Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demo 22 Mei: Selain Aksi Teroris, Ini juga Harus Diwaspadai

21 Mei 2019   10:27 Diperbarui: 21 Mei 2019   10:33 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi Kompas.com

Demo 22 Mei, seperti yang diinformasikan sejumlah media, rencananya bakal digelar oleh pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno selama empat hari berturut-turut yang dimulai pada 22 sampai 25 Mei 2019.

Rencananya massa pengunjuk rasa akan mengepung kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan juga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang berlokasi di Jakarta.

Pada aksi kali ini, massa akan menyuarakan penolakannya terhadap hasil Pilpres 2019 yang sudah pasti dimenangkan oleh pasangan nomor urut 01Jokowi-Ma'ruf Amin yang berhasil meraih 55,41 suapa pemilih.

Seperti aksi-aksi sebelumnya, seperti Aksi 411, Aksi 212, dan aksi-aksi sekuelnya, demo 22 Mei juga dimotori oleh kelompok yang menyebut dirinya sebagai ulama.

Dan, sebagaimana aksi-aksi sebelumnya, demo 22 Mei ini diperkirakan akan diikuti oleh ratusan ribu massa yang datang dan juga didatangkan dari sejumlah daerah.

Dengan demikian, ada ratusan ribu massa pendemo yang menumpuk di dua titik  selama empat hari berturut-turut. Karenanya aksi unjuk rasa kali ini berbeda dari aksi-aksi sebelumnya yang hanya berlangsung selama satu hari.

Bedanya lagi, jika pada saat aksi-aksi sebelumnya, massa masih menyimpan harapan akan terjadinya suksesi secara konstitusional dari Presiden Jokowi ke presiden terpilih hasil Pilpres 2019, pada aksi kali ini harapan tersebut sudah menguap sejak sejumlah lembaga survey merilis hasil hitung cepatnya.

Bagi massa pengunjuk rasa, satu-satunya cara untuk menggolkan keinginannya hanyalah lewat aksi jalanan. Tetapi, aksi jalanan tidak akan mampu mendorong jatuhnya Jokowi dari kursi pemerintahannya. Untuk itu dibutuhkan kemarahan massa sehingga dapat memicu terjadinya chaos.

Singkatnya dalam aksi kali ini, massa pendukung pasangan nomor urut 02 akan digiring untuk dapat mem-Mei 98-kan Jakarta dan mem-Soeharto-kan Jokowi. Lebih dari itu, jika aparat keamanan gagal dalam meredam kerusuhan, kemarahan massa akan disalurkan untuk men-Suriah-kan Indonesia.

Dari sejumlah unggahan di jejaring media sosial, terbaca jika massa yang datang pada demo 22 Mei telah menyatakan dirinya bersiap untuk berjihad alias siap untuk mati.

Jadi, sejak 22 Mei 2019 ada ratusan ribu massa di ibu kota Jakarta yang berpotensi menimbulkan kerusuhan massal. Dan, sebagian dari mereka sudah bersiap menjadikan dirinya sebagai martir pemicu chaos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun