Waktu belajar telah ditetapkan secara disiplin oleh Ibu Dauni. Semua jadwal tertempel rapi di dinding kamar dan ruang tamu, namun rutinitas itu terasa sulit bagi Andri. Ia selalu butuh diingatkan.
"Andri, kerjakan dulu PR IPA-nya, baru sibuk yang lain, Nak," kata Ibu Dauni.
"Nanti, Bu," jawabnya singkat sambil terus asyik dengan ponselnya. Tanpa sadar, waktu berlalu begitu saja, dan rasa kantuk pun datang. Andri memilih untuk tidur.
Keesokan paginya, Ibu Dauni kembali mengingatkan, "Ayo bangun, Nak. Katanya mau kerjakan PR jam lima?"
"Nanti, Bu. Sebentar lagi," jawab Andri dengan mata yang masih terasa berat.
Ibu Dauni hanya bisa menggelengkan kepala. Ia menarik napas panjang dan mencoba tetap percaya pada anaknya.
Saat Andri bangun, ia buru-buru bersiap ke sekolah. "PR-nya sudah selesai?" tanya Ibu Dauni.
"Nanti saja di sekolah, Bu," jawab Andri lagi.
Di sekolah, ia langsung menghampiri Dedi, sahabatnya.
"Dedi, tolong, PR-ku belum selesai," kata Andri.
Dedi menggerutu, "Kebiasaan! Makanya jangan 'nanti' melulu." Sambil menyodorkan bukunya, Dedi berkata, "Cepat, keburu masuk gurunya."