Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kurasi Artikel Ekonomi Hilman Fajrian, "Rhenald Kasali"-nya Kompasiana

12 Januari 2018   14:34 Diperbarui: 13 Januari 2018   12:03 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.

Hilman mengakhiri tulisannya dengan paragraf apik. Ia mengingatkan:

"Menghambat, mengancam dan membredel inovasi hanya langkah sementara untuk menunda kekalahan. Semua hanya soal waktu. Sementara di dunia internet dan teknologi yang tak lagi punya batas negara, perpindahan dan replikasi teknologi itu bisa terjadi dalam sekejap. Bila kita tak memanfaatkannya, maka orang lain yang akan melakukannya.

Setelah Alibaba membeli Lazada Rp 13 triliun tahun lalu, hari ini kita melihat begitu banyak seller dari China yang berjualan di Lazada. Tahun ini kabarnya Amazon akan rilis di Indonesia, dan kita akan segera lihat seller dari Barat ikut mencicipi manisnya triliunan uang kita. Kekalahan itu bukan lagi soal satu-dua pelaku usaha, tapi kekalahan sebuah bangsa.

Bila kita semua berpikir sama dengan cara lama, maka sebenarnya tak ada satupun dari kita yang berpikir.

By the way, sampai 11 Januari 2018, tulisan ini sudah diklik 1358 kali.

o o o O o o o

Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
Screenshot tulisan Hilman Fajrian di Kompasiana.
2. Mengapa Perusahaan Gagal Berinovasi?

Baru membaca judul tulisan ini saja, sudah muncul hasrat untuk membacanya. Apalagi, ketika Hilman mengawali naskahnya dengan sebuah pertanyaan jeli:

"Bila McDonald menemukan bahwa roti prata yang diolah dengan kismis, cabe dan es krim ternyata jauh lebih lezat dibanding Big Mac, apakah mereka akan menjualnya?

Sebagai penggemar Big Mac, saya pasti akan protes kalau menu ini dicoret McDonald. Tapi, bukan urusan sajian burger "bertingkat" itu yang jadi fokus Hilman. Melainkan sekadar memberi gambaran bahwa inovasi bisnis itu perlu. Inovasi yang ditingkahi risiko usaha tinggi untuk sampai pada tahap bagaimana mampu melahirkan produk-produk kreatif dan inovatif.

Dalam bahasanya yang tegas tanpa tedeng aling-aling, Hilman mengungkapkan: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun