Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena Kerajaan Fiktif, Neotribalisme, dan Sifat Manusia Indonesia

22 Januari 2020   13:22 Diperbarui: 23 Januari 2020   11:40 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: NewDesignFile.com)

Misi kemonarkian saat ini lebih berfokus pada pelestarian budaya agar generasi baru lebih mengenal budaya leluhur mereka. Presentasi eksistensi kemonarkian ini juga punya sisi positif terutama dalam bidang pariwisata. Event budaya tersebut mengundang banyak orang dari daerah lain bahkan dari manca negara untuk menyaksikannya.

Sebagian orang Indonesia masih memandang perbedaan kasta ningrat dan orang biasa. Mereka memandang bahwa menjadi ningrat artinya menjadi orang terhormat, oleh karena itu akan mendapatkan perlakuan istimewa. Orang mungkin juga melihat bahwa menjadi ningrat itu berkecukupan materi.

Sri Sultan Hemangkubuwono misalnya, pemimpin Kesultanan Jogjakarta itu merupakan figur yang dipandang memiliki kuasa, oleh karena itu beliau menjadi sosok paling dihormati di seluruh D.I Jogjakarta.

Kediaman sang raja adalah keraton yang luas dan megah, menciptakan kesan bahwa raja dan keluarganya berkecukupan materi.

Masyarakat setempat juga menghormati permaisuri dan anak-anaknya. Begitu juga dengan kerabat kerajaan lainnya juga mendapatkan citra yang sama sebagai keluarga ningrat yang pantas untuk dihormati. Kalangan ningrat dari Keraton Jogjakarta biasanya dapat dikenali lewat nama lengkapnya yang mengandung gelar.

Sebagian orang biasa menjadi Abdi Dalem keraton. Ada rasa bangga di hati mereka dengan menjadi Abdi Dalem walau mungkin gaji yang mereka terima tidak besar.

Menjadi Abdi Dalem membuat strata sosial mereka juga terkerek, menjadi terhormat di mata orang lain. Okezone pernah mengulas tentang kehidupan para Abdi Dalem ini.

Hal inilah yang mungkin menjadi motivasi sebagian orang mau menjadi pengikut kerajaan fiktif walaupun dengan membayar sejumlah uang. Level sosial mereka akan terkerek dan akan dipandang sebagai orang terhormat di kerajaan fiktif tersebut. 

Mereka bermimpi menjadi eksklusif, yang menjadi salah satu karakteristik neotribalisme. Padahal itu semua semu.

Kedua tentang percaya takhayul. Rasanya hal ini masih cukup kental. Tetapi ini tidak terjadi di Indonesia saja. Misalnya Inggris, yang menganut sistem monarki, sebagian masyarakat setempat masih percaya bahwa anggota keluarga kerajaan Inggris memiliki kekuatan supranatural, khususnya kemampuan menyembuhkan penyakit lewat sentuhan. 

Oleh karena itu orang biasa tidak boleh menyentuh anggota keluarga kerajaan kecuali bersalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun