Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Sherly di Balik Kecantikan Tari Nong Anggrek (1)

13 Agustus 2015   09:10 Diperbarui: 13 Agustus 2015   19:31 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikut, wawancara saya dengan Sherly, yang kini tengah sibuk menjadi Asisten Pelatih untuk Pergelaran Acara Napak Tilas Republik Indonesia dalam rangka memperingati HUT RI ke-70 pada tahun ini. “Ada 85 pengisi acara yang terlibat. Dan, pada tanggal 15 Agustus ini, kami akan melakukan gladi resik. Lalu, pada tanggal 16 Agustus, akan mementaskan pergelaran tersebut dalam acara gala dinner di Istana Merdeka, Jakarta,” ujarnya penuh syukur.

o o o O o o o

Sherly Fatmarita, sang koreografer Tari Nong Anggrek dan menjadi tarian ikon Kota Tangsel. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita).

Bagaimana cerita awal penggarapan Tari Nong Anggrek?

Sebagai kota urban, Kota Tangsel yang baru terbentuk memang belum memiliki tradisi, karena tradisi baru akan ada setelah dilakukan secara terus-menerus dan setiap hari. Mengenai apa yang menjadi ciri khas dan tradisi Tangsel, Kantor Budaya dan Pariwisata Tangsel, pada tahun 2014 sempat menggelar lokakarya selama dua hari di Cipondoh, Tangerang, yang tujuannya merumuskan apa-apa saja yang akan ditonjolkan untuk disepakati sebagai ciri khas Tangsel. Banyak tokoh masyarakat, seniman, penata tari dari Tangsel ikut hadir, termasuk pimpinan Lembaga Kesenian Betawi dari DKI Jakarta.

Akhirnya, berpijak pada fakta dan data lapangan, bahwa Tangsel merupakan pemasok terbesar bunga Anggrek jenis Van Douglas, maka terpikir untuk menciptakan sebuah tarian yang terinspirasi dari potensi Anggrek. Maka bersepakatlah kita, menyamakan ide, untuk menciptakan tarian yang mencerminkan kecantikan bunga Anggrek tersebut. Waktu itu, kita bahkan belum menemukan nama yang pas untuk tariannya, kecuali hanya sekadar tarian dengan inspirasi Anggrek, yang dalam hal ini adalah Bunga Anggrek jenis Vanda Douglas.

Sanggar tari Anda ikut aktif didalamnya. Bagaimana keputusannya waktu itu?

Hasil dari kesepakatan lokakarya untuk menciptakan tarian bertemakan Anggrek, kemudian ditindaklanjuti oleh Kantor Budpar Tangsel dengan menunjuk satu konsultan untuk membantu realisasi penciptaan tariannya. Nah, Dewan Kesenian Tangsel yang juga terlibat di dalamnya sejak awal, kemudian juga mengarahkan konsultan ini untuk bekerja sama dengan beberapa sanggar tari memenuhi rekomendasi. Tapi, akhirnya dipilih sanggar yang saya kelola, yaitu Sanggar Tari Ragam Budaya Nusantara yang beralamat di Kompleks Villa Pamulang, Tangsel, untuk bersama-sama melakukan riset dan pengembangan tarian Anggrek ini termasuk bagaimana musik pengiringnya.

Lima penari Tari Nong Anggrek ketika bersiap tampil pada Pembukaan Acara Harganas ke-XXII di Lapangan Smartfren, BSD City, 29 Juli 2015. (Foto: Gapey Sandy)

Bersama konsultan ini kemudian kita berembuk lagi, dengan menghadirkan beberapa seniman musik dan tari, untuk menggali dan menciptakan tarian Anggrek lengkap dengan musiknya. Sebelum kita bekerja, semua pihak akhirnya sepakat untuk melihat potensi alam dan wisata Tangsel terlebih dahulu. Nah, ternyata kita semua sadar bahwa Tangsel tidak memiliki banyak potensi alam dan wisata, kecuali banyak memiliki danau-danau atau situ yang tersebar di berbagai wilayah Tangsel. Hal ini penting, karena meskipun ide besar tariannya adalah terinspirasi dari Anggrek Van Douglas, tapi tetap harus menampilkan wujud Tangsel secara keseluruhan berdasarkan ragam etnik, geografis, demografi, kultur dan segala macam yang terkumpul di kota ini.

Dengan potensi alam serta wisata yang minim, dan hanya menyisakan kesimpulan bahwa Tangsel memiliki banyak situ, maka mulailah kami semua yang berembuk ini mengerucutkan ide, guna menjawab apa-apa saja potensi yang terkandung di situ-situ tersebut. Sudah tentu, kita tidak mengambil unsur keberadaan tanaman Eceng Gondoknya, tapi kita justru menonjolkan bunga-bunga Teratai di situ-situ tersebut. Enggak lucu dong, kalau kita justru mengambil contoh nyata keberadaan Eceng Gondok, yang notabene dianggap mengganggu perairan situ dan justru sebaiknya dibersihkan, hahahaaa ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun