Resto Thailand
Melihat jam di tangan, oiii, waktunya jemput putra bungsu mbak Nana dari sekolah. Kami menuju tempat parkir, harus ke sekolahan. Setelah beberapa menit, lewat sekolah adik, kami pergi ke resto Thailand. Suami saya nggak mau resto Indonesia karena di rumah Jerman sudah ada. Warung bu Gana.
Saya pengennya minum teh sama kuweh saja. Nyatanyaaaa, ikut nyicipin nasi bawang putih, bebek manis, bakpao dan Wantan juga. Itu makanan favorit keluarga mbak Nana. Lezattttt, syukurilah.
"Nih Lamborghini punya dia." Kata mbak Nana waktu kami keluar resto. Haaaaa mata saya mau copot. Dari buka restoran kecil, sukses juga ya. Duitnya bisa dibeliin mobil bagus, membuka lapangan kerja bagi banyak orang dan bisnis kuliner sudah sampai paling tidak 14 tahun, meneruskan bisnis keluarga.
Ugh. Habis makan kenyang, itu biasa. Habis makan, tidur itu rugi.
"Ini mau ke mana lagi?" mas Fajar menawarkan untuk mengantar ke tempat mana yang mau dituju.
Saya takut ngganggu dan lebih memilih diantar ke hotel tapi suami mau ke mall. Akhirnya, mbak Nana ada ide untuk ke Villagio. Ada little Venice di sana. Ein klein Venezia?
Ya, betul, bangunannya memang dibuat modern dan baru tetapi desain dan arsitek di dalamnya dibikin seperti di Italia. Ada sungai mirip Venice, gondola, jembatan Rialto dan balkon-balkon rumah-rumah cantik ala Eropa. Wahhhh seru.
Langit-langit ruangan juga dibuat seperti langit betulan. Biru dan berawan putih, bahkan kalau jalan, seperti betulan. Bergerak-gerak, berkejar-kejaran mana suka. Kali itu, kami mendongak bukan karena sombong tapi mengagumi keindahan seni lukis yang memanjakan mata. Ini betul-betul window shopping!
Kalian harus ke sini .... Wisata gratis penuh jiwa seni. Kalau belanja, ya bayar.