Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Inilah Para Srikandi Pelaku UMKM Tangsel [HUT Tangsel ke-7]

26 November 2015   06:11 Diperbarui: 26 November 2015   19:28 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari saya perkenalkan para Srikandi UMKM Tangsel ini satu demi satu. Tapi, eits … jangan salah terka ya, ini bukan iklan. Ini semata demi pemberdayaan para pelaku UMKM itu sendiri. Bahkan, saya juga tidak menuliskan berapa harga jual produk-produk mereka, meskipun saya mengetahuinya.

Perempuan di bawah ini empunya nama panjang Lina Santika Rahmania. Ia pemilik usaha sambal spesial “Hj.Lina”. “Saya sudah memproduksi sambal ini sejak enam tahun lalu. Waktu itu, saya memproduksi sambal karena memang saya punya Restoran Bebek Goreng di Rangkasbitung dan Jakarta. Nah, karena banyak pelanggan saya yang kemudian juga memesan sambalnya, maka saya memberanikan diri untuk mulai memproduksi sambal spesial dalam kemasan botol ini. Jadi boleh dibilang, sambal ini sudah teruji. Saat ini, saya menjadi supplier ke rumah makan yang menyediakan menu bebek untuk wilayah Serpong, tentu dengan menggunakan sambal spesial “Hj.Lina” ini,” jelasnya kepada penulis.

(Lina Santika Rahmania, pemilik usaha sambal spesial “Hj.Lina”. || Foto: Gapey Sandy)

Komposisi sambal spesial buatannya, menurut Lina, tidak neko-neko. Hanya cabe rawit, bawang merah, bawang putih, gula, garam dan rempah-rempah. “Untuk minyaknya, saya pakai yang bagus dan bermerek,” ungkap Lina sembari mengatakan, biasanya dalam setiap dua hari ia memproduksi sambal spesial minimal sebanyak 10 kilogram atau menjadi sekitar 120 kemasan botol dengan berat bersih 175 gram.

Lina mengatakan, ia kini sudah memproduksi sambal spesial dengan empat rasa: Original, Ekstra Pedas, Sambal Bebek, dan Sambal Ikan Tuna. “Untuk Sambal Bebek terdapat komposisi tambahan yaitu suwiran daging bebek. Begitu juga dengan Sambal Ikan Tuna, didalamnya ada suwiran Ikan Tuna. Nah, suwiran-suwiran daging sesuai rasa sambal ini belum ada yang memproduksi, selain saya. Di kemasannya saya tulis, memang ada suwiran daging bebeknya,” bangga warga Serpong ini.

Bergabung dengan Koperasi UMKM Mandiri Tangsel, kata Lina, banyak manfaatnya. “Saya jadi banyak teman, komunitas, link bisnis, dan itu harus dilakukan karena Tangsel adalah wilayah tempat tinggal saya. Harapan saya, koperasi bisa membuat produk kita semakin dikenal publik karena kita punya wadah bersama yaitu koperasi ini,” kata Lina yang sudah tidak mempermasalahkan lagi seandainya pun harga bahan baku yakni cabai, naik menjadi Rp 100.000 per kilogram. “Buat saya sudah tidak jadi masalah. Mau naik atau tidak harga cabai itu, saya harus tetap berproduksi”.

(Inilah sambal spesial “Hj.Lina”. Salah satu produk UMKM Tangsel. || Foto: Gapey Sandy)

Sementara itu, perempuan berikut ini pemilik nama lengkap Siti Rahmawati. Entah kenapa, oleh teman-temannya ia biasa dipanggil Ratih, dan tidak sedikit yang memanggilnya Amoey. Karena bingung mau mencari nama produk, maka ia pasrah saja ketika ada yang mengusulkan nama produk Abon buatannya diberi embel-embel “Amoey”.

“Saya baru serius membuat abon untuk dipasarkan seperti ini sejak dua tahun lalu. Meskipun sebenarnya, saya sudah lama suka membuat abon ikan. Semua gara-gara anak saya yang tidak suka ikan. Padahal, ikan itu penuh gizi, kaya vitamin, protein hewani yang baik untuk tubuh. Nah, suatu ketika, daging ikannya saya buat menjadi abon kering. Ternyata, anak-anak kemudian suka. Begitu juga dengan keluarga, tetangga, teman, dan akhirnya banyak yang memesan,” cerita Ratih yang kerapkali menerima pesanan catering.

(Siti Rahmawati, pelaku UMKM yang memproduksi Abon Ikan Tongkol dan Abon Ikan Lele. || Foto: Gapey Sandy)

Ketika pertama kali bergabung dengan Koperasi UMKM Mandiri Tangsel pada sekitar dua tahun lalu, Ratih mengaku dirinya sama sekali tidak memiliki produk jualan apapun. “Akhirnya saya terpikir untuk membuat abon kering yang memang sudah saya kuasai. Inovasi pun berlangsung, produksi Abon Ikan Tongkol ini kemudian saya kreasikan menjadi tiga rasa, Original, Pedas, dan Manis. Selain itu, saya juga sudah mulai memproduksi Abon Ikan Lele Sangkuriang yang memiliki serat daging lebih keras dibandingkan Ikan Lele biasa,” kata warga Ciputat ini sembari menyebut, untuk ikan Tongkol seberat 3 kilogram setelah diproduksi hanya akan menjadi 500 gram abon. “Hasil jadi abonnya, memang sedikit”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun