Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menengok Kehidupan dan Keindahan Negeri Seribu Cahaya

20 Maret 2018   14:19 Diperbarui: 20 Maret 2018   18:25 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.shahrekhabar.com

Kalau di Indonesia banyak truk yang bikin hati saya kecut karena suka ngebut sembarangan dan bikin rusak jalan bahkan kecelakaan tapi kadang bikin senyam-senyum sendiri karena tulisan atau gambar yang ada di badan truk seperti "Pulang dimarahi, pergi dicari", "Jika sopir ini selingkuh, mohon hubungi HP .....", "Jangan ngaku cantik kalau belum jadi istri sopir", "Hidup tanpamu seperti nasi kucing tanpa karet, ambyarrrr...." Dan masih banyak lagi. Xixixi ... bukankah Indonesia kaya akan seni? Mana motifnya unik- unik?

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di Pakistan, truk justru memiliki nilai seni yang tinggi meski sama-sama punya keseraman seperti di Indonesia. Ya, suka ngebut-ngebut gila gitu. Nilai seni itu ditampakkan dari lukisan kaligrafi, gambar-gambar motif cantik seperti bunga, hewan, manusia dengan warna genjreng. Keistimewaan truk Pakistan ini sudah terkenal ke seluruh dunia. Sampai-sampai tahun 1995 dibuat sebuah pameran khusus di London untuk memamerkannya. Bahkan sebelumnya para bule sudah mulai menyebarkan keindahan foto truk Pakistan sejak 1970 an.

Begitu pula dengan bus. Meski masih kalah cantik dibanding truk, tetap saja bus Pakistan memesona tapi bukan KW. Lebih heboh lagi kalau duduk di atas bus. Kalau ada barang, ya barang ditaruh di sana. Kalau orang, ya orang. Bahkan bisa dicampur antara barang dan orang. Semoga nggak ada yang kabur karena angin. Pernah dulu sekali saya coba dalam perjalanan dari Kathmandu ke Chitwan. Ya, amplop, sudah jalannya ngeri jurang begitu, anginnya di atas kenceng dan berdebu!

LGBT

Jerman yang mayoritas penduduknya Katholik, sudah mulai longgar menerima kehadiran LGBT. Mereka sudah boleh menikah bahkan adopsi anak. Di Indonesia? Bisa dimassa para tetangga. Masih ingat kan kasus pernikahan pasangan yang ternyata keduanya laki-laki dan dibatalkan massa? Heboh.

Bagaimana dengan Pakistan? Sepertinya hampir mirip perpaduan antara Indonesia dan Jerman. Ketika menapakkan kaki di bandara Sialkot, saya kaget setengah mati melihat dua pria petugas bergandengan tangan mesra. Yaealah, waktu di Jerman suami cerita, saya nggak percaya. Mengira suami saya mengolok-olok saya saja. Ternyata betul sekali apa katanya. Ini aneh tapi nyata.

Begitu pula dengan waria. Wanita dari wujud asli pria itu ada di jalanan Lahore.  Mereka mbarang atau menyanyi/ngamen untuk mendapatkan uang dari mobil atau motor yang berhenti di lampu merah. Macet, panas dan debu tak menyurutkan niat mereka mencari secuil Naan atau roti. Dengan baju khas wanita Pakistan, mereka wara-wiri entah sampai jam berapa.

Mau alkohol? Ngimpi, kamu

Dulu pernah ada kasus diplomat Korut yang menyalahgunakan wewenang untuk membawa alkohol ke Pakistan dalam jumlah yang berlebih dan jadi ladang bisnis. Sampai rumahnya yang berada di Islamabad dirampok dan repot banget kayaknya sampai kena sanksi karena perbuatannya yang melakukan perdagangan gelap alkohol seperti whisky di kota-kota besar subur.

Makanya, ada ketentuan di bandara bahwa siapapun tidak boleh membawa masuk alkohol dalam bentuk dan ukuran apapun ke Pakistan. Jadi ketika Anda beli alkohol di Doha atau Dubai/Abu Dhabi akan diingatkan oleh kasir duty free "Are you sure?" Kalau mereka lihat boarding card pembelinya adalah tujuan Pakistan.

Ending-nya, suka sekali mendengar apa kata suami saya, "Ikut pesta kawinan di Pakistan bisa happy sekali meski tanpa alkohol." Beberapa rangkaian pesta perkawinan yang kami hadiri biasanya dimulai pukul 18.00 dan berakhir pagi-pagi buta. Katanya untuk pesta di tempat umum, hanya dibatasi sampai pukul 22.00 karena lampu sudah dimatikan. Pestanya bubarrr.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun