Madi sudah tiga bulan tidak kelihatan batang hidungnya. Padahal setiap pagi biasanya dia selalu mangkal di pinggir jembatan seberang rumah. Gerobak motornya yang dipenuhi aneka sayuran, buah, bahkan ikan dan ayam potong kerap jadi penanda sekaligus tempat berkumpulnya emak-emak warga RT 5 di kampung ini.
Sejak ketidakhadirannya itu, alhasil emak-emak di kampung harus rela berjalan kaki sejauh 300 meter untuk sampai ke pasar demi berbelanja sayuran. Bukan hal sepele pastinya. Sebab untuk itu setidaknya dibutuhkan waktu sepuluh sampai 15 menit sekali jalan. Belum lagi tenaga yang harus dikeluarkan emak-emak. Itupun, sebenarnya masih belum seberapa berat. Ada lagi satu hal yang sering tak bisa dihindari para emak, belanja melewati batas hingga melebihi budget yang sudah direncanakan.Â
"Namanya juga emak-emak..sering laper mata. Lihat ini itu pengennya dibeli aja. Nggak kebuang sih..dan bisa dimasak besok- besok lagi. Tapi yang jelas pengeluaran jadi membengkak.." ujar seorang emak yang menggerutu sepulang dari pasar.
Kembali lagi ke Madi. Sepertinya pedagang sayur bertubuh tambun itu pulang ke kampung halamannya di Karawang. Tapi sependek ingatan emak-emak di kampung ini, Madi tak pernah pulang kampung sampai berbulan-bulan seperti saat ini. Paling-paling seminggu atau paling lama dua minggu sudah nongol lagi.
Tak ayal ketidakmunculan Madi jadi pembicaraan hangat para emak. Ada yang menduga Madi kawin lagi, dan memilih menetap di kampung bini mudanya dengan beralih profesi jadi petani.
Namun dari sekian banyak praduga yang terlontar, ada satu celetukan yang bikin tercengang.
"Eh, kayaknya si Madi itu sebenarnya intel deh. Dia sengaja dipanteng di sini buat ngawasin kalau-kalau anak-anak muda di sini ada yang terlibat kriminal, termasuk narkoba.."
Celoteh terkait dugaan ini sesungguhnya bukan tanpa bukti. Meski bukan bukti yang terbilang terlalu akurat, tapi cukup membuat para emak mulai berpikir ulang, mengingat kejadian demi kejadian terdahulu dan menjahitnya kembali.
Enam bulan lalu pernah heboh dengan peristiwa tewasnya satu warga di rumah kontrakannya di kampung ini. Pria tersebut belum sebulan mengontrak salah satu petakan di RT 5. Tak banyak warga yang mengenal dekat pria tersebut, kecuali hanya sekadar senyum atau mengangguk ketika pria itu melintas dan berpapasan dengan warga. Pria yang menurut Pak RT kerja di sebuah mall itu memang sering pulang larut malam, dan jarang berinteraksi dengan tetangga. Kontrakannya pun selalu tertutup rapat. Kehadiran pria ini sebenarnya tak terlalu jadi pembahasan para warga, karena banyak penghuni kontrakan lainnya juga punya perilaku serupa.
Namun ketika tiba-tiba warga mencium bau menyengat di depan kontrakan pria itu, semua baru tersadar. Tak butuh waktu lama, polisi pun kemudian berdatangan meski tak ada satu pun warga yang tahu siapa gerangan yang menghubungi polisi karena saat itu Pak RT sedang tidak ada di rumahnya. Sementara Madi adalah salah satu orang pertama yang mencium bau busuk di depan rumah tersebut.