Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng
Ahmad Sugeng Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta Sejarah Lombok

Lombok Files

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Deneq Wirabangsa (Pohgading dalam Babad Part 3)

24 Mei 2021   08:12 Diperbarui: 24 Mei 2021   08:30 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rentang waktu 1675 sampai dengan 1678, Selaparang banyak sekali terlibat dalam peperangan. Dari timur mengancam VOC dengan pasukanya. Tercatat pada 16 Maret 1675 meletus perang antara Selaparang dengan VOC.

Dari barat, Gelgel yang tidak rela Selaparang berlindung dibawah Goa, berusaha merebut kembali Selaparang. Tercatat pada 1677 dan 1678 terjadi pertempuran Selaparang dengan Gelgel. Dua kali usaha Gelgel tersebut berhasil dipatahkan Selaparang.

Pada tahun tahun itulah, Deneq Wirabangsa mendapat perintah dari raja Selaparang untuk berangkat ke wilayah barat pulau Lombok.

Misi utama dari ekpedisi ini adalah memantau dan mengawasi imigran dari Bali yang sejak kegagalan Gelgel menyerang Selaparang pada 1678, imigran ini mulai banyak berdatangan dan membentuk koloni di tanah tanah kosong yang ada di Lombok bagian barat.

Keberangkatan Deneq Wirabangsa disertai dengan pasukan kecil yang berasal dari Pohgading dan Batuyang.

Sesampainya di tujuan, Deneq Wirabangsa menempati sebuah tempat yang sampai dengan saat ini di kenal dengan Banjar Intaran.

Selanjutanya, bagaimana dan seperti apa interaksi Deneq Wirabangsa ini dengan beberapa klan Bali tidak banyak informasi yang saya dapatkan. Apakah sebenarnya yang terjadi pada masa itu? Saya belum menemukan jawaban yang pasti.

Kalau merujuk pada bukunya Fath Zakaria, kemungkinan Deneq Wirabangsa mengalami pertempuran dengan klan klan Bali yang mulai membesar. Yang mana dalam pertempuran itu Deneq Wirabangsa dan pasukanya mengalami kekalahan.

Lokasi pertempuran itu, dikenal dengan nama Pagutan. Pagutan dalam bahasa kawi berasal dari kata pagut dan apagut, yang berarti menyerang atau beradu.

Sedangkan menurut bapak Mubin Jaya S.Pd,salah seorang keturunan Deneq Wirabangsa yang ada di Karang Genteng, "Deneq Wirabangsa tidak pernah berperang melawan Pagutan". "Cerita di bukunya Fath Zakaria tidak mempunyai dasar". Begitu penegasan yang disampaikan.

Saya pribadi, berpendapat, sepertinya telah terjadi kesepakatan politik antara Deneq Wirabangsa dengan beberapa klan Bali, termasuk Pagutan. Hal ini saya dasari dari cerita, bahwa salah satu saudara perempuan Deneq Wirabangsa diambil menjadi istri oleh salah satu pemimpin klan Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun