Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film. ==Tahun baru, awal baru. Semoga semua cita-cita kamu menjadi kenyataan di tahun 2024! ==

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Bird Songs of a Killjoy", Antologi Musik Penggelitik Jiwa, Bertabur Cerita, dan Sarat Makna

24 Juni 2019   19:49 Diperbarui: 25 Juni 2019   11:20 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedouine ​(sumber: Monocle.com)

Penyanyi folk kontemporer Amerika Serikat (AS), Bedouine, merilis album terbarunya, "Bird Songs of a Killjoy" pada 23 Juni 2019. Album studio keduanya ini dirilis di bawah label Spacebomb Records. 

Album ini menyusul sukses album pertamanya, album self-titled, yang rilis tahun 2017 dan album EP "Come Down in Time / Hey, Who Really Cares" di tahun 2018.

 

Bedouine adalah nama panggung artis yang bernama asli Azniv Korkejian. Nama panggung itu diambil dari Bedouin atau Bedu, sebutan bagi sekelompok orang Arab nomaden yang memiliki karakteristik sosial budaya tersendiri. Arti Bedouine sendiri adalah orang gurun.

Korkejian lahir di Aleppo, Suriah dari keluarga berdarah Armenia. Setelah menghabiskan masa kecil di Saudi Arabia, ia dan keluarganya bermigrasi ke AS kala ia berusia 10 tahun. Awalnya ia dan keluarganya bermukim di Boston, lalu pindah Houston, lalu Lexington, Austin dan Savannah sebelum akhirnya menetap di Los Angeles, California.

Sebelum berkarir sepenuhnya di dunia musik, Korkejian bekerja di industri perfilman Hollywood. Ia pernah menjadi music composer dalam film pendek "The Girl and the Fox" (2011), music editor di film "The Big Sick" (2017) dan terlibat di sound department dalam sejumlah serial televisi. Nampaknya diam-diam ia menyimpan hasrat menjadi seorang musisi. Ketika masih bekerja di Hollywood, waktu luangnya ia isi dengan menulis lirik lagu dan merekamnya.

Korkejian mendengarkan beragam musik, khususnya aliran folk, yang nantinya akan menjadi pilihan karakter musiknya. Ia banyak mendengarkan musik folk era tahun 1960an dan 1970an, antara lain Joni Mitchell dan Harry Nilsson. Album studio pertamanya berkonsep folk kontemporer yang berisi lagu-lagu dengan pengaruh banyak aliran musik seperti Americana, country, psychedelic folk dan chamber folk.

Pada album keduanya ini, Bedouine lebih fokus pada chamber folk atau kerap disebut juga dengan baroque folk. Aliran musik ini tidak melulu menyuguhkan instrumen akustik seperti gitar atau harpa sebagai instrumen tunggal, tetapi berkolaborasi dengan instrumen lainnya, termasuk dengan musik orkestra. Instrumen musik utama Bedouine sendiri adalah gitar akustik. Walau begitu, ada sentuhan Americana, country, psychedelic folk hingga jazz.

 

Album "Bird Songs..." terdengar lebih matang daripada album pertama. Komposisi musiknya terdengar lebih menarik, lebih kaya melodi. Harmonisasi musiknya juga lebih nyaman didengar. Begitu juga dengan susunan tracks-nya yang lebih tertata rapi. Berkat pengalamannya sebagai music composer / music editor di industry perfilman Hollywood, ia kerap memasukkan elemen sinematik pada beberapa tracks.

Tentang lirik lagu, seperti album pertama, liriknya masih bernuansa sama. Bedouine menceritakan tentang sesuatu yang ia temui dari sudut pandangnya. Ia menuangkan apa yang ia jumpai dalam roda kehidupannya sehari-hari dalam lirik lagu. Seluruh lirik lagu dalam album ini ditulis oleh Bedouine berdasarkan kisah pengembaraannya, pengalaman berpindah tempat tinggal, dan rasa keingintahuannya.

Pada dasarnya, Bedouine enggan menggarap lirik lagu di bawah tekanan. Dalam sebuah sesi wawancara dengan RollingStone baru-baru ini, ia mengatakan bahwa ia tidak menulis lirik lagu dalam selisih waktu antara album sebelumnya dan album berikutnya.

Hal ini kerap terjadi di industri musik ketika album pertama seorang artis atau sebuah band menuai sukses, mereka segera disibukkan dengan proyek album kedua dan seterusnya. Bedouine menyodorkan pertanyaan bagaimana bisa menjadwalkan emosi (dalam penulisan lirik lagu)?

Prinsip Bedouine ada benarnya. Ketika menulis lirik lagu, ada keterlibatan emosi yang tidak bisa tertuang begitu saja ketika seorang penulis lagu berada dalam tekanan, misalnya ada target perilisan album berikutnya oleh pihak label.

Seperti penulis cerita, penulis lirik lagu menunggu datangnya inspirasi yang tidak tiba setiap waktu. Tatapi kadang bila inspirasi tiba, datangnya bisa seperti air bah, membuat sang penulis lirik lagu berkelimpahan materi lagu untuk proyek album hingga harus diseleksi materi yang terbaik.

Dalam album "Bird Songs..." ini Bedouine juga perlu menunggu saatnya tiba. Beruntung inspirasinya datang tidak terlalu lama. Ketika ia selesai dengan album pertamanya, inspirasi untuk materi album berikutnya pun segera datang.

Meski tidak terburu-buru mengolah inspirasinya untuk album kedua, ia merasa perlu memberi bocoran bagaimana gambaran album keduanya. Untuk itu, ia merilis sebuah album EP di tahun 2018 dengan mendaur ulang lagu "Come Down in Time" dari penyanyi Inggris Sir Elton John dan lagu "Hey, Who Really Cares?" dari Linda Perhacs, penyanyi psychedelic folk dari AS.

Bila kita menikmati album pertama Bedouine, ia sudah memperkenalkan satu lagu ber-genre chamber folk yaitu "Back to You". Nah, album EP di tahun 2018 itu menjadi isyarat konsep musik album studio keduanya yang mengusung genre yang sama.

Tentang karakteristik musik Bedouine, oleh sebagian penggemar musik di AS ia kerap disandingkan dengan Joni Mitchell, Nick Drake dan Leonard Cohen. Sebenarnya penilaian itu sah-sah saja, padahal tidak selalu demikian. Mungkin cara ia membawakan lagu "Solitary Daughter" di album pertamanya dianggap mirip dengan mendiang Leonard Cohen.

Ketika Bedouine disebut-sebut mirip dengan mendiang Nick Drake, mungkin karena lagu "Heart Take Flight" dalam album debutnya terdengar mirip dengan musik Drake yang lagu-lagunya dominan instrumen gitar.

Adapun ketika ia disandingkan dengan Joni Mitchell, mungkin karena ia banyak mendengarkan musik Mitchell yang di awal karirnya mengusung folk kontemporer. Musik Drake, Cohen ataupun Mitchell memang memberi warna dalam karya musik Bedouine.

Jika membandingkan album "Bird Songs..." dengan album musisi lain, rasanya album ini justru lebih dekat dengan musik Joanna Newson, penyanyi AS yang juga pemain harpa (meskipun sebetulnya ia seorang multi-instrumentalist) khususnya ketiga album terakhirnya; atau Laura Marling, musisi dari Inggris, khususnya di album "Semper Femina" (2017); atau grup band dari AS, Fleet Foxes, yang juga mengusung aliran chamber folk di tiga album studionya.

Tentang karakter vokal Bedouine memang condong ke musik folk. Sebetulnya karakter vokalnya tidak terlalu istimewa tetapi mengandung keunikan tersendiri. Setiap lagu yang ia bawakan pas dengan karakter vokalnya. Vokal Bedouine terdengar jernih, sebagaimana penyanyi chamber folk pada umumnya.

Saya kurang sependapat dengan karakter vokalnya yang dibanding-bandingkan dengan Mitchell atau Minnie Ripperton. Meski karya musiknya dipengaruhi oleh Mitchell, karakter vokal Bedouine tidak seperti penyanyi senior itu. Rasanya jauh berbeda. Apalagi bila dibandingkan dengan Ripperton.

Ketika membawakan lagunya, Bedouine tidak terlalu banyak memompa energi. Penyanyi folk pada umumnya tidak terlalu memamerkan vokal yang melengking atau melompat-lompat. Penampilan sang musisi di atas panggung yang melebur dengan lagu yang ia bawakan justru lebih menarik penikmat musik folk.

Album "Bird Songs...", diproduseri oleh Gus Seyffret yang juga menjadi produser album pertamanya. Seyffret adalah produser dan musisi yang pernah memproduseri Beck dan Norah Jones. Jadi, Bedouine sungguh beruntung bekerja sama dengan figur musik yang pernah memproduseri dua orang musisi sukses itu.

Lebih beruntung lagi ketika Seyffret bersedia "bekerja serabutan" untuk album ini. Ia menjadi seorang produser yang baik hati di mata Bedouine. Dalam penggarapan album ini, Seyffret memainkan bass, gitar elektrik, bass viola, piano, synth, vibraphone, organ, perkusi, hingga menjadi vokal latar.

Album "Bird Songs.." berisi 12 tracks yaitu 11 lagu dan 1 lagu interlude. Seluruh lagu di dalam album ini menarik untuk dinikmati. Apalagi liriknya mengandung cerita. Oleh karena itu Bedouine juga kerap disebut sebagai storyteller lewat karya musik.

Ketika mendengarkan album ini untuk pertama kalinya, menurut saya semua lagu didalamnya menarik untuk didengar. Notable songs dalam album ini yaitu "When You're Gone", "Echo Park", "Bird" dan "One More Time". Keempat lagu ini sebelumnya diluncurkan secara bersamaan dalam album tunggalan "One More Time".

Tiga lagu pertama yang disebutkan sudah memiliki video musik. Bukan karya video musik yang wah tetapi cukup enak untuk dilihat, terutama video musik "When You're Gone". Sebagai informasi, shooting untuk tiga video musik itu dilakukan di Islandia.   

Oh ya, bila Anda menonton video musik "When You're Gone", intro yang ditampilkan dalam video musik tersebut justru adalah bagian outro lagu "Sunshine Sometimes". Dalam urutan track album, lagu tersebut menjadi track nomor 2, sedangkan "When You're Gone" track nomor 3.

Album "Bird Songs.." membuktikan kemampuan musikalitas Bedouine yang berbeda dengan musik arus utama sekaligus totalitas dalam berkarya. Ia juga mampu membuat musik apik yang layak dinikmati oleh siapa saja, terutama generasi masa kini yang rasanya masih asing dengan musik folk.

Menurut saya, rating album ini adalah 8,5/10. Seluruh track tidak hanya menjadi hiburan di kala sedih atau gembira, tetapi juga kala menikmati me time di sepanjang akhir pekan, kala lunch break di hari kerja atau pun pengiring ketika membaca buku sebelum tidur malam. Album ini sungguh menggelitik jiwa, apalagi liriknya bertabur cerita dan sarat makna.  

Sebagai informasi, dalam waktu dekat, Bedouine dan musisi pengiring akan melakukan serangkaian penampilan live usai album keduanya rilis. Venue penampilannya terutama di sejumlah kota di AS, lalu beberapa kota di Eropa seperti London, Frankfurt, Berlin, serta kota-kota di Kanada seperti Toronto dan Montreal.

Berikut video musik "When You're Gone" dari Bedouine.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun