Mohon tunggu...
Garin Prilaksmana
Garin Prilaksmana Mohon Tunggu... -

Penggemar sepak bola yang masih ingin banyak belajar karena ilmunya masih cetek

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Faktor Juara Persib

10 November 2014   20:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:09 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_374082" align="aligncenter" width="600" caption="Persib Bandung menjadi juara Indonesia Super League 2014 setelah di final, Jumat (7/11/2014) mengalahkan juara bertahan. (Deni Denaswara/TRIBUN)"][/caption]

Penantian itu berakhir sudah. Eksekusi Ahmad Jufriyanto ke sudut kiri gawang, melepas dahaga Persib yang telah 19 tahun puasa gelar. Bobotoh dan Persipura sama--sama menganagis, hanya saja yang satu menangis haru sedangkan disisi lain tangis kecewa yang nampak. Pemain terharu, stadion membiru.
Persib melalui perjalanan yang gemilang musim ini. Sempat lambat panas pada awal kompetisi, armada Djajang Nurjaman a.k.a Djanur justru melesat dipenghujung musim. Dan sudah lumrah rasanya jika ada yang menanyakan, apa resep sukses Maung Bandung pada musim ini? Berikut adalah analisis faktor apa saja yang sukses membuat Persib merajai ISL pada musim ini.

1. Transfer Jitu

Bisa dibilang transfer yang dilakukan Persib adalah yang terbaik dibanding kontestan lain. Dari 8 rekrutan anyar, 6 diataranya sukses menjadi instrumen penting bagi keberhasilan Pangeran Biru pada musim ini.

Keputusan mengejutkan untuk melepas trio andalan lini belakang musim lalu, yakni Nasser Al Sebai, Abanda Herman, dan Maman Abdurahman, dikompensasi dengan hadirnya Vladimir Vujovic, Ahmad Jufrianto, dan Abdulrahman.

Vujovic dan Jufrianto bahkan bisa dibilang lebih baik dari pendahulunya tersebut. Mereka berdua tipikal bek modern yang mampu memegang bola atau biasa disebut ball-playing-defender. Dan meski keduanya bukan pemain belakang yang dianugerahi kecepatan, namun kemampuan mereka dalam membaca permainan mampun menutup kelemahan tersebut.


Sedangkan untuk lini tengah bertambah kualitasnya dengan kehadiran Makan Konate dan M. Taufiq. Makan Konate merupakan transfer terbaik Persib musim ini. Selain torehan 13 golnya yang menjadikan gelandang asal Mali ini top skorer Persib musim ini, kemampuannya sebagai gelandang tergolong lengkap. Mulai dari box-to-box midfielder, Advanced Playmaker, atau gelandang sayap sukses dilakoninya. Mantan pemain Bariot Putera ini mampu menggantikan peran Firman Utina, yang telah dimakan usia, sebagai inspirator tim. Sekilas mengingatkan pada sosok Zah Rahan, gelandang brilian lain asal Afrika, yang pernah bermain di ISL.

M. Taufiq juga memberikan opsi lain pada kedalaman lini tengah Persib. Tubuhnya mungil untuk ukuran gelandang bertahan dikompensasi dengan kemampuan 'otaknya' dalam memutus serangan lawan. Jika Hariono dikenal sebagai Gattuso-nya Persib, dilihat dari gaya mainnya yang seradak-seruduk. Taufiq bisa disebut Busquets-nya Persib. Dia mampu mengomandoi zonal marking di lini tengah, distribusi bolanya oke dan termasuk salah jarang umpan. Kemampuannya membaca permainan memudahkan dia dalam mengintersepsi bola. Secara subjektif, Taufiq adalah pemain favorit saya musm ini.

Lini depan bisa dibilang dirombak besar-besaran. Semua punggawa musim lalu dilepas, digantikan oleh Ferdinand Sinaga, Djibril Coulibaly, dan Tantan. Coulibaly sempat menjadi andalan pada awal musim, dengan mencetak 5 gol dalam 4 pertandingan berunutun, sekaligus pembawa asa bagi tajamnya lini serang Maung Bandung, sebelum akhirnya performanya menurun drastis.

Untunglah selama Coulibaly puasa mencetak gol Ferdinand Sinaga justru menjelma jadi penyerang buas. Sang pemain terbaik ISL musim ini, berhasil mencetak 11 gol. Perannya di lini depan pun begitu vital, sebab dia bisa menjadi predator sekaligus pembuka ruang. Sedangkan Tantan adalah pemain multifungsi, yang dapat dimainkan sebagai ujung tombak atau pun winger. Paling diingat adalah bagaimana penampilan apiknya saat menggantikan peran M.Ridwan yang absen karena menunaikan ibadah haji.

Berbicara soal tranfser tak ada yang patut diapresiasi selain H. Umuh Muhtar. Pria 66 tahun ini sukses bergerilya dan memutuskan transfer yang tepat. Barangkali dari semua rekrutan, hanya Abdulrahman dan Coulibaly yang kurang menonjol perannya musim ini. Sekaligu menahbiksan dirinya sebagai salah satu manajer jempolan.

2. Skuad yang Dalam

Jika sebuah tim berhasil menyumbang hungga 8 pemain ke tim nasional, tentu sumber daya tim tersebut tak main-main. Imbas dari transfer jitu adalah kedalaman skuad yang bagus. Hampir semua pos memiliki pelapis yang sepadan. I Made Wirawan misalnya, eks penjaga gawang Persiba ini memiliki deputi sekaliber Sahar Ginanjar, kiper muda yang sempat masuk skuat timnas U-23 di Asean Games.

Lini lain pun demikian. Abdulrahman adalah pengganti ideal jika duet salah satu dari duet utama Vujovic-Jufriyanto absen. Jajang Sukmara pun tak kalah kualitas di posisi fullback. Untuk gelandang, Hariono dan Taufiq tak perlu gusar sebab ada M. Agung Pribadi yang penampilannya semakin matang. Penampilannya saat melawat ke kandang Persebaya, bisa dibilang memuaskan.

Posisi winger dan striker bahkan lebih ketat persaingannya. Atep dan Tantan bersaing untuk posisi winger. Nama terakhir bahkan lebih fleksibel sebab bisa juga mengisi sektor kanan yang kerap diisi M.Ridwan. Konate dan Firman adalah playmaker utama tim. Sedangkan Coulibaly dan Rudiana menjadi opsi ketika Ferdinand Sinaga absen.

3. Coach Djanur

Bergemilangnya pemain bintang, akan mubazir jika tidak dikelola oleh pelatih jempolan. Bersyukur Persib memiki Djajang Nurjaman, pelatih asli Jawa Barat yang bisa dibilang berhasil membuktikan kelasnya musim ini.

Pelatih berusia 50 tahuun ini sempat memang sempat belum meneumukan racikan ppas pada awal musim. Kala Coulibaly dalam performa puncak pola 4-2-3-1 dikedeapankan, namun formasi tersebut berubah menjadi 4-4-2 saat penyerang asal Mali tersebut mulai mandul. Konate yang sebelumnya bermain sebagai pivot ganda, digeser menjadi sayap kiri, sedangkan poros ini tengah diisi oleh duet Taufiq dan Hariono. Duet striker diserahkan kepada Ferdinand Sinaga dan Tantan, sebagai tipikal pemain yang cepat, keduanya diharapkan bisa lebih cair.

Dari sana lah akhirnya 4-2-3-1 dimantapkan kembali, dengan berbagai modiifikasi. Jika sebelumnya poros ganda diisi oleh Konate dan Hariono, kali ini diisi Firman dengan Taufiq atau Hariono, tergantung lawan yang dihadapi. Konate digeser kedean untuk 'posisi nomor 10' sedagkan Tantan dan M. Ridwan disisi kiri. Ferdinand pun diplot sebagai striker tunggal.

Pola ini terbukti manjur. Meski Djanur bisa diibilang pelatih yang bergaya cukup stylish namun dirinya tidak terpatok pada satu taktik, semua tergantug lawan yang dihadapi. Adakalanya Persib memainkan bola pendek dengan memanfaatkan penguasaan bola, serta pertahanan yang tinggi. Terkadang pemain diinstruksikan bermain direct dengan memanfaatkan kecepatan lini serang mereka serta umpan panjang akurat dari Firman Utina. Ferdinand pun meski bertindak sebagi ujung tembok, ditugaskan tak hanya menunggu bola namun juga menjemput dan membuka bagi rekan-rekannya yang lain. Inilah yang membuat serangan kiat Persib jadi berbahaya.

Djanur berhasil memanfaatkan potensi setiap pemain dengan taktik tersebut, Taktik ini lah membuat Konate tampil memukau, Ferdinand jadi pemain terbaik ISL, Supardi menjelma jadi fullback terbaik di Indonesia, dan menjadikan Firman tetap vital perannya meski telah uzur.

4. Bobotoh

Saya tidak pernah membayangkan apa jadinya Persib tanpa Bobotoh. Jika anda melihat lini masa sosial media jelang final, banyak Bobotoh yang rela menjual barang pribadinya demi bisa pergi ke Palembang, Akun fan base Persib pun tak ubahnya lapak jual beli. Bagi mereka tak ada yang lebih penting dari Persib. Bagi mereka Persib adalah jiwa raga. Harta, waktu, dan (sayangnya) nyawa siap mereka korbankan asal bisa mendukung Persib.

Wafatnya paglima suporter Ayi Beutik tidaklah memadamkan semangat dari Bobotoh, namun justur jadi penyulut semangat mereka dalam mendukung kesebelasan tercintanya. Tujuan mereka sederhana : dengan mendukung maka pemain akan termotivasi, dan Persib akan meraih kemenangan hingga menjadi juara, sekaligus mewujudkan cita-cita Mang Ayi.

Meski akhirnya Mang Ayi tidak bisa melihat langsung klub pujaannya juara. Namun pasti di sana, disebuah tempat disisi-Nya, Mang Ayi sedang tersenyum sebab tim yang telah jadi darah dagingnya, berhasil menjadi jawara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun