Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Waria Juga Belajar dan Melek HIV/AIDS

1 Desember 2011   09:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:58 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ini cerita jadul soal kampanye hari AIDS sedunia yang pernah saya alami, yang ingin saya bagikan hari ini. Semoga bermanfaat dan tidak disalahtafsirkan nanti.

***

Setelah rencana matang dan tim panitia yakin akan mengundang para waria se-Semarang untuk merayakan hari tersebut dengan lomba fashion, saya dan suami ikut membantu menyebarkan brosur bagi para peserta. Selain ke beberapa salon tertentu, kami menyusuri temaramnya malam di sekitar Kampung Kali dan Taman KB.

Mampir dong, Mister“ seorang waria mendekat mobil kijang yang berhenti dan disopiri suami. Yang disapa hanya menurunkan separoh dari jendela kaca dan tersenyum manis.

„Heee … malem mbak, eh ... ikut lomba ya?“ Kepala saya dari dudukan sebelah kanan nongol. Saya mengulurkan tangan kepada lady boy yang nampak cantik dan seksi diterangi lampu bulan purnama itu. Ia hanya mengangguk dan segera kasak-kusuk dengan beberapa gerombolan lainnya. Tangannya terlihat menunjukkan brosur yang baru saja berpindah tangan. Dedaunan dari pohon-pohon besar di sepanjang jalan ikut bergoyang, menjadi saksi bisu di keheningan malam.

***

[caption id="attachment_152971" align="aligncenter" width="554" caption="Peserta Waria Beauty Contest"][/caption] Hari H tiba. Waria Beauty Contest digelar didepan mata. Empat orang waria telah mendaftar ulang di meja panitia. Saya berbisik pada beberapa relawan lelaki untuk turut serta dalam lomba demi meramaikan suasana. Pesertanya kurang. Mereka kami dandani ala kadarnya dengan kostum dan kosmetik yang terbawa di tas saya. Salah satu relawan sempat ngambek dan berhasil kami bujuk untuk naik panggung bersama yang lain. Thanks for following the mission, guys … I have never forget. That was a history ever!

[caption id="attachment_152972" align="aligncenter" width="396" caption="Relawan yang ikut memeriahkan kontes"][/caption]

Delapan peserta mulai melenggang dipanggung datar di aula PKBI Jateng. Para juri yang terdiri dari Dr. Tunjung Hanurdaya Soeharso (pemilik sebuah salon kecantikan kulit “House of Dr. Tunjung”), koordinator Griya ASA PKBI Semarang (waktu itu), Hendra Susila, suami saya, dan relawan kampanye AIDS, Sharmeen D Jones dari VFP USA.

[caption id="attachment_152974" align="aligncenter" width="469" caption="Salah satu juri, relawan dari USA"][/caption]

Dua TV lokal dan beberapa wartawan mulai mengerumuni saya sebelum acara dibuka. Relawan telah siap membantu pembukaan acara yang waktu itu dilakukan oleh Mas Farid.

Kursi peserta, penonton dan dewan juri telah penuh. Satu persatu waria maju, dipandu relawan MC sekaligus penerjemah. Dengan gaya kenes khasnya, seorang waria memperkenalkan diri. Namanya Febrina Silvia Ayu Valentina Putri. Ayu tak ragu ketika ditanya seorang juri sejauh mana pengetahuannya tentang AIDS:

“"Malam, Mbak. Bagaimana sikap Mbak Ayu menghadapi penderita HIV/AIDS?" tanya juri, Sri Lestari Pramono Thewlis, koordinator ASA PKBI Jateng waktu itu, yang sekarang menjadi relawan Choice Care di Inggris.

"Hanya, kasih saja bagaimana cara supaya virus itu tidak tertular ke orang lain," Ayu juga setuju dengan sebuah pendapat bahwa penderita HIV/AIDS seharusnya tidak dijauhi. Karena jawabannya itulah waria sekretaris Perkumpulan Waria dan Gay Warga Wijaya (waktu itu) dinobatkan sebagai waria terbaik I. Lady boy cantik itu berhak mendapatkan piala, piagam, paket kosmetik dan sejumlah uang bersama kedua pemenang lainnya. Congrats, againremember me, that way!

Tak dipungkiri peserta lain ada yang bahkan tidak begitu mengerti tentang HIV/AIDS, namun setidaknya dari Ayu dan segelintir kawan lainnya terlihat bahwa mereka (waria) telah belajar dan melek tentang HIV/AIDS. Lalu pengetahuan mereka semakin bertambah setelah berdialog dengan dewan juri, atau saat mendengarkan tuturan peserta lain.

Memang empat orang relawan yang memba-memba menjadi lady boy begitu cerdas menjawab pertanyaan dewan juri. Untungnya mereka hanya peserta hiburan, jadi tidak dimenangkan oleh dewan juri.

Formula ABC (Abstinence, Be Faithful dan Use Condom) demi menghindari penularan HIV/AIDS, sudah menjadi pasupan khusus dalam kegiatan kerelawanan mereka selama ini. Abstinence (red: pantang seks dengan resiko HIV/AIDS), Be Faithful (red: tidak berganti pasangan alias memiliki pasangan tetap), dan Use condom (red: menggunakan kondom demi pencegahan penularan dan atau menularkan penyakit).

Bahkan beragam poster dari Perancis, Amerika dan Jepang yang tergantung di dinding markas, menyemangati mereka setiap hari untuk mengkampanyekan anti HIV/AIDS ini, dimulai dari diri sendiri.

Oh … once more … menurut salah satu relawan yang juga nyambi menjadi wartawan, Rey (ia menulis):

Meski AIDS merupakan penyakit yang paling jadi momok, kecemasan para waria rupanya tak begitu tinggi. Beberapa di antara mereka mengaku masih memiliki kebiasaan berganti pasangan. Tapi yang menarik, tampaknya mulai banyak waria yang memilih terlibat aktivitas seksual dengan pasangan tetap. Semuanya bertutur bahwa para kekasih mereka selama ini pria-pria normal yang tak jarang telah beristri.

Dari tulisan Rey itu terungkap sudah bahwa para peserta; Cindy, Lili dan Tika memiliki pendapat yang senada bahwa mereka tak ada niat menikah seumur hidupnya. Alasannya lebih banyak karena patah hati, bukan lantaran takut menularkan penyakit kelamin atau HIV/AIDS ini.

[caption id="attachment_152975" align="aligncenter" width="534" caption="Dua relawan Jepang menceritakan situasi HIV/AIDS di negaranya"][/caption]

Begitulah Waria Beauty Contest yang merupakan rangkaian kegiatan dari sebuah kemah internasional Against HIV/AIDS selama seminggu yang diikuti peserta dari Indonesia, Jepang, Indonesia, Belanda, Jerman dan Amerika. Mereka bertukar pikiran tentang isu dari negara masing-masing, mengkampanyekan kondom dan program pendidikan lainnya.

Nah,  in the end ... wong para waria yang bermukim di Semarang saja belajar dan melek tentang HIV/AIDS, pastinya warga kampung kompasiana tidak kalah, yah?Siiipp ...

Selamat hari AIDS sedunia, 1 Desember 2011. Semangat dan sukses bagi teman-teman ASA, KALANDARA dan rekan-rekan LSM lain yang mengemban tugas memerangi HIV/AIDS. God bless.

Sumber:

1.Pengalaman pribadi

2.Artikel Renjani PS di Suara Merdeka, Senin 6 Desember 2004.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun