Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Aku dan Mentari Menyatu di Kelimutu

20 Juli 2018   15:55 Diperbarui: 21 Juli 2018   00:41 2773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetap berhati-hati pada jalur yang tanpa pagar besi pembatas dan pengaman. (Foto: Gapey Sandy)

Jalan mulai mengeras, ada semacam track dengan semen coran. Lumayanlah untuk ditapaki kaki-kaki lelah, mata mengantuk dan tubuh yang menggigil kedinginan. Beberapa kali, langkah kami disusul sejumlah pendaki dengan langkah yang lebih bergegas. Diantara mereka, ada juga wisatawan mancanegara. Mungkin karena sudah terbiasa dengan salju di negaranya, ada satu dua perempuan diantara mereka yang bercelana pendek. Wkwkwkkkk ..., kagak kedinginan apa 'ntu, Neng?

Belum seberapa jauh melangkah, Dwi menghentikan langkah. Ia menunjukkan ke sisi sebelah kanan. Terlihat susunan tangga-tangga batu untuk menuju ke atas. Enggak terlalu curam sih, paling-paling 15 sampai 20 derajat sudut kemiringannya. Ternyata, inilah danau pertama yang ada di Kelimutu. Dalam bahasa lokal sering disebut Tiwu Ata Polo. Tiwu artinya danau. Menurut kepercayaan adat setempat, di danau inilah para arwah orang-orang jahat ditempatkan. Dari lokasi parkir, Ata Polo berjarak 625 m.

Penampakan Tiwu Ata Polo atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang jahat. Air danaunya hijau. (Foto: Gapey Sandy)
Penampakan Tiwu Ata Polo atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang jahat. Air danaunya hijau. (Foto: Gapey Sandy)
Pagar besi pengaman dan bibir kawah di Tiwu Ata Polo atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang jahat. (Foto: Gapey Sandy)
Pagar besi pengaman dan bibir kawah di Tiwu Ata Polo atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang jahat. (Foto: Gapey Sandy)
Kelimutu terkenal dengan tiga danaunya. Tiap tahun, warna air danau berubah. Nah, Tiwu Ata Polo ini pernah airnya berubah jadi berwarna merah darah dan coklat. Masyarakat setempat meyakini, perubahan warna air danau di Kelimutu membawa pertanda tertentu, atau jadi semacam alarm bagi warga agar lebih giat melaksanakan upacara adat, memberi sesajen kepada arwah leluhur supaya terhindar dari musibah, bencana, gagal panen dan sebagainya. Meskipun secara ilmiah, bisa saja perubahan warna air danau ini disebabkan karena adanya kandungan kimia dalam bentuk garam besi, sulfat atau belerang dan mineral lainnya. Juga, dipadukan akibat adanya tekanan gas aktivitas vulkanik dan sudah tentu sinar ultraviolet matahari.

Oh ya, di sejumlah penanda informasi yang dipasang secara permanen juga ada disebutkan bahwa Kelimutu sebenarnya adalah satu gunung api dengan tiga danau di kawahnya. Kelimutu sendiri berasal dari 2 kata: "keli" (gunung) dan "mutu" (mendidih). Adapun soal perubahan warna air danau, begini informasi yang tertulis selengkapnya: "Ketiga danau kawah Kelimutu memiliki sumber gas vulkanik yang sama, tetapi sebagai akibat dari transportasi gas yang sub-akuatis tersebut maka menghasilkan "ekspresi" kimia yang berbeda pada setiap danau."

Sebelum matahari terbit, enggak usahlah coba naik tangga dan melihat kawah Tiwu Ata Polo. Percuma. Toh, masih diselimuti kabut tebal dan air danaunya pun tak tampak, kecuali hanya gelap dan kegelapan. Gagal melihat danau pertama ini, kami pun bergegas menuruni anak tangga lagi. Saya sempat hitung ada sekitar 80-an anak tangga. "Nanti kalau sudah agak siang, kita ke sini lagi," ujar Dwi kepada rombongan.

Penampakan Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para muda-mudi. (Foto: Gapey Sandy)
Penampakan Tiwu Ko'o Fai Nuwa Muri atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para muda-mudi. (Foto: Gapey Sandy)
Penampakan Tiwu Ata Mbupu atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang tua. Air danaunya kebiruan. (Foto: Gapey Sandy)
Penampakan Tiwu Ata Mbupu atau danau yang dipercaya sebagai tempat arwah para orang tua. Air danaunya kebiruan. (Foto: Gapey Sandy)
Perjalanan dilanjutkan kembali dalam gelap. Di sisi kiri dan kanan, rasanya hanya terlihat tebing pebukitan, batu menghitam tapi dikelilingi tetumbuhan pendek-pendek yang begitu subur. Akhirnya, medan jalan sampai jualah pada jalur yang sudah dipasang pagar besi pada sisi kiri dan kanan. Besinya berbentuk lingkaran pipa, dicat warna hijau telur asin, mungkin disamakan dengan kecenderungan warna air danaunya. Sesekali tercium belerang. Meskipun cuma tipis dan tidak menyergak hidung.

Jalan setapak mendaki yang lebarnya kira-kira muat 4 orang berdiri berjejer ini akhirnya membawa kami sampai juga ke puncak Gunung Kelimutu yang menurut beberapa sumber meletus terakhir kali pada 1886. Gunung setinggi 1.639 m (5.377 kaki) ini berada di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Kabupaten Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di puncak gunung, ada monumen berwarna putih yang dibangun di atas tanah datar cukup lapang. Di atas monumen dengan anak tangga berundak ini ada tugu. Menjulang ke langit setinggi kira-kira 2,5 -- 3 meter. Anak-anak tangga ini sekaligus jadi kursi bagi wisatawan untuk menyaksikan detik-detik matahari terbit, alam pegunungan yang berselimut mega, sekaligus pancaran keindahan permukaan air tiga danau.

Saatnya tunggu detik-detik mentari kembali dari peraduannya. Sunrise!

Saung besar yang ketika hari masih sangat gelap kami jadikan tempat sholat Subuh. (Foto: Gapey Sandy)
Saung besar yang ketika hari masih sangat gelap kami jadikan tempat sholat Subuh. (Foto: Gapey Sandy)
Puncak Gunung Kelimutu difoto dari Tiwu Ata Polo. (Foto: Gapey Sandy)
Puncak Gunung Kelimutu difoto dari Tiwu Ata Polo. (Foto: Gapey Sandy)
o o o O o o o

Ketika mentari terbit dan menampakkan sinar kuning oranye kemerahannya, serta membuat garis horizontal timur yang apik, semua yang ada di puncak Kelimutu berteriak riuh rendah kegirangan. Semua terpesona atas lukisan alam ciptaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun