Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerbung: Sekte Laknat Malam Tahun Baru di Hotel Marun Biru (2/3)

4 Januari 2023   20:50 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:34 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto ilustrasi: Robert Wiedemann / Unsplash)

Usai mandi, ia merasa ingin mengobrol lagi dengan Lala, adiknya. Ia melihat proses pengisian daya ponselnya sudah mencapai 40 persen. Rasanya cukup kuat untuk melakukan panggilan video sekali saja. Tadi sebelum baterai ponselnya melemah, Lala mengatakan belum bisa tidur lantaran masih terganggu suara petasan yang diledakkan di sekitar rumah mereka.

Sara melepaskan kabel charger, lalu menyalakan ponselnya. Setelah mengetuk layar ponselnya beberapa kali, muncul wajah adiknya yang ternyata masih belum tidur jua.

Sara menyandarkan ponselnya di vas bunga. Ia mengambil pengering rambut dari toilet lalu duduk di ranjang sambil mengeringkan rambutnya. Mereka berbicara tentang banyak hal.

Setelah mengeringkan rambutnya, ia meminum teh yang sudah tidak hangat lagi itu dan menghabiskan semuanya. Sara mengatakan kepada adiknya kalau teh itu buatan temannya yang bernama Katy. Sara juga menceritakan tentang ajakan Katy menjelajahi hotel itu dini hari yang ia tolak.

Mereka melanjutkan obrolan hingga Sara merasakan kantuk yang amat sangat. Ia mengembalikan pengering rambut itu ke toilet lalu menghempaskan dirinya ke ranjang dengan posisi tengkurap.

Sara mulai memejamkan kedua matanya dan segera melihat banyak hal di kedua pelupuknya, semua memori masa lalu yang pernah ia rindukan. Ia berjumpa dengan beberapa sahabatnya semasa sekolah dulu. Mereka adalah sahabat-sahabat yang lugu yang tidak memiliki motivasi apapun selain ingin bermain bersama.

Ia juga melihat almarhum ayahnya yang masih tampak muda sedang berteriak kepadanya. Ia ingat kala ia belajar sepeda roda dua dan masuk ke selokan depan rumah. Ayahnya tertawa melihat tubuhnya yang serba hitam tertutup tanah selokan.

Ia juga melihat Lala yang masih bayi. Sara ingat dulu ia suka menggoda adik perempuannya itu hingga menangis karena sangat gemas. 

Tak heran ibunya kerap marah-marah kepadanya, sampai-sampai memberinya hukuman tidak boleh bertemu dengan sang adik hingga ia berjanji untuk tidak mengganggunya lagi.

Lamat-lamat Sara mendengar pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Ia berusaha membuka kedua matanya tapi kelopak matanya terlalu lemah dan hanya membuka kurang dari setengah. Pandangannya yang kabur sempat menangkap gerakan beberapa orang.

Sara ingin berteriak tapi entah mengapa tubuhnya tidak berdaya. Tiba-tiba pandangannya gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun