Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rahasia Sehat Nenek Umur 88 Tahun di Colmar, Prancis

21 September 2017   15:32 Diperbarui: 22 September 2017   08:23 1620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cobalah coklat Perancis, abaikan harganya (dok:Gana)

Resto, cafe, butik di mana-mana. Dipilih-dipilih ... (dok.Gana)
Resto, cafe, butik di mana-mana. Dipilih-dipilih ... (dok.Gana)
Cobalah coklat Perancis, abaikan harganya (dok:Gana)
Cobalah coklat Perancis, abaikan harganya (dok:Gana)
Lain kali mau coba resto di La Petite Venise (dok-Gana)
Lain kali mau coba resto di La Petite Venise (dok-Gana)

Resto warna genjreng deket kali (dok.Gana)
Resto warna genjreng deket kali (dok.Gana)

Jam 13.00, restonya masih tutup. (dok.Gana)
Jam 13.00, restonya masih tutup. (dok.Gana)
Colmar, Kota yang Tak Pernah Kena Bom

Tadi, sempat membayangkan dapat pemandu yang muda, hidung mancung, bermata biru, berambut blonde dan semampai, eeeeeeaaaaa ... saya kaget. Memang yang datang adalah perempuan, hidung khas prancis, mata biru dan semampai. Tetapi umurnya 88 tahun! 

Don't judge the book by its cover. Rambutnya memang abu-abu, namun tak mengurangi kegesitan berjalan dari satu tempat bersejarah ke tempat lainnya. Bahkan grup kami ketinggalan. 

Merasa paling muda sendiri, saya malu, selalu berusaha mengimbangi. Di sebelah ibu guide. Semua pada ketawa karena ngos-ngosan mencoba mengikuti irama jalan kaki nenek keturunan Berlin, Jerman dan Colmar, Prancis itu. Sumpah, saya paling nggaksenengtraveling dengan grup yang biasanya digiring macam bebek, ke sana-ke mari. Kali ini, exciting banget. Sukaaak.


"Pertanyaan tentang Colmar akan saya jawab tapi tidak menyangkut politik dan agama, ya?" Pesannya pada kami.

Dalam setiap perjalanan keliling, ia mengijinkan kami untuk memotong pembicaraan, bertanya.

Haha ... gayanya yang unik, energik dan ceria itu membuat kami nggak ngantuk meski perjalanan panjang melelahkan sampai ke kota yang nggak pernah kena bom itu. Karenanya, kota itu diberi penghargaan sebagai world heritage, selamat dari PD I dan II. Kotanya utuh. Menemukan bangunan yang dibangun tahun 1100 an sampai 1700 an? Mudah! Kota ini tua tapi cuantiknyaaaaa keladi, makin menjadi. Bangunan tua yang banyak dialihfungsikan sebagai butik, toko, hotel, restoran, toko souvenir dan lain-lain. Patut dicontoh. Kalau di Indonesia banyak bangunan tua yang nggak terawat; terkelupas, usang, jamuran ... pokoknya rusaklah. Sudah gitu ambruk bahkan, dirobohkan! Serem. Nggak ada bukti sejarah. Semoga artikel dan foto Colmar akan memotivasi Indonesia. Ayo, dong.

Menuju museum Bartholdi (dok.Gana)
Menuju museum Bartholdi (dok.Gana)
Menatap gereja St. Martin (dok. Gana)
Menatap gereja St. Martin (dok. Gana)

Gang mesra (dok.Gana)
Gang mesra (dok.Gana)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun