Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

2020, Indonesia Kiblat Busana Muslim Dunia

4 Januari 2018   11:16 Diperbarui: 5 Januari 2018   16:32 7592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2020, Indonesia targetkan jadi Pusat Busana Muslim Sedunia. (Foto: diaryhijaber[dot]com)

Produk fashion muslim pria. (Sumber: BEKRAF)
Produk fashion muslim pria. (Sumber: BEKRAF)
Produk fashion muslim wanita. (Sumber: BEKRAF)
Produk fashion muslim wanita. (Sumber: BEKRAF)
Mengatasi kompetisi dengan Malaysia di pasar mancanegara ini, busana muslim Indonesia harus lebih kekinian jualannya. Contoh, produk Malaysia dengan label Naelofar misalnya, mereka menggunakan jaringan online, media-media sosial dan global marketplace untuk pemasarannya. Untuk itu, Indonesia jangan mau kalah. Lakukan hal yang sama, bahkan lebih luas dan atraktif lagi. Atau, manfaatkan aplikasi e-Smart IKM yang diluncurkan Kemenperin, karena menurut Gati Wibawaningsih, saat ini sudah 5 raksasa martketplace online yang bermitra.

Selain meladeni Malaysia, produk busana muslim Indonesia juga harus ekstra waspada. Karena saat ini semakin banyak negara yang juga bersiap memasuki dan menguasai pasar busana muslim sedunia. Mereka misalnya adalah Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Amerika Serikat, Italia, Thailand, Jepang, Italia, Inggris dan Perancis.

Keenam, untuk memenangkan persaingan pemasaran dalam dan luar negeri, tentu saja persoalan yang membelit perajin dan pengusaha produk busana muslim harus bisa dienyahkan. Problema paling pelik adalah ketersediaan bahan baku. "Tidak terlalu banyak industri tekstil dalam negeri yang maju dalam bidang pertenunan dan finishing," ungkap Dirjen IKM, Gati Wibawaningsih kepada penulis.

Persoalan lain seperti modal, teknologi, pemasaran dan SDM, ujar Gati, bisa teratasi. "Untuk modal, sekarang ini ada layanan KUR, FinTech, Modal Ventura dan lainnya. Kami bisa fasilitasi pinjaman dana juga melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. Dalam hal pemasaran, silakan gabung dengan e-Smart IKM," serunya seraya menyatakan bahwa pemasaran offline harus selektif dan hanya untuk space prestisius saja.

Koleksi busana muslim batik modern. (Foto: koleksibajulengkap[dot]com)
Koleksi busana muslim batik modern. (Foto: koleksibajulengkap[dot]com)
Ketujuh, bercermin dari potensi pasar dan peta persaingan yang semakin kompetitif, Pemerintah sebaiknya memberi fasilitas menarik bagi pelaku industri busana muslim. Kalau modal dan pemasaran sudah dijawab Kemenperin dengan beragam terobosannya, maka khusus bahan baku, sebaiknya ada kebijakan untuk mengucurkan Dana Retrukturisasi. Misalnya, pengusaha kain dikucurkan subsidi khusus apabila hendak membeli piranti produksi dan semacamnya. Ini pasti bisa menjadi modal yang baik bagi ketersediaan bahan baku yang selama ini terus menjadi momok.

 Begitulah, produk busana muslim Indonesia memang sudah sepatutnya menjadi bagian dari apa yang dinamakan sebagai Halal Way of Life, bukan hanya untuk lingkup dalam negeri, tapi juga mancanegara. Semangat ini kian membuncah, apalagi ketika belum lama ini, Kementerian Agama meresmikanBadan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) demi menggairahkan perkembangan industri halal di tanah air yang dampak positifnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun