10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia atau World Lupus Day (WLD). Dua hari lalu saya sudah unggah tulisan hasil wawancara dengan Dian Syarief (53) selaku Chairman Syamsi Dhuha Foundation (SDF).Â
SDF adalah LSM nirlaba peduli Odapus dan Low Vision. Dian sendiri merupakan Odapus (Orang dengan Lupus) yang alhamdulillah sudah mencapai tahap remisi alias tak lagi musti mengonsumsi obat Lupus.
Nah, ketika wawancara dengan Dian itu sempat disinggung tentang kreasi menciptakan dan mengembangkan Senam Lupus. Sesuai namanya, senam ini diperuntukkan bagi penderita Lupus.Â
Hebatnya, awal Mei kemarin, SDF mengundang beberapa komunitas Lupus se-Indonesia, untuk berkompetisi melakukan gerak Senam Lupus. Hasilnya, juara pertama diraih oleh tiga orang -Elnita, Ana, dan Susi- dari komunitas PLSS atau Persatuan Lupus Sumatera Selatan.Â
Rabu pagi (9 Mei 2018) saya mewawancarai Ketua PLSS yaitu Elnitasari (52). Wawancara dilakukan via telepon. Elnita, begitu ia akrab disapa, tinggal di Kota Mpek-mpek, Palembang.
Elnita juga seorang Odapus. Bahkan selama tiga tahun berjalan, ia sabar dan telaten menjalani proses kemoterapi. "Saya sudah 14 tahun ini menderita Lupus. Sampai detik ini, saya sudah dikemoterapi sebanyak 17 kali," akunya dengan tetap penuh semangat.
Diakuinya, Odapus yang rutin mengikuti Senam Lupus bersama PLSS memang masih sedikit. Hal ini dikarenakan Odapus tidak terkonsentrasi hanya di Palembang saja. "Ada banyak Odapus di daerah lain, seperti Pagar Alam, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Musi Banyuasin dan lainnya.Â
Tapi rencana kami, usai Hari Raya Idul Fitri nanti kami akan lakukan Senam Lupus secara rutin seminggu sekali di Sekretariat PLSS, Jalan Kapten Anwar Sastro, Palembang," ujar Elnita.
Soal gerakannya pun, kalau saya perhatikan tidak ada tuh yang pake jingkrak-jingkrakan. Memang sih, sesuai alunan musik pengiring senamnya, ada yang pada bagian tengah-tengah cukup dinamis musik dan juga gerakannya.Â