"Guten Morgen, Frau Gana, Saya Selly mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman, saya mau bertanya tentang buku yang frau tulis...Di mana saya dapat membelinya Frau? Satu lagi Frau... Kira - kira di dalam buku frau ada membahas bagaimana budaya Rapat, Budaya Bertetangga, Budaya Rekreasi Budaya Bertamu dan Budaya Tepat Waktu Jerman gak Frau? Vielen Dank, Frau Gana."
Begitu pesan yang saya terima di Instagram. Saya lupa-lupa ingat, saya taksir Dik Selly adalah salah satu peserta webinar dalam zoom yang diadakan UNJ tanggal 21 November 2020, di mana saya sebagai narasumber, berbagi informasi tentang budaya Jerman.
Tanpa ba-bi-bu, segera saya jawab pertanyaan tersebut dan menyarankan si adik untuk membeli salah satu buku saya "Unbelievable Germany", di mana banyak dikupas pengalaman hidup saya selama di Jerman. Saya anggap ada sekilas jawaban pertanyaan tersebut di atas.
Lalu buku "Exploring Germany" jika ingin keliling Jerman dan "Banyak Cara Menuju Jerman" andai ingin hijrah ke Jerman lewat cara-cara jitu dalam buku itu.
Tak berapa lama, Dik Selly mengirimkan pesan lagi dan mengabarkan bahwa ia benar-benar membeli dan membaca buku saya, ia mengatakan ternyata tidak ada informasi tentang bertamu yang ia cari. Haduhhh.... Saya kepikiran. Terima kasih, ya Dik sudah membeli dan membaca ... tapi ....ah, galau.
OK-OK, supaya lebih bermanfaat, saya tulis saja artikel ini, supaya bisa dibagi untuk teman-teman di Kompasiana juga. Jika hanya dijawab di instagram, bukankah hanya untuk Dik Selly? Sekali menulis, dua tigapuluh orang membacanya. Worth it.
Baiklah, berikut adalah hal-hal penting yang perlu diketahui saat bertamu di Jerman:
1. Buatlah Janji "Termin"
Jerman saya kenal sebagai negara yang mengatur semua hal dari kecil sampai besar dari hal rumit sampai remeh-temeh. Salah satunya yang diatur adalah budaya bertamu. Ini memang bukan aturan tertulis tetapi sebuah adat masyarakat Jerman yang berpenduduk 81 juta (sebelum ada pandemi).
Jika kita ingin bertamu ke rumah orang, kita tidak boleh sembarangan langsung ketok pintu dan mampir seperti halnya yang sering kita lakukan di tanah air. Budaya mampir ini saya pelajari dari orang tua saya yang orang Jawa.