Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Blusukan di Yerusalem dan Kaos "I Love Israel"

23 Maret 2020   08:34 Diperbarui: 12 April 2020   15:20 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk ke Masjid Umar bin Khattab di Yerusalem. (Foto: Ghifari Ramadhan Fadli)

Sesudah kita lewati Gerbang Jaffa, enggak jauh dari situ ada dua makam yang dipagar besi warna hitam. Unik juga ini, ujug-ujug ada dua makam yang tiada nama dan keterangan di nisannya. Tapi hikayat lokal menyatakan, dua makam itu merupakan makam dua arsitek yang merencanakan pembangunan tembok kota suci. 

Tapi rupanya hasil kerja keduanya kurang memuaskann Raja Sulaiman. Karena tidak memasukkan Makam David dan Gunung Zion ke dalam bahagian tembok Yerusalem. Akibatnya Sulaiman murka, dan memerintahkan kedua arsitek dipenggal lehernya. Tapi, ada juga hikayat yang menyebutkan bahwa keduanya sengaja dibunuh atas perintah Sulaiman, karena mengetahui sisi kelemahan rahasia kota.    

Di seberang makam, atau sisi kanan dari Gerbang Jaffa ada lokasi ziarah umat Yahudi. Namanya The Citadel (Tower of David). Menara Daud yang dimaksud sebenarnya merupakan menara masjid pada masa Ottoman. Jauh sebelum itu, saat era Romawi, lokasi ini dibangun sebagai bagian dari benteng pertahanan oleh Raja Herodes Agung.

The Citadel atau Tower of David. (Foto: chabad.org/Doron Kombluth/Seth Aronstam)
The Citadel atau Tower of David. (Foto: chabad.org/Doron Kombluth/Seth Aronstam)

Satu dari dua makam di dalam Gerbang Jaffa. (Foto: Ghifari Ramadhan Fadli)
Satu dari dua makam di dalam Gerbang Jaffa. (Foto: Ghifari Ramadhan Fadli)
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati koridor-koridor atau gang-gang yang kiri kanannya mirip suasana Pasar Modern. Namanya juga pasar, di sini banyak dijual beraneka suvenir. Mulai dari mug, kaos, kain, gelang, kalung, gantungan kunci, tempelan kulkas, kartu pos, surban, tallit (jubah Yahudi), aneka tas juga koper, dan masih banyak lagi.

Ada juga cafe tempat hang-out yang kayaknya endeus banget menikmati secangkir kopi karena suasananya sempurna, sore habis hujan. Paling ujung tadi, ada kantor pos dan money changer.

Tapi jangan salah. Sepertinya keriuhan pasar di sini seolah kurang cocok untuk peziarah muslim deh. Karena segala suvenir yang dijajakan, lebih tepat  untuk peziarah nonmuslim saja.

Bahkan kalau boleh saya bilang, cuma buat kaum Yahudi saja. Mengapa? Ya, cobalah tengok foto kios suvenir itu. Baca tulisan yang disablon pada kaosnya. Banyak yang bertuliskan “I Love Israel”. “Wah, kaosnya ‘cocok’ tuh dipakai di Indonesia,” guyon seorang rekan sambil terkekeh.

Masih di sablonan kaosnya. Ada juga yang memuat tulisan “Don’t Worry Be Jewish”, atau “Don’t Worry America, Israel Is Behind You”. Selain itu, ada juga logo huruf “S” untuk “Superman” yang dipelesetkan jadi “Super Jew”. Dan, masih banyak lagi “keyahudian” lainnya. “Ngeri-ngeri ya baca tulisan di kaosnya,” ujar rekan saya Indra Maysala.

Banyak juga pernak-pernik suvenir yang dijual berupa lambang Israel, Menorah. Gambar mirip tujuh wadah lilin yang sepintas kayak seperti bentuk trisula Menorah itu menurut banyak sumber, melambangkan pencerahan universal.

Sedangkan dua ranting Pohon Zaitun di kanan-kirinya melambangkan perdamaian. What?! Perdamaian?! Nah mustinya Israel mengimplementasikan damai di dunia (Timur Tengah) sesuai lambang agamanya itu dong. Jadi jangan caplok sana-sini tanah air negara orang (baca: Palestina).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun