Mohon tunggu...
Galuh AuraDianty
Galuh AuraDianty Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

43221010117 - Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - S1 Akuntansi Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

A-301_Kuis 1 - Melihat Teknologi Sistem Informasi Akuntansi dari Sisi Pemikiran Mahatma Gandhi

6 April 2023   21:58 Diperbarui: 6 April 2023   23:52 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dosen pangampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

NIM: 43221010117

Nama: Galuh Aura Dianty

Kampus: Universitas Mercu Buana

Di India, banyak tokoh penting yang posisinya sentral dalam mendukung upaya memerdekakan India. Salah satu tokoh India yang mengajarkan tentang pendidikan kemanusiaan kepada sesama manusia adalah Mohandas Karamachand Gandhi atau yang lebih dikenal dengan Mahatma Gandhi, beliau merupakan seorang tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan India dengan berani menentang kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Inggris serta berusaha mewujudkan dan memperjuangkan keadilan bagi seluruh rakyat India.


Sosok dan ajaran Mahatma Gandhi sangat membawa perubahan besar bagi peradaban India bahkan dunia sekalipun. Perjuangan beliau yang tiada henti memerangi segala bentuk kekerasan dan juga penindasan merupakan prinsip-prinsip utama yang Mahatma Gandhi tanamkan dalam dirinya.

Mahatma Gandhi lahir di Porbandar, India, pada 2 Oktober 1896. Seseorang dengan perawakan kurus. memakai kacamata bulat, yang kemanapun beliau melangkahkan kakinya, tubuhnya hanya dilapisi dengan selembar kain putih panjang yang membalut tubuhnya, serta berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Mahatma Gandhi tumbuh menjadi sosok humanis yang mengedepankan sisi kemanusian dan kebenaran dalam setiap usaha perdamaiannya.

Mahatma Gandhi terlahir dalam keluarga terpandang dan penganut agama Hindu yang taat dan tradisi keagamaan yang kental. Ayahnya, yang bernama Karamchand Gandhi, merupakan seorang anggota Pengadilan Rajasthanik yang benar-benar disegani serta sangat memiliki pengaruh dalam menyelesaikan perselisihan antara para pemuka dengan kaum kerabatnya pada masa itu. Ibunya, Putlibai, merupakan seorang penganut Hindu yang taat, beliau sering melakukan brata yang ketat dan tidak pernah menyimpang sedikitpun. Beliau tidak akan makan sebelum melakukan persembahan dan puja sehari-hari. Mengunjungi Haveli-kuil Vaisnawa merupakan salah satu kewajibannya sehari-hari, dan beliau juga sangat ketat dalam berpuasa setiap Caturmasa tiba (Gandhi dalam Wisarja, 2007: 28).

Sedari kecil, Mahatma Gandhi sudah memegang teguh bhakti dan kejujuran yang kemudian menjadi cita-citanya. Mahatma Gandhi menikah di usia yang terbilang sangat muda yaitu di usia 13 tahun dengan Kasturbai karena dijodohkan oleh orang tuanya.

Mahatma Gandhi menekuni ilmu hukum di London lalu menyelesaikan studinya pada tahun 1891 dan memulai karirnya pada tahun 1893 di Afrika Selatan. Kedatangan Mahatma Gandhi di Afrika Selatan merupakan titik awal perubahan dalam hidupnya. Ketika beliau datang, Afrika Selatan tengah diguncang konflik antar ras kulit hitam dan kulit putih. Afrika Selatan menjadi bumi pembuktian landasan kemunculan Gandhi sebagai pemimpin utama komunitas India. Hingga tiba waktunya kembali ke India, Mahatma Gandhi  telah berubah total dalam berpakaian dan tata krama sehari-hari, berpikir, dan berbicara. Mahatma Gandhi menyebut tahun pertamanya di Afrika Selatan sebagai pengalaman yang tak terlupakan dalam hidupannya, kerja publiknya diluncurkan, dan semangat keagamaannya menjadi tenaga hidup nya.

Louis Fischer (dalam Wisarja, 2007: 34) menyatakan bahwa perjuangan dan pengalaman Gandhi di Afrika Selatan memunculkan sebuah gagasan yang ia cetuskan yaitu Satyagraha yang artinya kekuatan, kebenaran, atau kekuatan kasih sayang. Satyagraha merupakan usaha untuk mempertahankan kebenaran bukan dengan hukuman yang menderitakan lawan, namun dengan hukuman terhadap diri sendiri agar tercipta hubungan yang positif antara lawan dengan tujuan perdamaian yang sesungguhnya.

Mahatma Gandhi dapat dikatakan sebagai sosok yang kontrofersial dalam perjalanan hidupnya dan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Tingkah laku perbuatan maupun pemikirannya, dapat dikatakan berbeda dari pola pikir orang pada zamannya. Dalam memperjuangankan kemerdekaan India, Mahatma Gandhi tidak menggunakan senjata perangkat keras seperti yang dilakukan para pejuang kemerdekaan pada umumnya.

Sebagai seorang penganut agama Hindu yang taat, Mahatma Gandhi menerapkan ajaran agamanya untuk menginspirasi dunia supaya meninggalkan kekerasan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, dimana beliau sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan bagi seluruh manusia. Mahatma Gandhi juga bukanlah seseorang yang membeda-bedakan kasta, baik kaum keluarga dan orang-orang luar lainnya, orang sebangsa dan orang asing, berkulit putih atau berwarna, orang yang beragama lain atau pun seagama. Mahatma Gandhi selalu menganggap semua manusia itu sama, semua manusia itu bersaudara, sehingga tidak ada yang membedakan antara manusia satu dan manusia lainnya.

Perjuangan Mahatma Gandhi untuk merebut kemerdekaan India bukan didasarkan pada kebencian terhadap Inggris. Mahatma Gandhi memandang bahwa kita harus membenci dosanya, tetapi bukan orang yang melakukan dosa tersebut. Bagi beliau, patrotisme sama dengan berperikemanusiaan.

Pilihan Mahatma Gandhi berjuang dengan cara ahimsa bukan dilakukan tanpa pertimbangan. Sebagai penganut Hindu yang taat, beliau sangat berusaha menerapkan ajaran agamanya untuk menginspirasi dunia agar meninggalkan kekerasan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Ketaatan Mahatma Gandhi terhadap ahimsa tumbuh dari pengalamannya bahwa ahimsa merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah konflik secara permanen. Beliau merasa kekerasan tidak akan memberikan solusi apapun dan hanya akan menimbulkan permusuhan yang ujung-ujungnya akan mengacaukan situasi. Prinsip ahimsa merupakan pandangan hidup Mahatma Gandhi sejak awal perjuangannya hingga akhir hidupnya. Menurut pandangan beliau, apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan, hanya akan melahirkan kebencian dan bibit-bibit permusuhan baru. Dengan semangat ahimsa tersebut, Mahatma Gandhi melawan penjajah Inggris dengan cara lain yang berbeda dengan apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terjajah pada umumnya.

Mahatma Gandhi memberi teladan hidup yang amat sederhana. Beliau telah memimpin ribuan rakyat India menentang dengan jalan ahimsa kekuasaan kerajaan Inggris yang ketika itu merupakan kekuasaan yang terbesar di dunia.

Ahimsa yang menjadi prinsip perjuangan Mahatma Gandhi dimulai dari sejarah panjang yang didapatnya di Afrika Selatan selama menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Mahatma Gandhi pergi ke Afrika selatan atas saudagar kaya India yang sedang berselisih. Mahatma Gandhi diundang sebagai pengacara untuk membantu menyelesaikan kasus tersebut. Dari kesempatan ini, Mahatma Gandhi memulai karirnya sebagai pelayan masyarakat sekaligus terjun untuk pertama kalinya dalam bidang sosial ketika beliau melihat ketidakadilan dan diskriminasi yang diterimanya dan orang-orang India yang berada di Afrika Selatan.

Ada empat hal mendasar yang menjadi ciri khas Mahatma Gandhi pada masa perjuangannya meraih kemerdekaan di India, yaitu:

  • Ahimsa yang tidak hanya diartikan sebagai perbuatan tidak menyakiti sesama, namun lebih kepada sikap menolak keinginan untuk membunuh, tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti hati, tidak membenci, tidak membuat marah, tidak mencari keuntungan sendiri dengan memperalat orang lain, dan sejenisnya.
  • Satyagraha yang berarti memegang teguh kebenaran dengan tidak mengenal lelah, serta jalan untuk mencapai satyagraha adalah dengan mempraktikkan ahimsa.
  • Swadesi sebagai bentuk rasa cinta terhadap tanah air, serta mengabdi kepada masyarakat yang sebaik-baiknya terlebih dahulu.
  • Hartal adalah semacam pemogokan nasional yang dilakukan dengan berpuasa serta melakukan kegiatan keagamaan.

Swadeshi sendiri dapat diartikan juga sebagai jiwa dari Swaraj. Kata swadeshi berasal dari bahasa sansekerta, Swa yang berarti “diri” atau “mandiri” atau “sendiri” dan Desh yang berarti “negara”. Jika digabungkan, swadeshi artinya menjadi negara sendiri. Jika dilihat dengan makna yang lebih luas lagi, swadeshi merupakan rasa bangga memiliki bangsa sendiri atau nasionalisme. Swadeshi dijadikan gerakan yang menganjurkan agar menggunakan barang-barang buatan bangsa sendiri. Menurut Mahatma Gandhi, swadeshi adalah panggilan bagi konsumen untuk waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan dari mendukung industri asing atau penjajah yang menghasilkan kemiskinan dan berbahaya bagi para pekerja dan manusia serta makhluk-makhluk lain.

Gagasan Mahatma Gandhi mengenai Tuhan yaitu bahwa beliau mengambil pengakuan imannya yang tertulis: “Tuhan, penguasa, meresapi semua yang ada di alam semesta ini. Nikmati semua yang Dia berikan kepadamu. Janganlah mencari kekayaan. Dan tidak setelah kepemilikan orang lain” termasuk dengan kritiknya yang menuju kepada teknologi

 

Dokpri
Dokpri

Menurut Mahatma Gandhi, apapun merupakan kesederhanaan, termasuk teknologi yang seharusnya kita gunakan. Mahatma Gandhi pernah mengeluarkan pendapat dan kritikannya mengenai teknologi, yaitu “Tubuhku ini tidak lain hanyalah suatu bentuk mesin rumit, bagaimana aku bisa anti mesin? Alat pintalku, tusuk gigi ini adaalah juga mesin. Aku tidak membenci mesin, namun aku benci pada rasa suka berlebihan kepada mesin. Aku tidak suka mesin yang melemahkan kekuatan manusia. Ada yang membicarakan tentang efisiensi tenaga manusia, sementara ribuan orang tercamak ke pinggiran jalan tanpa pekerjaaan. Harusnya bukan untuk sekelompok orang, tidak terakumulasi di beberapa tangan orang, namun semua orang”.

Mahatma Gandhi menyatakan bahwa beliau tidak setuju dengan gagasan mengenai teknologi yang hanya menguntungkan pada segelintir kecil orang dengan mengorbankan sebagian besar yang lain. Termasuk pada penerapan teknologi yang dapat menyebabkan banyaknya pengurangan tenaga kerja demi meningkatkan keuntungan.

Mahatma Gandhi menganggap bahwa mesin memiliki tujuannya sendiri, dan mereka selalu seperti itu, dan wajib berbagi ruang dengan manusia. Namun mesin teknologi janganlah sampai meruntuhkan kontribusi manusia sampai unit terakhir. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa mesin teknologi jangan sampai menjadi:

  • Material anti Human
  • Human Labor
  • Eksplorasi Ekonomi/Modal Ekspansi
  • Jarak Ketegangan Sosial
  • Individualisme tak berkesudahan

Dokpri
Dokpri

Merujuk pada pemikiran Mahatma Gandhi, teknologi akan memiliki manfaat, jika:

  • Tidak menyingkirkan nilai tradisional kebaikan
  • Mempermudah manusia, mental spritual, dan multi dimensi
  • Ada proses memberi-menerima antara teknologi dengan moral kehidupan manusia
  • Keberlanjutan sepanjang hayat, yaitu dampak bagi generasi mendatang
  • Adanya distribusi semua manusia, bukan hanya manusia tertentu

Maka dari itu, sepatutnya kita menghindari suatu teknologi, jika:

  • Hanya menyenangkan tapi untuk kepentingan diri sendiri saja
  • Membuat manusia tidak beraktivitas
  • Mempengaruhi psikologi perilaku
  • Menenuntun ke kegelapan
  • Mengubah citra dan identitasmu di tengah masyarakat

Walaupun pada masa Mahatma Gandhi masih hidup belum diperkenalkan istilah teknologi tepat guna, tetapi beliau sudah menerapakan teknologi tepat guna dengan cara memanfaatkan teknologi sederhana berbasis kondisi lokal, dimana teknik dan alat-alat yang digunakan relatif sederhana, tidak memerlukan tenaga yang sangat terlatik atau manajemen tingkat tinggi. Menurut Mahatma Gandhi, teknologi haruslah bersifat Labor-intensive bukan Capital-intensive, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran. Teknologi sederhana berbasis lokal tersebut melakukan produksi untuk konsumsi lokal supaya memutus kelaziman yang ada, yaitu ekspor bahan mentah dan impor barang jadi.

Mahatma Gandhi, pada masa itu, menyatakan bahwa teknologi tepat guna atau teknologi sederhana berbasis lokal dapat menguatkan perekonomian negara, melatih negara menjadi mandiri, membiasakan minimal consumption, serta perlawanan terhadap hagemoni-dominasi Barat atau Inggris.

Merujuk pada pemikirin Mahatma Gandhi, tekonologi tepat guna memiliki standa tersendiri, yaitu:

  • Technical > kapasitas pengetahuan dan latar belakang masyarakat yang akan memakai teknologi tesebut
  • Culture > hubungan antara teknologi dengan sistem sosial, budaya, pendidikan, agama, pembagian kerja, dan lain-lain.
  • Economic > dampak teknologi pada pendapatan, pemerataan, gap kesenjangan, dan lain-lain.

Teknologi sendiri sudah pasti memiliki kendala, beberapa di antaranya menurut Mahatma Gandhi, yaitu:

  • Ketidaksiapan masyarakat
  • Pola pikir yang sulit diubah
  • Fasilitasi yang tidak maksimal
  • Diklat yang tidak berkesinambungan

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas. Ciri-ciri teknologi tepat guna, yaitu:

  • mudah diterapkan
  • mudah dimodifikasi
  • untuk kegiatan skala kecil
  • padat karya
  • sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat
  • bersumber dari nilai tradisional
  • adaptif terhadap perubahan lingkungan

Teknologi tepat guna merupakan teknologi yang cocok dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan. Biasanya dipakai sebagai istilah untuk teknologi yang tidak terlalu mahal, tidak perlu perawatan yang rumit, dan penggunaannya ditujukan bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi.

Secara teknis, teknologi tepat guna adalah penghubung antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Oleh karena itu, aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan aspek yang perlu diperhitungkan dalam mengelola teknologi tepat guna. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.

Teknologi adalah salah satu bentuk perubahan yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Munculnya teknologi informasi sangat mempengaruhi bentuk dan substansi informasi, begitu juga dengan akuntansi. Sistem informasi akan memberikan kemudahan bagi para manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang dipercaya, relevan, tepat waktu, dapat dipahami, dan teruji sehingga membantu pengambilan keputusan.

Ismanto (2010) menyatakan bahwa teknologi informasi memiliki peran yang strategis dan signifikan. Selain itu, teknologi informasi bagi organisasi atau perusahaan merupakan keharusan untuk mampu dikuasai secara teknis. Teknis kinerja dari sebuah sistem informasi adalah menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, dan menampilkan informasi guna meningkatkan kualitas yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pemakaian sebuah sistem informasi sangat berperan dalam organisasi atau perusahaan.

Teknologi informasi merupakan aspek penting dalam organisasi atau perusahaan. Teknologi informasi akan bernilai pada saat digunakan dalam organisasi atau perusahaan dalam mencapai tujuan strategis dan operasional organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu, banyak perusahaan mengeluarkan dana untuk membuat teknologi informasi yang memadai.

Menurut Warsita (2008:135), teknologi informasi adalah sarana dan prasarana (hardware, software, useware) sistem dan metode untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lantip dan Riyanto (2011:4) bahwa teknologi informasi diartikan sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembangannya sangat pesat. Uno dan Lamatenggo (2011:57) juga mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu relevan, akurat, dan tepat waktu.

Pengetahuan mengenai teknologi informasi bukan sekadar pengetahuan secara teknis, akan tetapi lebih pada kekuatannya secara strategis. Teknologi informasi yang diterapkan tersebut harus acceptable, artinya dapat diterima oleh semua orang yang akan menggunakannya. Jika perkembangan teknologi tidak acceptable, maka dapat menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan seperti resistance to change (penolakan terhadap perubahan). Teknologi yang semakin berkembang menyebabkan pengolahan data menggunakan alat elektronik seperti komputer sangat menguntungkan.

Sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang memproses informasi keuangan dan mendukung keputusan tugas dalam konteks koordinasi dan mengendalikan kegiatan organsasi.

Sistem adalah suatu kelompok dari elemen-elemen baik bentuk fisik maupun bukan fisik yang menunjukkan suatu kumpulan saling berhubungan dan berinteraksi bersama-sama menuju suatu tujuan (M.J. Alexander, 2006 dalam Wirasta, 2014).

Bodnar dan Hopwood (2006) dalam Parnami (2014) menyatakan bahwa sistem merupakan sekumpulan sumber daya yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan. Sistem informasi menurut Anwar (2009) merupakan keterpaduan kerja antara hardware, software, dan brainware. Oleh karena itu analisis dan output (informasi) akan ditentukan oleh baik tidaknya sistem informasi yang ada dan kualitas manusianya (brainware).

Pemanfaatan sistem dikatakan dapat bermanfaat saat sistem yang diterapkan sesuai yang diharapkan perusahaan. Menurut Romney dan Steinbart (2008) dalam Indralesamana (2014), terdapat lima komponen dalam sistem informasi akuntansi, yaitu: people, procedure, data, software, dan information technology infrastructure. Jika komponen-komponen tersebut sudah dapat dimanfaatkan dan sesuai kebutuhan karyawan, sudah sepatutnya informasi yang dihasilkan oleh karyawan akan relevan dan akurat, sehingga dapat digunakan oleh manajemen untuk mengambil keputusan yang membuat kinerja karyawan akan dinilai dengan baik.

Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Rahadi (2007) menyebutkan ada tiga hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi berbasis komputer, yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan pengguna (brainware). Ketiga elemen tersebut saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perangkat keras (hardware) adalah media yang digunakan untuk memproses informasi. Perangkat lunak (software) yaitu sistem dan aplikasi yang digunakan untuk memproses masukan (input) untuk menjadi informasi, sedangkan pengguna (brainware) merupakan hal yang terpenting karena fungsinya sebagai pengembang hardware dan software, serta sebagai pelaksana (operator) masukan (input) dan sekaligus penerima keluaran (output) sebagai pengguna sistem (user).

Penerapan Sistem Informasi Akuntansi adalah pelaksanaan berbagai operasi akuntansi untuk menghasilkan informasi yang relevan, tepat waktu, handal dan dapat dipercaya dengan berbasis computer (Rafflis, 2012).

Menurut Nugroho (2011) dalam Rafflis (2012) tujuan dari penerapan Sistem Informasi Akuntansi dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Untuk memberikan informasi akuntansi yang cepat
  • Untuk menghasilkan informasi akuntansi yang efisien
  • Untuk menghasilkan informasi akuntansi yang dapat dipercayai keandalannya
  • Untuk memberikan informasi akuntansi yang berguana untuk perencanaan

Sistem informasi akuntasi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis, dan mengkomunikasikan informasi finansial. Sistem teknologi informasi terhadap sistem informasi akuntansi adalah hal yang sangat berguna sebagai penunjang perkembangan sistem informasi akuntansi. Informasi akuntansi dapat dibilang adalah bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen. Informasi akuntansi terutama berhubungan dengan data keuangan dari suatu perusahaan. Umumnya laporan keuangan yang dihasilkan terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba, Laporan Perubahan Modal, dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan.

Penggunaan teknologi informasi untuk pendekatan penyelesaian permasalahan yang berhubungan dengan akuntansi akan dapat mempermudah proses-proses yang terkait dengan pengolahan data-data menjadi informasi, dalam hal ini transaksi-transaksi akuntansi. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan sistem informasi akuntansi menggunakan perangkat keras (hardware) berupa perangkat komputer, dan menggunakan perangkat lunak (software) yaitu aplikasi-aplikasi yang sifatnya menunjang suatu sistem informasi akuntansi itu sendiri.

Informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen. Informasi akuntansi terutama berhubungan dengan data keuangan dari suatu perusahaan. Agar data keuangan yang ada dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar perusahaan, maka data tersebut perlu disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai. Untuk dapat menghasilkan informasi yang sesuai, juga diperlukan suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi dalam perusahaan.

Teknologi yang berkembang saat ini berperan besar terhadap sistem informasi akuntansi yang mana teknologi tersebut mencakup teknologi komputer (baik hardware maupun software) dan juga teknologi lain yang mencakup aplikasi-aplikasi pembantu yang digunakan untuk memproses informasi.

Teknologi sistem informasi akuntansi sangat berpengaruh terhadap manajemen perusahaan terutama dalam kebijakan pengambilan keputusan manajemen, sehingga teknologi sistem informasi akuntansi yang digunakan saat ini sepatutnya menggunakan teknologi tepat guna seperti yang sudah diterapkan oleh Mahatma Gandhi sejak dulu, dimana teknologi tepat guna merupakan teknologi yang sederhana dan mudah diterapkan yang mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas.

Citasi:

  • Apollo. (2023, Februari 4). Filsafat Teknologi Mahatma Gandhi.
  • Lukiman, R., & Lestarianto, J. W. (2016). Pengaruh penerapan sistem informasi akuntansi, pemanfaatan sistem informasi, efektivitas penggunaan sistem informasi akuntansi, kepercayaan atas teknologi sistem informasi akuntansi, dan teknologi informasi terhadap kinerja individu karyawan. Ultimaccounting Jurnal Ilmu Akuntansi, 8(2), 46-65.
  • Nur Rohma, F. (2021). Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Doctoral dissertation, IAIN BENGKULU).
  • PAHLEFI, T. R. (2016). IMPLEMENTASI AHIMSA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDIA (STUDI PEMIKIRAN MAHATMA GANDHI) (Doctoral dissertation, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA).
  • Paranoan, N., Tandirerung, C. J., & Paranoan, A. (2019). Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan kompetensi sumber daya manusia terhadap efektivitas sistem informasi akuntansi. Jurnal Akun Nabelo: Jurnal Akuntansi Netral, Akuntabel, Objektif, 2(1), 181-196.
  • Pratama, B. (2017). Perkembangan Sistem Informasi Akuntansi Melalui Pemanfaatan Teknologi pada Pt. Prodia Diacro Laboratories. Jurnal STEI Ekonomi, 26(01), 18-35.
  • Tim Penulis, P. S. T. K. (2019). Modul teori 1; teknologi tepat guna.
  • Wiguna, I. M. A. (2017). UNIVERSALITAS MAHATMA GANDHI. Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 4(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun