Mohon tunggu...
Ganjaran Apps
Ganjaran Apps Mohon Tunggu... Freelancer - Kelompok Penulis Pendukung Ganjar

Kami adalah sekelompok penulis pendukung Ganjar Pranowo, yang mendukung sosok tersebut sebagai Presiden 2024. Kami berasal dari berbagai latar belakang, namun dengan visi-misi yang sama. Konten yang akan kami muat adalah seputar Ganjar Pranowo dan hal-hal yang berkaitan dengan beliau. Sebab publik berhak tahu, seperti apa sosok Ganjar Pranowo dari berbagai sisi. #GanjarKita

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ganjar Itu adalah Anak Ideologis Bung Karno

7 Juli 2022   15:36 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:52 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah orasinya di HUT organisasi relawan Ganjarist yang digelar bersamaan dengan peringatan hari lahir Pancasila, 1 Juni 2022 yang lalu, aktivis Denny Siregar membuat pernyataan yang mengejutkan, yaitu Ganjar Pranowo itu adalah anak ideologis dari founding father Bung Karno.

Terdengar cukup mengejutkan, karena bagaimanapun Bung Karno adalah tokoh besar bangsa ini, dan karena disebutkan sebagai "anak ideologis" saya jadi ikut merenung, apa yang pernah dilakukan gubernur Jateng itu hingga layak mendapatkan sebutan yang seperti itu.

Salah satu yang ditandai oleh kisah Denny Siregar dalam orasinya itu, Ganjar adalah pemimpin yang anti radikal. Yaitu sebuah sikap yang tegas memerangi makin masifnya perkembangan kelompok-kelompok radikal di beberapa daerah di Jawa Tengah. 

Kisah Ganjar yang membuat pakta integritas dengan kepala sekolah SMA, SMK dan SLB se Jawa Tengah agar tidak terlibat hubungan dengan organisasi radikal itu, dan bahkan memecat 7 (tujuh) ASN yang terbukti terafiliasi dengan gerakan jaringan ormas intoleran itu, bagaimana pun adalah sebuah fakta.

Dalam sebuah kisahnya sebagai aktivis yang kerap bersuara vokal terhadap kaum intoleran, Denny Siregar sering mendapatkan gangguan berupa teror dari orang-orang yang tak dikenal, yang bisa saja ditandai orang-orang itu serupa dengan sekelompok orang yang melakukan persekusi dan penganiayaan kepada Ade Armando dalam sebuah peristiwa demo mahasiswa, April 2022 yang lalu. 

Maka, sikap Ganjar Pranowo memerangi kelompok radikal dengan wewenang yang dimiliki itu, menurut saya merupakan sebuah keberanian yang perlu diapresiasi.


Radikalisme dan intoleransi dalam konsep hidup bersama dalam kaidah kebhinekaan yaitu tatanan masyarakat yang plural dan majemuk, penuh dengan perbedaan-perbedaan merupakan penyakit yang bisa menyebabkan korosi terhadap nilai dari sila ketiga Pancasila yiatu Persatuan Indonesia. Maka, jika dibiarkan berkembang, hanya akan mendulang perpecahan saja di kemudian hari. 

Dalam sejarah bangsa kita, Bung Karno dikenal sebagai pemimpin bangsa kita yang terkenal keras dan tegas pula menentang adanya gerakan kaum radikal. Munculnya gerakan DI/TII yang berkehendak mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) pernah dinyatakan terlarang oleh negara dalam kepemimpinan Bung Karno, dan karenanya ormas terlarang itupun ditindak keras dan tegas oleh negara dengan kekuatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). 

Lebih dari itu, mengartikan Ganjar sebagai anak ideologis Bung Karno, menurut saya bisa saja diurai dengan adanya gerakan-gerakan Ganjar baik secara pribadi maupun selama ini menjadi gubernur Jateng yang merepresentasikan  pengamalan dari Pancasila. Bagaimana tidak? 

Ganjar yang keras kepada kaum radikal itu kurang lebih adalah juga bermakna pembelaannya kepada umat agama lain yang ketika sedang beribadah mendapatkan gangguan dari kaum intoleran tersebut. Siapapun boleh melakukan ibadah dan merayakan hari besar keagamaan dengan rasa aman dan khusuk. 

Adanya fakta pengeboman gereja-gereja di Surabaya itu dan juga selalu menjadikan isu semacam ancaman akan terjadi juga di daerah-daerah lain, termasuk di daerah-daerah di Jawa Tengah, bagaimana pun sebuah kabar yang  bermakna teror yang meresahkan. 

Bagaimana pun juga pengeboman Candi Borobudur di Magelang yang bermotif radikalisme pernah juga terjadi. Maka, apa yang kemudian dilakukan oleh Ganjar menyikapinya? 

Dalam pemikiran saya, Ganjar yang selalu menyisipkan pesan-pesan damainya melalui pengajian-pengajian akbar bersama Habib Syech, Habib Lutfi, Gus Miftah, Gus Muwafiq, dan para ulama adalah sebuah upaya yang taktis untuk mengingatkan adanya bahaya perpecahan itu karena adanya praktik-praktik intoleransi dalam beragama.

Melalui program bedah rumah, yaitu memberikan bantuan sejumlah uang  untuk dana renovasi rumah bagi warga Jateng yang tidak layak huni, yang hingga hari ini sudah menyentuh lebih dari 1 juta rumah itu bagaimana pun sebuah aksi nyata dalam upaya gubernur Jateng itu ikut mengentaskan kemiskinan di Jateng. 

Sumbangan 20 juta rupiah bisa dikatakan besar tapi untuk renovasi sebuah rumah bisa saja tidak berarti apa-apa. Tetapi bagaimanapun itu sejumlah uang yang besar dan bisa diwujudkan menjadi rumah yang layak huni. Karena praktik pengerjaannya, dalam pemikiran Ganjar Pranowo melalui program Pemda Jateng itu mengharuskan dilakukan dengan gotong-royong warga yang merupakan tetangga-tetangga dari si warga penerima bantuan program tersebut. 

Bagaimana pun aktualisasi dari program bedah rumah tersebut, selain sebuah perhatian berupa materi yaitu sejumlah uang tapi juga bermakna lain bisa menghidupkan napas gotong-royong, yaitu kepedulian dari para tetangga untuk ikut membantu tetangganya mewujudkan rumah yang layak huni.

Begitupun dengan terobosan-terobosan yang dilakukannya dalam program Lapak Ganjar, yaitu berpromosi gratis di akun medsosnya, secara aktual memberi bukti mampu memberikan ruang-ruang kemungkinan bagi para pelaku UMKM untuk meningkatkan penghasilan dari usahanya. 

Apalagi dilakukan ketika masa pandemi korona yang kronis karena adanya pemberlakukan "Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)" adalah bukti dari pemikiran Ganjar yang cemerlang untuk membantu meningkatkan perekonomian warganya. 

Belum lagi sikapnya yang tanggap dan cepat dalam merespon setiap adanya bencana. Bahkan tak segan-segan, Ganjar pun ikut dan berdiri  di tengah bencana itu untuk melakukan upaya; apa yang bisa dilakukan agar dampak dari bencana itu tidak terlampau menjadikan dilema-dilema.

Ganjar yang ikut mengatur lalu-lintas untuk mengurai kemacetan karena banjir rob, Ganjar yang makan bersama para pengungsi di tenda-tenda pengungsian banjir, Ganjar yang terlibat diskusi secara intens dengan siapa saja yang terlibat dalam penanggulangan bencana, memang bisa saja jika kemudian dikatakan sebagai gubernur yang bekerja tidak pada tempatnya. Akan tetapi, menurut saya justru itulah fungsi dari pemimpin yang merakyat itu. 

Pemimpin yang jika dalam keadaan yang kritis bisa berdiri dan bersikeringat bersama-sama rakyatnya, melakukan apa saja yang diperlukan agar mendapatkan jalan keluar atau solusi yang terbaik menurut saya adalah berkah bagi masyarakat yang dipimpinnya. Jika ada gubernur yang hadir, ikut berjibaku dan bergotong-royong bersama warga lainnya, bukankah berpotensi akan ada gerakan yang cepat pula dalam menghadapi dan menanggulangi bencana itu. 

Bung Karno adalah pemimpin yang merakyat. Bukankah apa yang dilakukan Ganjar selama ini adalah juga bisa dikatakan merakyat? Ganjar suka blusukan ke kampung-kampung dan menjumpai siapapun warga, tanpa sungkan, ragu dan melakukan wawancara-wawancara yang santai dan meniadakan protokoler, bukankah itu bisa dikatakan sebagai ciri-ciri yang merakyat?

Tentu masih banyak lagi, menurut saya aksi-aksi nyata Ganjar yang bisa dikatakan sebagai manifestasi dari gerak aktif mengamalkan Pancasila. Belum lagi aksi-aksi tegasnya membatasi ruang-ruang pejabat di lingkup Jateng agar tidak melakukan praktik korupsi, pungli dan suap. 

Bukankah itu sebuah praktik yang nyata dari aktualisasi untuk mewujudkan adanya keadilan sosial. Sebaiknya bantuan sosial (bansos) itu memang harus dibagikan kepada yang layak dan pantas menerimanya. 

Dan para pejabat sepertinya sebaiknya taktis dalam membuat dan melaksanakan sistem birokrasi yang baik melayani kebutuhan rakyat. Semua itu dilakukan untuk kelancaran dan tepat sasaran demi terpenuhinya rasa keadilan itu. Dengan apa yang nampak dilakukan oleh Ganjar Pranowo itu dalam pembacaan saya, kiranya saya mengamini pernyataan Denny Siregar bahwa Ganjar Pranowo adalah anak ideologis dari Bung Karno. Tidak diragukan lagi. (DKS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun