Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Itu Mudah, Merangkainya yang Sulit

2 Juli 2020   14:49 Diperbarui: 2 Juli 2020   15:14 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Free-Photos from Pixabay

Budaya menulis sudah ada sejak berabad lampau lamanya. Ragam dan jenis tulisan pun sudah berevolusi, dari mulai bentuk tulisan berupa gambar dan simbol yang digoreskan di dinding gua atau sebongkah batu prasasti sampai tulisan berbentuk alfabet yang bisa digoreskan dengan stylus pen di smartphone atau tablet.

Pengenalan akan tulisan pun sudah sejak usia dini diberikan kepada manusia. Mungkin kita masih ingat tulisan awal kita pada saat usia balita yang masih berbentuk seperti ceker ayam yang tidak dapat dimengerti oleh siapapun yang membacanya kecuali kita.

Dari mulai kecil, sesungguhnya kita telah diajarkan mengembangkan intuisi kita lewat tulisan.

Intuisi itu tentunya tidak tergantung kepada bagus tidak nya cara kita menulis. Artinya bukan berarti semakin bagus tulisan kita seperti ukiran jepara menunjukkan semakin intuitif kita dalam menjalani kehidupan.

Isi dan makna dari tulisan itulah yang bisa mengasah intuisi kita.

Seperti tulisan resep dari seorang dokter yang kita serahkan ke apotek untuk ditebus, sang apoteker tentu saja tidak akan menilai gaya tulisan si dokter yang tidak terbaca oleh orang awam tapi dari isi tulisan itu yang terdapat ramuan obat yang bermanfaat buat kita.

Karena sudah sangat terbiasa dengan menulis, tentunya kita akan sangat mudah menuliskan apa saja di atas kertas kosong yang ada di hadapan kita sekarang.

Kita bisa menulis huruf abjad dari A sampai Z atau kalimat yang tidak bermakna asalkan kertas kosong itu penuh dengan tulisan kita.

Tapi apabila kita menulis dengan cara itu, kita tidak bisa melatih intuisi kita.

Huruf atau kalimat itu harus kita rangkai agar bisa bermakna bagi yang membacanya.

Bagi yang sudah terbiasa menulis, tentu akan mudah merangkai kata atau kalimat menjadi bermakna bahkan bisa sampai menjadi cerita yang indah sehingga mampu menyentuh sampai ke dalam jiwa pembaca nya.

Bagi yang belum terbiasa, tentu agak lebih sulit merangkai kata itu hingga bermakna apalagi sampai menjadi cerita.

Kesulitan untuk merangkai kata itulah yang bisa melatih intuisi kita karena dengan melakukan itu, kita bisa mempertajam serta mengasah daya pikir kita agar bisa melihat setiap makna dari sebuah kata dan bukan hanya memandangnya sebagai huruf hampa belaka.

Setiap beban pikiran dan keruwetan masalah hidup coba kita tuangkan dalam bentuk kata.

Orang lain mungkin tidak perlu tahu kata yang kita tuliskan karena mungkin di disana terdapat banyak sumpah serapah, kekesalan di jiwa kita yang terluka sampai kemarahan yang tertimbun dalam alam bawah sadar kita.

Jadikan kertas kosong itu sebagai tulisan jiwa kita, sebuah kata atau kalimat yang tidak bisa terucapkan karena tuntutan lingkungan sekitar kita.

Setelah selesai menulis, lihat kembali semua kata atau kalimat yang kita tulis, kemudian carilah makna di baliknya.

Kalau kita menulis kata marah, carilah penyebabnya kemudian tulislah lagi, begitu seterusnya.

Sampai kita bisa merangkainya menjadi sesuatu kata atau kalimat yang bermakna sehingga ketika kita membacanya, kita menjadi mengerti dan memahami diri kita yang sesungguhnya, apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan kita, bekal untuk kita bisa melangkah maju dalam hidup kita nantinya.

Kalau dengan berbicara, ada begitu banyak hal yang bisa di salah mengerti oleh orang sekitar kita tapi dengan menulis kata, cukup kita dan tulisan kita yang 'berbicara' karena terkadang hanya itu yang dibutuhkan untuk menaklukan dunia, dalam kita dan sekitar kita.

Jadi, mau mulai menulis bersama saya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun