hadza di Tanzania, San di Namibia, dan Tsimane di Bolivia.
Dalam penelitian yang sama, sebagian besar masyarakat tradisional yang dipantau, mulai tidur rata-rata 3,3 jam setelah matahari terbenam. Dan, temuan lain, yang paling memengaruhi pola tidur manusia purba, adalah suhu udara.