Saya geleng kepala ketika anak kami cerita temannya pergi ke rumah sang kakek di kota besar dan berencana shopping. Bukankah toko yang tidak penting ditutup? Bukankah anak-anak dan remaja disarankan menjauhi orang tua yang beresiko tinggi tertular virus dari carrier seperti anak-anak dan remaja?
Entahlah, tidak semua orang tua peduli namun semoga kita tergolong orang tua yang mendukung program pemerintah untuk melawan virus corona. Berat memang ketika anak-anak yang gemar bermain kuda, meminta ijin untuk pergi ke ranch.
“Boleh naik kuda hari ini?“ Biasa, kalau ada maunya, anak-anak ngglendot.
“Nggak boleh.“ Jawab saya tegas.
“Kenapa nggak boleh?“ Mereka menggerutu dan tetap nggak paham karena mereka merasa sehat.
“Pemilik ranch sudah tua, kalau kalian jadi carrier, kasihan dia.“ Suami saya menerangkan.
“Kann dia ada di dalam rumah.“ Halah. Anak-anak masih saja nawar.
“Ada 7 anak lainnya bersama kalian. Di Jerman orang yang kumpul lebih dari 5 dilarang.“ Telunjuk saya naik setara dengan dagu saya.
Saya tahu, mereka kecewa setengah mati. Sebagai gantinya, kami ingin menghibur dengan mengajak mereka berjalan mengitari hutan dekat rumah. Lah, anak-anak tambah cemberut tapi tetap ikut. Ketika berpapasan dengan tetangga yang juga jalan-jalan, sudah ada kode otomatis untuk menjaga jarak 1-2 meter agar tidak tertular atau menularkan virus.
***
Begitulah gambaran kecil dari sekolah on line atau belajar di rumah pasca menyebarnya virus corona di dunia, termasuk di Jerman. Sampai hari ini, korban yang berjatuhan semakin bertambah; 14.372 terinfeksi dan 37 meninggal (data kementrian kesehatan). Meskipun demikian, anak-anak nggak boleh panik, harus tetap semangat belajar dan orang tua menyemangati mereka bukan memprovokasi untuk bebas apa saja dan ke mana saja. Tugas bapak-ibu guru diambil alih bapak dan ibu di rumah.