Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kurasi Artikel Ekonomi Hilman Fajrian, "Rhenald Kasali"-nya Kompasiana

12 Januari 2018   14:34 Diperbarui: 13 Januari 2018   12:03 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.

Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
4. RIP Yahoo: Tak Ada yang "Too Big To Fail"

Swear, ini tulisan Ekonomi paling nge-boom sepanjang 2017 di Kompasiana. Bukan cuma judulnya yang eyecatching tapi juga content mendalam yang mengupas Yahoo sejak kelahiran, masa gemilang, hingga masuk kamar operasi dan terbukti sekarat.

Kenapa saya bilang nge-boom, tengoklah pembacanya yang sampai 11 Januari 2018 sudah menembus 6 digit atau 172161 views. Bahkan COO KompasianaIskandar Zulkarnaen pun ikut menge-share di laman Facebook-nya.

Hilman mengawali tulisannya dengan penuh rasa empati kepada Yahoo:

Tak ada alasan tak berterima kasih kepada Yahoo. Yahoo adalah pusat gravitasi di masa-masa awal bisnis internet merebak tahun 1990-an. Karena Yahoo, kita mengenal email, chat room, dan mesin pencari. Perusahaan yang didirikan Jerry Yang dan David Filo ini adalah salah satu katalis terbesar dot com booming (dan bubble) di akhir 1990-an yang dampaknya kita rasakan hingga saat ini. Sekarang Yahoo sudah selesai. Dijual $ 4,48 miliar kepada Verizon, jauh meninggalkan valuasinya di masa keemasan senilai lebih dari $ 100 miliar. Sang pelopor akan berganti nama menjadi Altaba, sebuah merek perusahaan holdingmilik Alibaba di mana Yahoo memiliki 15% saham di sana.

Mengapa Yahoo sampai pada kondisi 'Nyahoo'? Inilah fase-fasenya seperti dijelaskan Hilman:

* Terdisorientasi oleh uang.

* Krisis identitas.

* Hilangnya hacker-culture.

* Kegagalan di era smartphone.

* Menularkan kegagalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun