Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hari Kesiapsiagaan Bencana, Bagaimana Bersahabat dengan Bencana?

26 April 2020   10:20 Diperbarui: 26 April 2020   15:45 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan menangis melihat reruntuhan rumahnya di Pantai Carita, Banten (24/12/2018), akibat tsunami. (Foto: Ulet Ifansasti/Getty Image)

Infografis isi tas siaga bencana. (Sumber: kompas.com)
Infografis isi tas siaga bencana. (Sumber: kompas.com)

Kader Jumantik bekerja memutus mata rantai penyakit DBD. (Foto: medicalogy.com)
Kader Jumantik bekerja memutus mata rantai penyakit DBD. (Foto: medicalogy.com)

Kedua, memasyarakatkan terus pentingnya menyiapkan ransel "UGD" bencana. Minimal satu kepala keluarga, di setiap rumah, punya ransel "UGD" itu. Setiap saat bila ada bencana, tinggal angkat dan bawa seraya mencari tempat perlindungan.

Ketiga, bencana nasional COVID-19 mengajarkan kita betapa pentingnya piranti teknologi mitigasi bencana.

Kementerian Kominfo merilis aplikasi "PeduliLindungi" di sistem android. Aplikasi ini merupakan penyelenggaraan tracing, tracking dan fensing in dengan infrastruktur sistem dan aplikasi telekomunikasi.

Aplikasi ini membantu memutus mata rantai penularan virus korona. Caranya, mengidentifikasi orang-orang yang pernah berada dalam jarak dekat dengan orang yang dinyatakan positif COVID-19, Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Orang Dalam Pemantauan (ODP).

Itu untuk bencana wabah virus korona. Untuk bencana lain kita belum punya seperti yang sudah dikembangkan Jepang.

Setiap telepon pintar di Jepang dilengkapi sistem peringatan dini gempa dan tsunami. Hanya hitungan detik, peringatan itu akan dikirimkan ke smartphone pengguna. Pengirimannya sebelum bencana terjadi. Ingat ya, SEBELUM BENCANA TERJADI. Sehingga masyarakat bisa cepat mencari tempat perlindungan.

Lha, di Indonesia bagaimana? Jangankan membenamkan sistem peringatan dini bencana melalui smartphone, bahkan alat pendeteksi tsunami (buoy) di lautan lepas saja bisa ada yang mencuri. Selain tidak berfungsi.

Pencuri paham benar. Alat sensor yang ada di buoy, harganya lumayan melangit kalau dijual sebagai barbeku, barang bekas berkualitas. Duhhhhh ...

Yuk Indonesia mulai bebenah tentang sistem peringatan dini bencana. Sekali lagi, ingat lho, tekankan pada SEBELUM BENCANA TERJADI. Targetnya, hitungan per detik seperti sistem teknologi yang Jepang miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun