Jalur pantura yang dilewati oleh bus-bus AKAP itu jaraknya dari rumah kami kurang lebih 5 km.
"Ya. Nggak apa-apa pak" Jawabnya.
Maka di pagi itu kami berangkat. Bertiga, aku isteriku dan anakku yang masih kecil. Di atas motor dalam perjalanan ke jalur pantura, tak henti-hentinya saya mengalami batuk-batuk, terkadang diselingi dengan bersin-bersin. Namun yang menjadi ganjalan dihati saya adalah jika berangkat pagi seperti ini, maka setidaknya harus tiga kali ganti angkutan untuk bisa sampai ke rumah mertua. Dan hal itu sangat mengganggu pikiranku. Nggak tega rasanya. Rasa khawatir itu terus ada, belum nanti pulangnya bagaimana.
Sampailah di pertigaan jalur pantura. Saya berhenti sebentar. Berpikir. Saya start lagi itu motor, saya berpikir lebih baik ke kota kabupaten saja, walaupun agak jauh, tetapi paling tidak ada peluang mendapatkan bus AKAP dengan lebih cepat. Siapa tahu ada bus yang barusan lewat. Karena jalur pantura di kota kabupaten itu bisa ditempuh melalui jalur pintas dari pertigaan tersebut. Sesampainya di sana, motor saya hentikan untuk mencegat bus lewat.Â
Lama menunggu tak juga muncul. Batuk-batuk dan sakit kepala yang saya alami rasanya bertambah parah saja. Tidak jauh dari tempat kami duduk mencegat bus, terlihat sebuah kios. Tiba-tiba muncul di pikiran "minum Toak Angin" siapa tahu bisa menghilangkan sakit kepala ini, yang semakin lama semakin parah saja.
"Buk, tolong belikan tolak angin di sana. Siapa tahu dengan meminumnya kondisi fisikku bisa lebih baik" kataku pada isteri. Saya dibelikan dua sachet, dan beberapa permen. Saya minum satu. Di sana tidak lama, karena bosen nunggu bus tidak muncul-muncul serta dibayangi kekhawatiran jika membayangkan ketika akan ganti angkutan, maka saya bilang pada isteriku.
"Buk, saya antar sampai Semarang ya?
"Kuat nggak pak? Bapak kan masih sakit." Katanya.
"Nggak apa-apa buk, daripada khawatir terus" jawabku. Maka berangkatlah kami menuju Semarang. Adapun jarak Semarang dengan tempat kami mencegat bus tersebut kurang lebih 35 km. Bismillahirrohmanirrohim.
Sampai di Semarang, alhamdulillah fisik ini malah terasa baikan. Sakit kepala yang tadinya terasa amat berat, kini terasa enteng. Batuk-batuknya juga hilang. Aku  bilang sama isteriku. "Buk, aku antar sampai Kudus sekalian ya?
"Bapak ini bagaimana sih, memangnya bapak kuat? Kan Bapak lagi sakit? tanya isteriku.