Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Najwa Shihab, Pewawancara yang Kurang Beretika?

26 Januari 2018   03:04 Diperbarui: 26 Januari 2018   09:58 10198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan di MataNajwa Trans7. (Foto: YouTube Najwa Shihab)

Nana memotong jawaban Anies dengan mengajukan pertanyaan yang kembali mengulang pertanyaan yang sama untuk kali kedua.

"Oke, pertanyaannya kemudian, bagaimana, adakah cara yang lebih ampuh untuk mengatur itu Mas Anies?" tanya Nana.

Membaca transkrip ini, saya sih sedikit bisa memahami mengapa Nana cenderung agresif dan memotong jawaban Anies Baswedan. Lha wong ditanya bagaimana cara ampuh mengatur becak-becak supaya nanti tidak melanggar peraturan, kok yo jawabannya mbawa-mbawa istilah priyayi, ningrat segala macem.

Meski demikian saya mengingatkan kepada Nana untuk tidak terlalu sering memotong jawaban narasumber. Mengapa? Karena kalau ini menjadi 'legal' bagi Nana melakukannya, maka label bahwa Nana kurang empati terhadap narasumber akan semakin melekat. Ingatlah apa kata John Locke: "Tidak ada yang lebih kasar dibandingkan memotong pembicaraan orang lain."

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Gembong Warsono turut dimintai komentar dalam MataNajwa Trans7. (Foto: YouTube Najwa Shihab)
Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Gembong Warsono turut dimintai komentar dalam MataNajwa Trans7. (Foto: YouTube Najwa Shihab)
Tapi, perlu juga menyimak nasehat Dorothy Sarnoff. Intinya, ia bilang, jangan memotong jawaban atau percakapan narasumber kecuali benar-benar sudah terlalu lama, pembicara sudah tidak mendapat perhatian, membuat pendengarnya mengantuk, maupun ketika percakapannya bergerak menuju ke area percakapan yang melenceng dari topik.

Atau, baca bukunya Anita Rahman yang berjudul Teknik & Etik Profesi TV Presenter. Dalam buku ini disebutkan salah satu etik mewawancarai adalah 'Pewawancara Hendaknya Mampu Mengendalikan Wawancara'.


Narasumber yang berpengalaman, terutama politikus, mungkin ingin dapat menguasai dan mengambil alih kendali pembicaraan dan memanfaatkan penampilannya di layar sebagai kesempatan demi kepentingannya sendiri, atau partainya.

Untuk mengimbangi sikapnya yang ambisius itu, teruslah mengajukan pertanyaan bertubi-tubi , sehingga narasumber tidak punya kesempatan untuk menyimpang dari pokok pembicaraan.(hal. 240)

Mantan Gubernus DKI Jakarta, Sutiyoso, turut dimintai komentar dalam MataNajwa Trans7. (Foto: YouTube Najwa Shihab)
Mantan Gubernus DKI Jakarta, Sutiyoso, turut dimintai komentar dalam MataNajwa Trans7. (Foto: YouTube Najwa Shihab)
Terkait apa yang disampaikan Anita Rahman ini, ternyata Abdullah Alamudi dalam bukunya Teknik Melakukan & Melayani Wawancara pun mengingatkan hal yang mirip.

Menurutnya, kebanyakan orang, terutama polisi, menanggapi pertanyaan tidak tidak menjawab. They respond to your questions, but they don't answer your questions. Untuk memecahkan problem ini, wartawan senior bisa mengubah gaya wawancara yang tadinya seperti berdiskusi menjadi gladiatorial, menyerang, tapi tetap sopan dan tidak menghina narasumber.(hal. 201)     

Nah, saya melihat, menghadapi Anies Baswedan sebagai narasumbernya, Nana mengambil posisi seperti dikemukakan Anita Rahman (mengajukan pertanyaan bertubi-tubi), dan Abdullah Alamudi (bergaya sebagai pewawancara gladiator, menyerang). Ini hal yang wajar 'kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun