Di almari saya di Jerman, ada jimat rambut panjang kira-kira 80 cm, bentuk kepang. Mau dijual di internet cuma dihargai 40€. Kalau warnanya blonde bisa dua kali lipat harganya. Diskriminasi! Ya, sudah disimpan buat dokumentasi diliatin ke anak-anak. Anak-anak saya memang pernah mengidolakan Rapunzel si rambut panjang di atas menara. Biar liat mamanya juga berambut panjang. Bedanya, rambut Rapunzel pirang, rambut saya pirang-pirang alias banyak.
Apa sih manfaat rambut panjang?
Kata orang, terlihat anggun (bukan anggota Ragunan lho).
Kalau panjangnya mencukupi, akan praktis sekali untuk menggelung rambut. Walhasil, bisa mengusir rasa gerah dalam sekejap tanpa karet, tanpa jepit.
Ada lagi. Karena rambut panjang, saya pernah menang lomba Cengengesan Family "How Jadoel You Are". Foto saya yang berambut lebih dari satu meter (melebihi pantat), hampir selutut), jadi juara harapan I atau II, lupa (tapi bukan juara mengharap, lho). Yang 80 cm tadi sudah saya potong dan simpan di almari sebagai kenangan. Kalau gambar rambut panjang disambung rambut simpanan, berapa cm, coba? Dowi banget, panjiangg.
Sayangnya, waktu tiba di Jakarta 27 Agustus 2015 yang lalu, rambut saya yang sepantat, dipotong kependekan sama mbak salon pada tanggal 28 Agustus 2015. Nggak jadi pamer Kompasianer di acara bedah buku “38 Wanita Indonesia Bisa“ di studio Kompasianaaaa. Memang, saya ngantuk waktu di salon Simpang Lima itu, gak perhatiin. Perjalanan Jerman-Indonesia yang melelahkan. Buntutnya, kependekan. Ya sudah, nunggu panjang lagi, tak perlu shampoo metal deh.