Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahkan Inspirasi Mendapat Laba bisa Datang dari Laba-laba

24 Oktober 2017   08:37 Diperbarui: 24 Oktober 2017   08:52 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Sarastiana.blogspot.co.id

Namun biasanya ada teman berjalan kaki. Ada sekali hanya ia sendiri dalam hamparan perkebunan yang luas itu. Kalau gak salah hari Jum'at katanya. Ia memang sudah biasa tidak Salat, juga ada saja temannya. Kali itu lain, sebab ada pesta di Kampung makanya sepi.

Hari itu ia pulang lebih awal. Karena mendung menutup langit dan takut binatang buas. Di dalam perjalanan ia berhenti di peneduhen(baca: tempat istirahat). Ia melepas letih, menyandarkan tubuh lelahnya ke sebuah pohon, lumayan besar. Sesekali terngiang di kepalanya aral kelabu menimpanya. Ia sadar betul semua itu sebab ulahnya. Mengingat itu ia menangis katanya.

Masih dengan berurai air mata sambil memandang telapak tangannya yang kasar dan penuh luka lebam tiba-tiba perhatiannya teralihkan denging sayap serangga yang melintas di atas ubun-ubun. Spontan mengibasnya. Meleset.

Namun nasib buruk menimpa serangga malang yang mengganggu lamunannya, tepatnya meratapi nasib. Karena terjerat sarang laba-laba. Dengan buru-buru laba-laba mengambil tangkapannya. Entah sebab apa ia begitu hikmat menyaksikan aksi pencekalan kejam itu, padahal itu hal yang biasa, katanya.

Ada beberapa aksi disaksikan. Tiba-tiba dalam hatinya bertanya-tanya, "kalau manusia usaha apa yang sama dengan laba-laba, memasang jaring sederhana dan kemudian rizeki datang sendiri", lama ia meikirkan itu.

Ia pun dapat yang nyaris serupa. Biasanya para petani menjual Kopi ke Toke di Kota. Kenapa bukan ia yang jadi perantaranya, itu jawabannya. Dengan tekat bulat ia akan mencoba, didertai kepercayaan akan berhasil tentu saja.

Esok harinya ia ke Kota. Menemui mantan majikannya---Toke Kopi yang terpaksa memecatnya sebab kuantitas barang yang diperoleh kian menuju penurunan.

Setelah mengutarakan maksud, kesepatakan pun terjadi: jika membawa barang pada sang tuan, ia akan mendapat komisi.  Semakin banyak barang rupiah akan melimpah pula ke dalam sakunya. Hari itu juga ia langsung diberi modal awal.

Sore harinya, sepulang dari kota ia langsung memutus perjanjian mengikis rumput. Tapi karena ada kesan tidak terima dari yang bersangkutan, mungkin alasannya separuh upah telah diambil, ia mencari pengganti terangnya.

Kemudian ia langsung bertingkah seperti Laba-laba: menunggu di persimpangan jalan menuju kebun. Membawa timbangan dan goni. Meski awalnya petani yang ia cegat menganggapnya bercanda, tapi di hari permulaan itu juga sudah lumayan bayak barang didapat. Rumah yang dipinjam dijadikan gudang sementara, sampai besok pagi, karena tren untung ia pun menawarkan untuk disewa ke empunya.

Lama-kelamaan rizekinya tambah melimpah. Kadang ada saja petani melepas barangnya lebih murah. Itu jadi untung tambahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun