Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Wichteln, Tukar Menukar Kado Natal ala Jerman

21 Desember 2015   16:35 Diperbarui: 21 Desember 2015   16:36 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa 15 Desember 2015. Itu hari di mana kami biasa senam bersama di kampung. Karena satu minggu lagi natalan, senam diganti adat wichteln.

Wichteln? Itu berasal dari bahasa Jerman yakni tradisi tukar menukar kado natal menjelang natal di Jerman. Biasanya dilakukan di lingkungan sekolah, kursus, kantor, klub, pabrik dan tetangga.

Acara wichteln anak yang nomor satu dan dua diadakan di sekolah. Anak yang ketiga tidak ada karena masih kelas satu. Ia hanya dapat paket isi coklat, sebuah tulisan tentang natal dan gantungan pohon natal berwujud malaikat. Yang memberi guru wali kelas. Teman-temannya juga dapat.

Acara wichteln kami diadakan di sebuah restoran lokal. Janjiannya pukul 19.30. Setelah sekian menit duduk dan menyapa, kami pesan makanan dan minuman. Kira-kira setengah jam kemudian, kami bisa menyantapnya. Usai acara makan, beberapa teman membaca sajak, puisi dan cerita tentang natal. Wahhh saya dapat kado coklat dari klub. Katanya sebagai tukang potret setia. Hahaha ....

Ngobrol sudah, minum sudah, makan sudah. Tak berapa lama, Nikolaus pria berjenggot putih dengan baju serba merah, bertopi dan bermantel kuning itu datang. Ia menyapa kami. Buku besarnya segera dibuka. Kalau saya yang angkat mana kuwattttt?

Oiiii ... ia memanggil kami satu-persatu. Membacakan apa saja kebaikan dan keburukan kami selama setahun ini. Aduhhhh ... A, B, C .... G ... Gana, majuuu! Pfff ... isinya ada sanjungaaaan. Senangnya mendengarkan apa kata Nikolaus. Begitulah, semua teman-teman jadi tahu, tahun depan harus memperbaiki yang mana, gitu kali ya ....


Sampai alfabet A-Z dipanggil. Masing-masing yang dipanggil sudah menerima satu kado yang dipindahtangankan oleh Nikolaus. Kado diambil dari sebuah meja. Sebelumnya, pada awal kedatangan di restoran, kami diminta untuk meletakkannya di sana lalu ditutupi taplak. “Ganaaaaaaa ... kamu ngapain? Lagi bukain kado semua ya ... kok lama bangeeet di bawah taplak“ Begitu kata teman-teman. Haha ... iya, saya letakin kadonya bolak-balik kado lainnya.

Ughh ... akhirnya. Yaaaaakkk ... wichteln!

 

 

Giliran kami memainkan dadu untuk memutar kado yang tadi sudah diterima dan ada di depan meja masing-masing. Ketua klub memutar wekker yang biasa untuk masak di dapur, sebagai pertanda, batas acara berakhir.

Aturan dari klub kami; kalau dadunya menunjukkan 1, kado digeser searah jarum jam. Yang melempar dadu lalu dapat nomor 6, ia boleh menukar kado yang ada di depannya dengan kado mana saja yang disuka. Selain itu, kado tetap di tempat.

Sebenarnya ada juga wichteln dengan cara memutar botol kosong. Ada yang pakai etiket nama dan seterusnya ....

Mata saya bergantian memandangi kado-kado yang wara-wiri di meja. Aihhh ... lucu-lucu hiasannyaaa. Ada yang bungkusnya bagus, ada yang biasa, ada yang jelek. Bagus–jeleknya isi di dalamnya, siapa tahu? Namanya peruntungan. Menurut pengalaman saya tahun-tahun sebelumnya, mengamati kado yang berbungkus bagus isinya “puh“ jelek, justru yang biasa saja ... isinya “wow.“

Nahhhh ... Biasanya, saya dapat yang biasa saja isinya, bukan yang wow. Hahaha ... padahal seringkali diam-diam saya batin “senangnyaaaa melihat keceriaan wajah yang terima kado saya.“ Memang siapa yang ngasih kado adalah sebuah rahasia.

Meski ketua klub sudah wanti-wanti, kado hanya seharga 5€ saja tapi namanya orang lain-lain. Ada yang memiliki cara empati tinggi ada yang nggak. Mengumpamakan kado yang akan dihadiahkan adalah kado yang akan diterima. Kalau isinya jelek masak mau dikado ke orang. Kalau dikado orang isinya jelek nggak mau kan? Yang dilarang adalah memberi kado berisi barang yang sudah dipakai. Membuat orang lain bahagia dengan barang yang belum pernah dipakai, lebih baik. Biasanya saya nggak papa kok, dikasih barang lungsuran sudah dipakai orang, tapinya di tradisi ini barang second ... pamali! Ngomongin soal hadiah, buat saya tanpa hadiah dalam hidup ini pun kalau sudah sehat dan bahagia serta puas/pandai bersyukur ... sudah bagus. Bagaimana? Apa hadiah terindah Kompasianer tahun ini.

Selamat natal bagi Kompasianer yang merayakan. Happy holidays.(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun