Mohon tunggu...
Sr. Gaudensia Habeahan OSF
Sr. Gaudensia Habeahan OSF Mohon Tunggu... Guru - Biarawati
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup ini indah, seindah saat kita dapat berbagi dengan sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Bukan Sebuah Perjalanan

8 Oktober 2020   22:18 Diperbarui: 8 Oktober 2020   22:28 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lima hari yang lalu saya dan teman-teman pergi refreshing ke puncak Siosar yang ketinggiannya 2000 kilo diatas permukaan laut. Yang namanya mendaki gunung tentu butuh energi yang banyak. Kami memulai perjalanan sekitar pkl 05.30 dari kaki puncak dan sampai dipuncak sekitar Pkl 12.00 wib. 

Melelahkan sekali. Ada juga beberapa dari teman memilih untuk berhenti ditengah jalan karena tidak sanggup lagi mendaki gunung itu. 

Namun,bagi saya sendiri mendaki puncak itu adalah sesuatu yang menarik dan menantang. Bukan terutama sampai pada puncaknya melainkan kemampuanku untuk menikmati setiap perhentian dan keindahan selama perjalanan membuatku sangat bersyukur dan bahagia. 

Pendakian itu ibarat perjalanan hidup setiap hari yang disertai dengan berbagai tantangan. Bahkan harus menanggung resiko yang berat dan siap terluka dikala jatuh atau dimangsa oleh predator.

Perjalanan dan pengalaman menuju puncak 2000 menjadi sesuatu yang menarik untuk saya refleksikan. Menarik karena perjuangan untuk sampai kepuncak itu bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan dan godaan yang menyertai perjalananku itu. Mulai dari tertawa,mengeluh, sampai menitikkan air mata. Bagi saya ini merupakan gambaran perjalanan hidup panggilan saya.

Kita tahu banyak orang mengatakan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan. Bahkan ada yang menggambarkan bahwa hidup adalah sebuah pendakian menuju satu puncak saja. 

Maka banyak orang pada akhirnya menempatkan dirinya atau keberadaannya sebagai sebuah garis yang berjalan menuju  satu tujuan saja. Kalau saya atau kita punya pemahaman yang sama bahwa berada dipuncak  adalah cita-cita atau tujuan  akhir seluruh hidup kita. Oleh karena itu seluruh tenaga dan seluruh pikiran dan fokus hidup  akan kita  arahkan pada akhir perjalanan itu yaitu puncak.

Kita tidak akan peduli bagaimana cara kita  sampai kesana yang penting  bahwa  kita bisa sampai pada akhir perjalanan  atau sampai pada puncak itu. Karena itu orientasi kita  adalah perjalanan menuju puncak . 

Kita tidak sungguh-sungguh hidup pada saat ini melainkan sebagian besar dari hidup kita sudah dipenuhi dengan imajinasi akan akhir perjalanan yaitu puncak. Singkatnya saya atau kita  sedang menjalani hidup masa sekarang ini  dengan pikiran pada sesuatu yang belum kita  raih dengan sungguh-sungguh.

Selain itu apa kelemahan dari pikiran bahwa hidup itu adalah sebuah perjalanan? Kalau kita tidak bisa sampai pada akhir perjalanan itu kita akan melihat bahwa hidup kita gagal. 

Setidaknya kalau kita tidak dapat meraih gelar,posisi,atau jabatan atau yang lain  yang kita anggap sebagai puncak dari kehidupan maka kita akan merasa bahwa kita sedang gagal menjalankan visi misi kita.  Sementara itu kita tau persis hidup itu  ibarat orang yang mendaki gunung . Bahwa hidup itu dipenuhi dengan berbagai kesukaran yang tersembunyi dan seringkali berakhir dengan sebuah kegagalan.

Oleh karena itu jangan memperlakukan hidup sebagai suatu perjalanan menuju satu tujuan saja . Sebaliknya mari kita coba pikirkan bahwa hidup itu adalah rangkaian titik-titik atau aneka perhentian yang saling terantai antara yang satu dengan yang lain. 

Ketika kita dapat melihat hidup sebagai aneka perhentian aneka rangkaian momen maka kita akan dapat menikmati setiap perhentian. Kemampuan untuk menikmati setiap momen dalam hidup kita itulah yang disebut hidup untuk saat ini.

Kita tidak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang belum nyata,untuk sesuatu yang belum pasti.  Kita juga tidak dibelenggu oleh rasa takut dan khawatir yang berlebihan. 

Karena tujuan mendaki gunung bukanlah untuk mencapai puncak melainkan menikmati setiap momen pendakian itu sebagai suatu kesempatan untuk berbenah diri. 

Kemampuan untuk menikmati yang terjadi saat ini adalah bagian dari  tujuan hidup.  Dalam hal ini akhirnya tIdak penting apakah kamu sampai puncak atau tidak sebab kamu akan melihat setiap momen perhentian itu dan dimaknai sebagai puncak dari hidup itu sendiri. 

Maka buanglah dusta kehidupan yang mengatakan bahwa hidup adalah sebuah perjalanan menuju satu puncak atau satu tujuan saja . Sebaliknya arahkanlah pandangan hidupmu,energimu, pada aneka momen,pada peristiwa kecil  yang kamu alami saat ini sebab itu adalah sesuatu yang bisa kamu lakukan dan nikmati saat ini. 

Lebih baik kamu menikmati momen kecil yang sederhana peristiwa kecil sebagai bagian dari hidupmu saat ini dari pada bayang-bayang akan perjalanan menuju puncak yang indah yang belum nyata kau alami.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun