Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cewek Gesrek

7 Juli 2019   11:04 Diperbarui: 7 Juli 2019   11:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cewek ini emang kebangetan. Bayangin aja, masak kecantikan semua siswi di di SMA ini, separuh ngumpul di wajahnya dan sisanya dibagi rata. Masing-masing cewek di sekolah ini cuma kebagian se-upil.

Umpamanya angkutan transportasi. Masuk kategori angkutan udara, yaitu pesawat terbang. Ibarat masakan, ini Rendangnya Urang Padang. Dibuat jadi penganan, udah pasti Pempeknya Wong Palembang. Singkat kate.... Biar ngeliatnya pake sedotan, wajahnya tetap 'sedap dipandang'. Kebayangkan!

Bukan cuma kecantikannya aja yang tidak terbantahkan. Tapi dendamnya pada Dimas, Yang nggak hilang sampe sekarang. Itu yang kebangetan. Lho, kok bisa? Begini ceritanya:

Check it, prat, pret, prooot.....

Waktu itu Dimas lagi bengang-bengong sendiri di depan kelas. Maklumlah, selain masih pagi. Hari ini juga, hari pertama masuk sekolah. Setelah seminggu mengikuti Penataran P4, yang diadakan oleh sekolah.

Kamu tahu kan Penataran P4? Itu lho. PENATARAN PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA. Semua murid baru ditingkat SD, SMP, SMA, lalu dilanjutkan ke Perguruan Tinggi, bahkan sampai ke lingkungan kerja. Wajib mengikuti Penataran P4 ini.

Masih belum tahu apa itu Penataran P4? Wah, kuper, deh! Biar kamu nggak dibilang 'kurang pergaulan'. Tanya dong sama kakaknya, yang rambutnya udah mulai ubanan. Jangan ngandelin gugel melulu yang cuma tahu, tapi nggak tempe. Eh, nggak pernah ngerasain, maksudnya.

Boleh juga cari info ke Tantenya, yang pipinya udah mulai banyak kerutan. Atau tanya sama Oom-nya. Yang kalau makan kacang, diemutnya pake gigi depan. Karena mereka pasti tahu dan sudah pernah merasakan. Biar kamu nggak penasaran, getoh! Hihihi...

Udah ah, kelamaan. Kita balik lagi aja ke cowok, yang diomongin barusan...

Waktu itu Dimas lagi sendirian, tahu-tahu cewek ini sudah berdiri di sampingnya

"Hai...!"

Tentu saja Dimas kaget dan langsung melihat ke asal suara.

"Perpustakaan dimana, yah?" Tanya cewek barusan.

Dimas mulai gagal fokus dan langsung terkesima dengan kecantikan, yang terpancar dari wajah cewek tersebut. Karena itu Dimas nggaklangsung menjawab pertanyaan, yang diajukannya.

"Kamu bolot, yah?" Suara cewek itu mulai terdengar nggak sabaran. 

"Enak aja ngatain gue budek. Eh, kamu nanyain apa barusan?"

"Tuh, kan. Nggak denger. Perpus...ta-ka-aaaan!" Cewek itu mengeja tempat yang dimaksud, karena sudah mulai sebel.

Sebagai murid baru, Dimas juga belum hapal dimana letak perpustakaan. Tapi karena terlanjur kesel sama kelakuan cewek tersebut yang  jutek. Akhirnya Dimas menunjuk satu tempat.

"Sono, belok kiri" Jawabnya asal, sambil menunjuk ujung koridor sekolah.

Tanpa mengucapkan terima kasih. Cewek itu langsung menuju ke arah, yang ditunjukkan oleh Dimas. Tapi, belum lima menit. Cewek itu balik lagi dengan muka merah padam dan bun-bunan yang 'berasap'.

"Hei! Kalo nggak mau ngasih tahu, bilang dong!" Damprat cewek itu pada Dimas.

"Lha, emang itu tempat apaan?" Tanya Dimas bingung.

"Toilet!" Bentaknya, sambil melewati Dimas dengan mata melotot.

Begitu ceritanya. hahaha...

Tapi yang bikin keki. Ternyata Dimas satu kelas sama cewek tersebut, yang belakangan diketahui bernama, Susan. Sudah hampir tiga bulan kejadian itu berlalu. Tapi sampai detik ini, cuma Dimas satu-satunya teman yang didiemin dan dicuekin sama cewek ini. Kebangetan, kan!"

Untung Dimas cowok pengajian, jadi nggak mau menyimpan dendam dan musuhan. Seperti yang selalu dibilang sama guru ngajinya, "Memutuskan tali silaturahim itu, memendekkan umur dan menyempitkan rezeki". Begitu...

Makanya Dimas berinisiatif untuk meminta maaf dan mengajak Susantemenan. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kesempatan itu datang juga. 

Saat jam istirahat. Dimas mendapati Susanlagi duduk sendirian di dalam kelas. Karena semua penghuni kelas sedang mengadakan anjangsana ke kantin. Persis macan kelaperan,Dimas lalu mendekati buruannya diam-diam. Selain nggak mau bikin cewek itu kaget. Dimas juga mau memberikan kesan yang baik.

"Susan..." Sapa Dimas, dengan sikap sopannya.

Cewektersebut cuma memandang sekilas, lalu menggeser duduknya karena pandangannya ke papan tulis terhalang sosok Dimas, yang duduk di hadapannya.

Tapi Dimas tidak patah semangat, lalu berpindah duduk ke bangku yang ditinggalkan cewek itu barusan. Sementara Susan masih kelihatan sibuk mencatat pelajaran, yang ada di papan tulis kelas.

"Gue mau minta maaf. Kamu mau kan maapin, gue?"Kata Dimas, mencoba bersikap manis. Meskipun sikap manisnya pake pemanis buatan.

Susan menghentikan gerakan tangannya, yang dipakai untuk menulis. Melipat buku catatannya. Lalu menatap Dimasdengan sorot mata yang tajam. Meskipun begitu, tetap aja cewek itu terlihat cantik di mata Dimas.

"Masalah kamu apa, sih?"Tanya Susan tiba-tiba, dengan nada ketus.

Dimas tentu saja kaget. Itu adalah kalimat pertama yang dia dengar langsung keluar dari bibir Susan. Meski sikapnya jutek dan nadanya ketus. Tapi terdengar merdu di telinganya.

"Nah, gitu dong. Masak cantik-cantik bisu" Dimas coba menyairkan suasana yang kaku.

"Nggak Lucu!"Ketus Susan sekali lagi.

"Ya udah. Sekarang gue mau minta maaf" Dimas menyodorkan jari kelingkingnya.

Beberapa detik kemudian, Dimas melihat cewek tersebut tersenyum. Sambil mengaitkan jarinya yang sama, ke jari kelingking Dimas. Sebagai simbol bhwa mereka udah temenan lagi.

Meski diliputi rasa heran karena Susan mau memaafkannya. Tapi Dimas tetap merasa senang, karena setelah berbulan-bulan bermusuhan, akhirnya mereka bisa berteman.

"Eh, itu apaan?"Tanya Dimas tiba-tiba sambil menunjuk selembar kartu yang tergeletak di atas meja.

"Oh, iya. Sorry nih, kelupaan. Ini undangan acara Ulang Tahun gue. Buat kamu, deh..."

Dimas menerima kartu undangan berwarna pink, yang diberikan oleh Susan kepadanya. Dibacanya sebentar, lalu memberikan ucapan selamat kepada cewek tersebut.

"Udah. Entar aja ngucapin met ultahnya, datang aja ke rumah. Gue tunggu, ya!" Tolak Susan sambil tersenyum manis. "Sekalian, alamat rumah gue..." Lanjut cewek itu lagi, lalu menuliskan alamat rumahnya di secarik kertas.

Dimas menerimanya dengan senang hati. Ternyata cewek tersebut nggak sejahat yang dia kira. Susan memang sempurna. Selain memiliki wajah yang cantik, cewek itu ternyata memiliki hati yang lembut, dibalik sikap yang ditunjukkannya kepada Dimas, selama ini.

Malamnya, Dimas sudah bersiap-siap pergi acara ulang tahun Susan. Sambil melaju di atas motornya, Dimas membaca kembali undangan yang ada di tangannya. Cowok itu sudah terlambat satu jam, acara yang tertera di undangan.

Disebuah warung, Dimas menghentikan laju motornya. Lalu menanyakan alamat rumah Susan yang tertera di kertas, kepada si pemilik warung.

"Maaf Ibu. Tahu alamat ini, nggak?" Kata Dimas kepada Ibu yang menjaga warung tersebut.

Sambil memicingkan matanya, ibu tersebut membaca alamat yang dipegangnya "JALAN KAMBOJA No.1 (Samping Masjid NURUL HIDAYAH). Oh, nggak jauh lagi mas" Jawab ibu itu, sambil menunjuk arah yang mesti dituju Dimas.

Agak bersemangat Dimas meneruskan perjalanannya.. Tidak berapa lama, Cowok itu sampai di masjid yang di maksud ibu warung barusan. Persis di sebelah Masjid, Dimas melihat papan nama, yang terpasang di mulut jalan tersebut. "JALAN KAMBOJA" Gumamnya dalam hati.

Sama dengan alamat yang diberikan Susan. Dimas lalu memasuki jalan tersebut, sambil mencari nomor rumah yang sudah diingatnya dari sebelum berangkat. Tapi alangkah kagetnya Dimas, saat menyusuri jalan tersebut.

Selain gelap, tanpa penerangan di sisi jalan. Satu-satunya cahaya, hanya berasal dari lampu motornya. Matanya melihat kesekeliling, namun yang dilihatnya cuma deretan pohon kamboja dan puluhan patok kuburan.

Sadar sudah dikerjain oleh susan. Dimas pun berteriak sekencang-kencangnya. "DASAR CEWEK, GESREEEK...!" Lalu suaranya, menggema kembali. Penuh Echo. hihihi....

Sementara di rumahnya Susan sedang meniup dan memotong kue ulang tahunnya. Cewek itu merayakan hari bahagianya bersama teman-teman sekelasnya.

Hanya Dimas satu-satunya orang yang tidak tampak di pesta ulang tahun Susan tersebut karena nyasar ke kuburan. Hi hi hi....

Artikel ini pernah ditayangkan pada 29 agustus 2016. Ditayangkan kembali setelah diakukan penyuntingan.

Sekian.
Salam Sendu.
Hiks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun