Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Question Mark (?)" dari Teddy Adhitya, Sebuah Kolase Monolog tentang Cinta

1 Oktober 2019   21:32 Diperbarui: 2 Oktober 2019   15:57 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teddy Adhitya (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Rekaman di alam terbuka menjadi pengalaman tersendiri buat Teddy. Suara alam terekam dalam track album. Secara keseluruhan hasil rekaman tidak berbeda dengan hasil rekaman di studio musik. Padahal Singaraja dan Tabanan bukan tempat yang sepi.

Ketika sayup-sayup mendengar suara jangkrik di salah satu track, kita bisa menduga sesi rekaman dilakukan di kala malam. Tidak hanya jangkrik, ada track yang mengandung suara hujan atau gerimis, seakan memberi pencerahan bahwa kontemplasi atau pun refleksi atau pun renungan terhadap diri sendiri berjalan dengan baik ketika dilakukan di alam terbuka.

Seperti sebuah perusahaan yang membawa stafnya ke luar kota untuk berwisata biasa atau pun outbound yang lebih memberi manfaat lebih luas. Pada umumnya kegiatan tersebut dilakukan di alam terbuka. Harapannya agar para staf dapat refreshed, tingkat stres menurun dan tingkat kebahagian bertambah.

Ide yang mampet berpotensi memicu stres, dan Teddy paham akan hal itu. Berkarya di alam terbuka akan membentuk semacam keseimbangan batin yang bisa mendorongnya membuat lagu bagus untuk dituangkan ke dalam album.

Sebagaimana musiknya yang eksperimental, produksi musiknya juga perlu bereksperimen. Teddy tidak ingin terpaku pada sebuah studio musik permanen karena menurutnya musik bisa diproduksi di mana saja.

Menggarap musik di alam terbuka yang banyak pepohonan juga membuatnya tenang dalam menuangkan ide kreatifnya. Sebenarnya repot juga memboyong perlengkapan studio kesana kemari, tetapi sepertinya Teddy puas dengan album terbarunya ini.

Musik Teddy dipengaruhi oleh sejumlah musisi R&B, soul dan jazz seperti Marvin Gaye, Prince, Aretha Franklin dan Michael Jackson. Vokal Teddy sepintas mirip solois Indonesia lainnya, Teza Sumendra yang juga mengusung genre yang sama.

Tetapi karakter vokal Teddy lebih soft dibandingkan vokal Teza yang lebih husky. Karakter vokal Teddy juga rasanya mengandung vibe Anderson. Paak, musisi R&B/soul/funk /hip hop dari Amerika Serikat.

Beberapa hari sebelum perilisan album "Question...", tepatnya pada 20 Agustus lalu, Teddy mengadakan even private hearing di kafe Earhouse di wilayah Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.

Kafe milik duo Endah n Rhesa itu menjadi semacam serambi yang ramah bagi penggemar musik dan kuliner. Sebelum Teddy tampil membawakan beberapa lagu terbarunya, Endah n Rhesa tampil sebagai pembuka.

Sampul albumnya menarik. Menampilkan seseorang (Teddy?) yang sedang berada di dalam laut, menatap ke atas, ke arah sang surya yang sinarnya begitu terang menembus laut. Bisa jadi itu bermakna sebagai sebuah jawaban atas pertanyaan, sebuah harapan atas apa yang diangankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun