"Bisnis kita sebenarnya bagaimana menyambung hidup dari hari ke hari"
Ada yang tidak berhasil kita tangkap prihal makna hidup, sesaat kita kembali dari dunia kita bekerja, pulang ke rumah dan sekarang duduk santai bersama keluarga.
Bersyukurlah bahwa anda kembali ke rumah hari ini menggendong sejumlah harapan, dipeluk oleh kebahagiaan. Syukurilah.
Namun, malam sebentar lagi berlalu. Kita segera masuk ke hari yang baru, dunia yang baru. Bisnis kita sebenarnya adalah bagaimana "menyambung" hidup dari hari ke hari. Tak lebih.
Anda dan saya mungkin termasuk yang bahagia menyambutnya. Ya, hari esok adalah fakta. Namun seperti apa hari esok kita hanya bisa pegang dalam rencana, angan-angan dan motivasi. Lukisan faktual mengenai cita rasa hidup kita masih sebatas rencana dan kehendak baik. Selesai.
Mungkin kita lelah. Lelah bukan karena kerja fisik, tetapi hati yang lusuh karena mendapati diri kita di jalan buntu, terperangkap dalam keputusasaan, tidak tahu lagi untuk apa hidup. Atau apa sebenarnya yang kita kejar. Kita berjuang atas nama siapa.
Satu satunya hal real yang masih menjadi penyemangat untuk siap berlari kencang di hari esok adalah dambaan dan harapaan. Tanpa dambaan dan pengharapan, hati bakal mengerut dan mati, lantas akan kehilangan martabatnya.
Membuka hari baru, tidak baik dikontrol oleh rasa ragu. Sebab bakal ada hal-hal ajaib yang kita cetak di hari yang baru sekali kita masih berharap.
Baiklah di penghujung hari ini, anda dan saya mengumpulkan "api pengharapan" dan mari kita terus pelihara agar berkobar-kobar oleh iman kepercayaan yang dijadikan aktif dalam cinta kasih Allah.
Ingatlah selalu bahwa dalam mencapai kebahagiaan pun, kerapuhan manusia menunjukkan keluhurannya, kalau kita berani mengundang Allah atas hidup kita.
Jadilah pribadi-pribadi yang berpengharapan.
Salam...