Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kunjungi Borobudur, Perpustakaan Musik Dunia!

16 Mei 2021   21:06 Diperbarui: 16 Mei 2021   21:07 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan musik dunia (dok.Gana)

Contoh yang ada di relief candi pada alat jenis ini adalah rebab dan tatawangsa. Rebab biasa terdengar di acara wayangan (wayang kulit), msik tarian Jawa klasik atau musik gamelan Jawa untuk acara pernikahan dalam rekaman kaset.

Keempat, yaitu aerophone. Jenis alat musik yang menghasilkan suara karena udara ditiup atau dipompa ini memiliki lubang-lubang yang ada pada alat. Anak-anak kami mengingat saxofon sebagai salah satu alat yang ditiup karena setiap minggu menonton film "The Simpson", di mana Lisa, anak gadis nomor dua dari keluarga itu, suka memainkan alat musik yang mengingatkan saya pada Kenny G. 

Beberapa alat music lain yang ditiup adalah terompet, sangka dan uling. Sedangkan alat musik yang dipompa adalah organ, elekton dan harmonika, sebagai salah satu alat yang dekat dengan kehidupan kami di Jerman. 

Di kota sebelah, bahkan ada museum harmonica di mana ada perusahaan yang memproduksinya dan disebarkan di seluruh dunia. Di kampung kami, ada komunitas pemain harmonika pula.

Sewaktu mengamati relief, saya kurang awas dengan 4 kategori musik tersebut. Akhirnya, memang tidak salah jika kita menyebut "Borobdur sebagai perpustakaan musik dunia" atau "Borobudur, pusat musik dunia" karena semua instrumen digambarkan di reliefnya.

Proyek masa depan Borobudur; Sound of Borobudur jaya (dok.Gana)
Proyek masa depan Borobudur; Sound of Borobudur jaya (dok.Gana)
Pentingnya Gerakan Sound of Borobudur

Jujur, kalau tidak nimbrung di Kompasiana, saya tidak akan tahu tentang gerakan "Sound of Borobudur" yang sudah lama digembar-gemborkan dan saya ketinggalan berita. Terima kasih, Kompasiana.

Dari event ini, saya tertarik melihat profil websitenya:

Sound of Borobudur merupakan Gerakan Kebangsaan melalui Budaya, dengan menggaungkan kembali bunyian Peradaban Borobudur yang terpendam selama ribuan tahun, agar dapat dimanfaatkan di masa depan. Salah satunya adalah dengan melalui media Seni (sebagai Produk Budaya), dalam mengajarkan nilai warisan leluhur, untuk membangun Manusia Indonesia yang memiliki akar jati diri yang kuat, baik, welas asih, saling menolong, serta berbakti pada Negara. Yang mana hal tersebut merupakan modal utama untuk membangun Negara dan Rakyat Indonesia.

Gerakan yang bermaksud untuk melestarikan kekayaan budaya Indonesia berupa candi Borobudur yang memiliki catatan sejarah dalam reliefnya, di mana menggambarkan tentang alat musik dunia dari keempat jenis tersebut di atas, patut kita dukung. Lah kalau belum pernah datang ke Borobudur, belum mengamati reliefnya, bagaimana bisa?

Untungnya pada Kamis 8 April 2021 ada musisi Dewa budjana dan Tri Utami, Bintang Indrianto dan kawan-kawan yang  tampil di Omah Mbudur, Jowahan, Wanurejo, kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang.  Mereka mengalunkan musik replika dari relief candi terbesar kebanggaan Indonesia.

Ide Dewa Budjana dan Tri Utami untuk mereplika instrument dalam relief dan mencari tahu cara membunyikannya dengan ala zaman now, merupakan kreativitas anak bangsa yang patut ditiru. Sekitar 200 alat replika sudah ada. Dikatakan oleh gubernur Jateng Ganjar Pranowo bahwa ini merupakan riset yang menakjubkan. Reinventing yang tak hanya melibatkan musisi yang peduli tentang ini, juga beberapa ilmuwan yang berkompeten di bidangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun