Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Bird Songs of a Killjoy", Antologi Musik Penggelitik Jiwa, Bertabur Cerita, dan Sarat Makna

24 Juni 2019   19:49 Diperbarui: 25 Juni 2019   11:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedouine ​(sumber: Monocle.com)

Tentang lirik lagu, seperti album pertama, liriknya masih bernuansa sama. Bedouine menceritakan tentang sesuatu yang ia temui dari sudut pandangnya. Ia menuangkan apa yang ia jumpai dalam roda kehidupannya sehari-hari dalam lirik lagu. Seluruh lirik lagu dalam album ini ditulis oleh Bedouine berdasarkan kisah pengembaraannya, pengalaman berpindah tempat tinggal, dan rasa keingintahuannya.

Pada dasarnya, Bedouine enggan menggarap lirik lagu di bawah tekanan. Dalam sebuah sesi wawancara dengan RollingStone baru-baru ini, ia mengatakan bahwa ia tidak menulis lirik lagu dalam selisih waktu antara album sebelumnya dan album berikutnya.

Hal ini kerap terjadi di industri musik ketika album pertama seorang artis atau sebuah band menuai sukses, mereka segera disibukkan dengan proyek album kedua dan seterusnya. Bedouine menyodorkan pertanyaan bagaimana bisa menjadwalkan emosi (dalam penulisan lirik lagu)?

Prinsip Bedouine ada benarnya. Ketika menulis lirik lagu, ada keterlibatan emosi yang tidak bisa tertuang begitu saja ketika seorang penulis lagu berada dalam tekanan, misalnya ada target perilisan album berikutnya oleh pihak label.

Seperti penulis cerita, penulis lirik lagu menunggu datangnya inspirasi yang tidak tiba setiap waktu. Tatapi kadang bila inspirasi tiba, datangnya bisa seperti air bah, membuat sang penulis lirik lagu berkelimpahan materi lagu untuk proyek album hingga harus diseleksi materi yang terbaik.

Dalam album "Bird Songs..." ini Bedouine juga perlu menunggu saatnya tiba. Beruntung inspirasinya datang tidak terlalu lama. Ketika ia selesai dengan album pertamanya, inspirasi untuk materi album berikutnya pun segera datang.

Meski tidak terburu-buru mengolah inspirasinya untuk album kedua, ia merasa perlu memberi bocoran bagaimana gambaran album keduanya. Untuk itu, ia merilis sebuah album EP di tahun 2018 dengan mendaur ulang lagu "Come Down in Time" dari penyanyi Inggris Sir Elton John dan lagu "Hey, Who Really Cares?" dari Linda Perhacs, penyanyi psychedelic folk dari AS.

Bila kita menikmati album pertama Bedouine, ia sudah memperkenalkan satu lagu ber-genre chamber folk yaitu "Back to You". Nah, album EP di tahun 2018 itu menjadi isyarat konsep musik album studio keduanya yang mengusung genre yang sama.

Tentang karakteristik musik Bedouine, oleh sebagian penggemar musik di AS ia kerap disandingkan dengan Joni Mitchell, Nick Drake dan Leonard Cohen. Sebenarnya penilaian itu sah-sah saja, padahal tidak selalu demikian. Mungkin cara ia membawakan lagu "Solitary Daughter" di album pertamanya dianggap mirip dengan mendiang Leonard Cohen.

Ketika Bedouine disebut-sebut mirip dengan mendiang Nick Drake, mungkin karena lagu "Heart Take Flight" dalam album debutnya terdengar mirip dengan musik Drake yang lagu-lagunya dominan instrumen gitar.

Adapun ketika ia disandingkan dengan Joni Mitchell, mungkin karena ia banyak mendengarkan musik Mitchell yang di awal karirnya mengusung folk kontemporer. Musik Drake, Cohen ataupun Mitchell memang memberi warna dalam karya musik Bedouine.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun