Menjadi tamu di Jerman, tidak seperti di tanah air, di mana pemilik rumah akan menjamu tamu bak raja sehari. Semua makanan dikeluarkan, jika perlu keluar rumah pergi ke warung atau toko untuk melengkapi dan tidak hanya minuman.
Bertandang ke rumah orang Jerman, pemilik rumah akan menanyakan "Was moechtest du zum Trinken?" atau mau minum apa? Jangan menjawab "Ah, nggak usah" seperti saat tinggal di tanah air karena itu artinya meski kamu seharian bertamu tidak akan diberi minum setetespun kecuali nanti bilang sendiri minta.
Lha, bukankah tadi sudah bilang tidak usah? Padahal di dalam budaya Jawa misalnya, ini termasuk budaya "pekewuh" atau sopan-santun. Yang artinya malu untuk bilang "iya" padahal haus kerongkongan, makanya tadi bilang "tidak usah repot-repot."
Minuman yang disediakan di Jerman biasanya "Wasser" (air putih), "Apfelschoerle" (Jus apel berkarbonasi), "Saft" (jus), "Kaffee" (kopi) atau "Tee" (teh). Meskipun orang Jerman suka minum alkohol seperti bir atau "Wein", jangan harap saat bertamu dikasih kecuali pada malam hari.
Kalau di tanah air ada snack seperti pisang goreng, mendoan, bolu kukus, buah-buahan atau snack lainnya di atas meja yang disuguhkan, tidak begitu yang akan kita lihat di Jerman. Saya ingat sekali ketika janjian dengan teman suami yang punya peternakan kura-kura. Setiba di sana, kami disuguhi minuman. Setelah dua jam saya gelisah, saya kira kue yang nangkring di atas meja dapur dipersiapkan untuk kami. Ternyata tidak!
Saat pulang dan ada di tempat parkir depan rumah si empunya, saya masih melongo, rupanya kunjungan hari ini tanpa snack. Tahu gitu, selain membawa "Mitbringsel", saya bawa kue atau "Kuchen" bikinan sendiri untuk dimakan bersama-sama. Kasihan perut ini menderita keroncongan....
Yahhh, salah kami juga ya, tujuannya untuk melihat kura-kura bukan untuk tujuan khusus. Jika tujuan kita bertamu sudah jelas yakni untuk "Kaffee trinken" atau adat Jerman minum kopi dan snack sore-sore, akan ada minuman dan kue yang akan dihaturkan di atas meja tanpa komando. Artinya persediaan kue akan disiapkan pemilik rumah dan tamu yang akan berkunjung.
Kalau kita pulang dan kue kita sisa, boleh kita bawa pulang kembali. Atau jika kita ingin menghadiahkannya kepada empunya rumah juga lebih bagus. Namun, tidak ada budaya bungkus seperti di tanah air, di mana kita bisa membungkus roti atau penganan dari pemilik rumah sebagai oleh-oleh.
6. Ucapkan terima kasih
Selama bertamu dan memasuki masa makan siang atau makan malam, kita juga tidak bisa berharap bahwa kita akan diajak makan, kecuali memang sudah direncana.
Tidak ada kalimat impian:
- "Kalian belum makan siang/malam, bukan? Ayo mari sama-sama makan bersama kami."