Petenis putri nomor satu dunia, Iga Swiatek dari Polandia, tampaknya semakin tangguh dan matang. Setelah sukses di musim hard court dengan merebut tiga gelar secara berturut-turut, minggu lalu ia berjaya turnamen lapangan tanah liat khusus putri Porsche Tennis Grand Prix 2022 di Stuttgart, Jerman. Pencapaiannya tersebut sungguh luar biasa.
Di babak final turnamen WTA 500 tersebut, Swiatek mengalahkan unggulan ketiga Aryna Sabalenka dari Belarus dengan dua set langsung 6-2, 6-2. Dalam perjalannnya ke babak final, Swiatek hampir tersingkir di semifinal dimana ia harus bertarung tiga set melawan Ludmilla Samsonova (Rusia). Tetapi pertandingan lainnya dapat ia selesaikan dalam dua set.
Sementara itu Sabalenka berharap dapat juara di turnamen ini. Tahun 2021 lalu ia menjadi runner-up setelah kalah dari Ashleigh Barty dari Australia. Ternyata harapannya kembali pupus.
Perjalanan Sabalenka ke babak final cukup berat. Ia bertanding rubber set sebanyak dua kali, pertama di babak 16 besar ketika menghadapi juara grand slam US Open 2019 Bianca Andreescu dari Kanada. Kedua ketika melawan Anett Kontaveit dari Estonia.
Sejak set pertama Swiatek terus menekan Sabalenka dengan berbagai cara. Sabalenka juga bermain taktis lewat pukulan-pukulan tajam di bidang lawan. Di game pertama saja sudah terjadi deuce. Pada situasi advantage bagi Swiatek, Sabalenka mampu mematahkannya lewat drop shot manis yang tak terkejar oleh Swiatek.
Pada akhirnya Swiatek dapat merebut game pertama dan kedua. Di game ketiga, Sabalenka lagi-lagi mampu membuat deuce lewat pukulan bakhand down the line-nya yang mantap, meluncur deras hingga tak dapat dikejar oleh Swiatek. Akan tetapi Swiatek mampu menggeliat dan merebut game ini.
Meski Sabalenka dapat merebut dua angka, pada akhirnya Swiatek mampu memenangkan set pertama dengan 6-2. Ketika kedudukan 5-2, Swiatek nampak percaya diri saat unggul 40-15. Set pertama pun selesai setelah servis Sabalenka menyangkut di net.
Set kedua game pertama diwarnai dengan reli-reli panjang. Pada situasi seperti ini, pemenangnya adalah yang paling taktis atau yang paling kuat bertahan. Kedua pemain mengeluarkan jurusnya  masing-masing. Pada akhirnya backhand Sabalenka yang terlihat lemah menyangkut di net. Swiatek pun meraih angka pertamanya di set kedua.
Di game kedua, Sabalenka mampu membuat deuce lagi. Tentu saja ini membuat Swiatek merasa gusar. Drop shot Sabalenka cukup berbahaya, sampai membuat Swiatek terkecoh. Di game ini Sabalenka bermain apik sehingga mampu memenangkannya lewat pukulan forehand yang tepat menyentuh baseline.
Sabalenka mampu merebut game keempat, sehingga kedudukan set kedua menjadi 2-2. Di game ini, Sabalenka bahkan menciptakan love game yang ditutup dengan forehand-nya yang meluncur mulus di area kosong Swiatek.
Rupanya itu adalah angka terakhir Sabalenka. Di game keenam misalnya, meskipun Sabalenka mampu membuat deuce, Swiatek lebih mendominasi permainan. Di game berikutnya, Swiatek nampak lebih fokus pada pergerakan bola dari Sabalenka. Sepertinya ia berniat menyelesaikan pertandingan dua set saja.