Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ada Sherly di Balik Kecantikan Tari Nong Anggrek (1)

13 Agustus 2015   09:10 Diperbarui: 13 Agustus 2015   19:31 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau dihitung-hitung, sudah beberapa kali saya menyaksikan langsung gemulai anggun para penari yang menyuguhkan Tari Nong Anggrek. Misalnya, ketika peluncuran film Paradise of Tangsel di Theatre XXI, Living World – Alam Sutera, BSD City, pada 16 April 2015, dan ketika pembukaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-XXII di Lapangan Smartfren - BSD City, pada Rabu 29 Juli 2015. Kedua momentum nonton Tari Nong Anggrek ini, bahkan turut disaksikan juga oleh Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany.

Tari Nong Anggrek memang semakin memantapkan posisinya sebagai tarian ikon Kota Tangsel. Jangan sebut tarian khas, karena yang namanya kekhasan harus terpupuk sejak lama, bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, baru menjadi sesuatu yang khas. Sedangkan Tangsel, usianya baru menginjak tujuh tahun pada 2015 ini. Artinya, Tari Nong Anggrek belum pas bila dikatakan sebagai suatu kekhasan dari Tangsel. “Ini tarian ikonnya Tangsel, bukan khas,” kata Sherly Fatmarita, sang koreografer Tari Nong Anggrek.

Acap kali Tari Nong Anggrek disuguhkan, biasanya selalu didahului dengan paparan singkat terkait tariannya. Mulai dari Tangsel sebagai kota yang peduli lingkungan hijau dan memiliki 11 danau atau situ serta berbagai flora yang unik. Berpijak dari situ, digaraplah sebuah tarian yang mencerminkan kondisi Tangsel, terutama potensinya dalam memproduksi Anggrek jenis Vanda Douglas (sering disebut: Pandoglas). Tarian yang dimaksud adalah Tari Nong Pandoglas, yang kemudian diubah namanya menjadi Tari Nong Anggrek. ‘Nong’ itu sendiri merupakan panggilan untuk seorang putri di Tangsel. Sedangkan prianya, dipanggil dengan ‘Kang’.

Sherly Fatmarita (berdiri) bersama empat penari Tari Nong Anggrek ketika tampil di Ambon. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita)

Penggarapan Tari Nong Anggrek butuh perjalanan panjang, juga sumbangsih tenaga dan pemikiran dari mereka yang peduli, mulai dari instansi Pemkot Tangsel terkait, seniman tari, pemain musik tradisional, dan para penarinya itu sendiri. “Saya hanya diberi amanat menjadi eksekutor atau, katakanlah koreografer saja. Pemkot Tangsel yang sepenuhnya mendanai, dan mungkin yang akan memiliki hak paten atas tarian ikon Tangsel ini. Sebagai warga, saya bersama teman-teman lain yang terlibat dalam penciptaan tarian ini hanya memberi sumbangsih karya demi Tangsel,” ujar Sherly.

Tari Nong Anggrek itu sendiri mengangkat gerakan-gerakan alam, yaitu gerak tumbuhan melambai terkena angin, gerak bunga Anggrek mekar, dan gerak tumbuhan yang ada di atas permukaan air situ atau danau. Gerakannya tidak sembarang. Karena, sang penari harus memiliki kelenturan tubuh yang mumpuni, dan memahami gerakan pakem atau gerakan dasar Tari Betawi dan Sunda, dengan diiringi musik Gambang Kromong dan sejumlah perkusi yang kemasannya atraktif juga dinamis.

“Penari harus menguasai gerakan swing yang baik, kalau tidak ia bisa pusing kepala. Juga, gerakan split,” ungkap ibu beranak tiga ini seraya mengatakan bahwa Tari Nong Anggrek pernah dipergelarkan ketika acara pertemuan APEKSI 2013 di Dumai, lalu 2014 di Ambon, dan menurut rencana pada 2016 di Jambi.

Ketika puncak acara Harganas ke-XXII, 1 Agustus 2015, di Lapangan Sunburst, BSD City, Tari Nong Anggrek disuguhkan secara kolosal. “Ada 20 penari sekaligus. Dan, ketika tarian usai, mimik wajah Ibu Walikota Airin terlihat sangat puas, belum lagi apresiasi tepuk tangan beliau yang seolah tiada henti,” tutur Sherly yang menyebutkan sejak mulai digarap pada 2013 lalu, saat ini sudah ada sekitar 50 penari Tari Nong Anggrek yang terbilang berkategori expert.

Para penari Tari Nong Anggrek ketika turut memeriahkan acara Pameran Pembangunan 2015, masih dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-XXII di BSD City, Tangsel. (Foto: Dok. Sherly Fatmarita)

Tahun depan, lanjut Sherly, bersama Kantor Budaya dan Pariwisata Tangsel, akan dilakukan sosialisasi Tari Nong Anggrek ke sekolah-sekolah, lalu mengajarkan dan membuat perlombaan tari antar sekolah. “Dengan begitu, akan muncul lagi bibit-bibit penari berbakat dari sekolah-sekolah. Sekaligus akan menjadikan mereka angkatan ketiga sebagai penari Tari Nong Anggrek,” harap Sherly yang sudah kenyang pengalaman dalam hal tarian.

Hari Minggu siang, 9 Agustus 2015, Sherly menyambut saya dengan ramah dan hangat di rumahnya yang juga sekaligus Sanggar Ragam Budaya Nusantara, sanggar tari miliknya yang sudah digeluti sejak 2003 silam. Di teras rumahnya yang nyaman dengan pepohonan Bunga Anggrek, Sherly menjawab pertanyaan demi pertanyaan terkait penggarapan Tari Nong Anggrek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun