Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seniman Reog Berharap Pemberdayaan

13 November 2015   08:33 Diperbarui: 14 November 2015   10:15 2500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Improvisasi pertunjukan seni Reog Ponorogo dan Jaranan dengan menampilkan adegan menyemburkan api. | Foto: FB Reog Surabaya Hiprejs)

Pakem sudah ada, lalu apa yang Anda usahakan untuk memajukan Reog?

Dimana-mana, Reog punya sumber dan alur cerita yang sama. Tapi kami justru ingin menampilkan yang berbeda. Karena, kalau kita hanya berpegang pada pakem maka permainannya tidak ada perubahan. Hal seperti ini tidak akan laku dijual. Padahal salah satu permasalahan Reog sekarang ini adalah pemasaran.

Makanya, saya ingin mengubah agar penampilan Reog ini semakin bisa diterima masyarakat, dengan melakukan sejumlah improvisasi. Sama seperti yang dilakukan oleh seniman Wayang Kulit yang bisa berkolaborasi dengan seni Campur Sari maupun lawakan. Di Reog, saya melakukan improvisasi yang mirip seperti itu.

Mengapa improvisasi Reog ini Anda lakukan?

Karena ini adalah seni pertunjukan yang kami tawarkan kepada masyarakat, artinya ada unsur komersilnya. Tapi, akan menjadi beda, bila Reog dikhususkan untuk acara event lomba misalnya, maka semua pakem harus sesuai sinopsis yang berlaku turun-temurun. Improvisasi yang saya lakukan misalnya dengan menambahkan lawakan atau guyonan, akrobatik seperti salto sambil lepas tangan, makan api, sampai mengupas kulit kelapa menggunakan gigi. Semua kami lakukan asalkan tidak menyimpang dari syariat agama. Improvisasi seperti ini, dulunya tidak ada dalam adegan Reog.

(Improvisasi pertunjukan seni Reog yang menampilkan adegan ‘memakan’ api. | Foto: FB Reog Surabaya Hiprejs)

Seniman Reog tentu berharap jadwal mentas semakin banyak. Sekali pentas berapa lama waktunya? Berapa biayanya?

Umumnya, sekali pentas Reog itu minimal dua jam. Tapi, soal waktu pentas ini, kami bisa saja menyesuaikan dengan kehendak dari pihak yang mengundang. Pihak pengundang itu ‘raja’, dan kami menyesuaikan kehendak mereka. Contoh, kalau ada kehadiran kapal-kapal asing di pelabuhan, maka para event organizer yang mengontak kami mengharuskan agar stand by jam 05.00 pagi. Lha kalau jam 05.00 sudah harus stand by, maka jam 03.00 pagi kita sudah mulai lakukan persiapan, termasuk rias wajah. Karena cukup lama persiapan rias itu. Maklum, dalam satu tim, kami terdiri dari 25 orang pemain. Tapi kadang ada juga yang minta lebih waktu pentasnya, sehingga kita harus improvisasi bareng dengan Campur Sari, lawakan dan lainnya.

Untuk masalah biaya? Sekali pentas, untuk di wilayah Surabaya, kami mematok tarif Rp 5 juta. Sedangkan apabila yang mengundang berada di luar Surabaya, maka perlu ditambah biaya transportasi untuk angkutan tim. Nilainya, tergantung jauh-dekat jaraknya.

Bantuan apa yang Anda harapkan dari Pemerintah?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun