Menurut sejumlah media, almarhum sempat menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Sultan Daeng Raja Bulukumba selama dua pekan, sebagai pasien umum. Namun karena harus menjalani tindakan operasi, pihak keluarga memutuskan untuk menggunakan jalur BPJS. Pihak rumah sakit mengaku sempat melarang keluarga membawa pasien karena kondisi kesehatan, dan menyarankan mengurus surat keterangan tidak mampu.
Peristiwa, bahkan bisa dikatakan sebagai tragedi, penolakan rumah sakit terhadap pasen yang tidak memiliki BPJS bukan berita baru. Sebelumnya beredar kabar tentang bocah berusia 2,9 tahun asal Sumedang, Jawa Barat, bernama M Rizki Akbar yang tahun meninggal kelainan jantung. Rizki ditolak oleh enam rumah sakit di Jakarta dan Tangerang.
Rumah sakit memang kerap kali menolak pasien BPJS. Ada sejumlah alasan yang biasanya dikemukakan. Biasanya, RS beralasan tidak ada kamar kosong yang mampu menampung. Alhasil, pasien pemegang BPJS yang notabenenya dari kalangan bawah harus kembali pulang sembari gigit jari.
Berita-berita itu pastinya membuat Johnny Plate prihatin. Namun, sebagai menteri yang membawahi bidang komunikasi dan informasi, Johnny Plate tidak memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait layanan BPJS.
Tetapi, sebagai warga negara, Johnny Plate memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan kegelisahannya itu. Dan, cara yang diambil oleh Johnny Plate adalah dengan meluntarkan satire.Â
Lewat satire keterkejutan Marc Marquez ditolak RS karena tidak memiliki BPJS, Johnny Plate dengan cerdas dan bijak menyentil BPJS yang lebih mendahulukan prosedur ketimbang layanan kesehatan.
Jika saja media menangkap keterkejutan Johnny Plate itu sebagai sebuah satire, tentu lebih berdampak positif. Dan, bola satire Johnny Plate itu berpotensi menggelinding lebih jauh hingga mendesak pemangku kebijakan mengubah layanan BPJS.Â