Benar, dalam beberapa kasus, saya banyak membela Polri. Termasuk dalam kasus KM 50. Menurut saya pelaku pembunuhan terhadap enam laskar FPI bukan anggota Polri seperti keterangan yang justru disampaikan oleh pihak Polri sendiri.
Opini yang membela Polri dengan menarasikan pembunuh 6 Laskar FPI bukan polisi itu tidak diterima baik oleh kelompok kontra FPI maupun kelompok pro FPI.Â
Bagi yang kontra FPI, semua keterangan Polri benar seutuhnya. Sebaliknya, bagi yang pro FPI, Polisi telah berbohong yang melahirkan banyak kejanggalan, tapi pelaku pembunuhan adalah 3 anggota Polri sesuai keterangan pihak kepolisian sendiri.Â
Dalam sejumlah tulisan, saya memang membela Polri. Seperti:Â Soal Kelompok yang "Goreng" Isu Rohingnya, Tito Karnavian Benar!
Tapi, saya juga pernah mengkritik Polri. Baca: Aneh, Kapolda Jabar Bisa Kecolongan Bentrok FPI dan GMBI
Saat masyarakat menyoroti kasus "kopi sianida" yang menewaskan Jessica, saya pun turut mendukung kompasianer dengan nama akun Fadli Zontor yang mengkritisi keterangan yang disampaikan Polri.
CCTV dalam Kasus Munir, 6 Laskar FPI, dan Brigadir J
Tidak perlu menuliskan lagi soal CCTV dalam kasus tewasnya Brigadir J. Tapi, terkait CCTV ada persamaan antara kasus tewasnya Brigadir J, tewasnya 6 Laskar FPI, dan tewasnya Munir.
Dalam peristiwa tewasnya enam Laskar FPI, polisi mengatakan bila close circuit television (CCTV) di lokasi tempat penembakan tersebut diketahui tidak berfungsi alias mati.Â
Keterangan dari pihak Polri itu direspon PT Jasa Marga. Melalui anak usaha yang bergerak di bidang pengoperasian jalan tol, PT Jasa Marga Tollroad Operator (JMTO), Jasa mARGA menjelaskan bahwa ada TERJADI gangguan pada link jaringan backbone CCTV/Fibre Optic di Jalan tol Jakarta-Cikampek Km 48+600 sejak hari 6 Desember 2022 pukul 04.40 WIB.Â
Sedangkan peristiwa tewasnya enam laskar FPI terjadi pada 7 Desember 2022 dini hari. Jadi, CCTV Tol Jakarta-Cikampek mati hanya kurang dari 24 jam sebelum peristiwa terjadi.
Dalam kasus tewasnya Munir pada 6 September 2004, CCTV tidak merekam aktivitas Munir di Bandara Soetta sejak sejak datang di bandara, boarding, dan take off menuju Belanda. Di Soetta, ketika itu, ada 600 titik CCTV yang harus diawasi. Tapi, hanya diawasi oleh dua operator dengan menggunakan sistem random.