Saat berada di Indonesia, masih saja ada opini dari masyarakat (termasuk saya) yang mengatakan bahwa asuransi itu buang-buang uang, klaimnya susah dan entah apa lagi.
Ya, di Indonesia, saya hanya mengenal asuransi kesehatan (ASKES/JAMSOSTEK) baik saat masih diasuh kedua orang tua saya maupun ketika saya bekerja dan mendaftarkan asuransi kesehatan atas nama sendiri. Sangat-sangat bermanfaat.
Ternyata setelah tujuh tahun ini berada di Jerman, saya mengenal beragam asuransi. Wah, biaya hidup Jerman yang tinggi ini tetap membuat warganya sadar akan melindungi diri dan keluarga dengan asuransi. Salut.
Apa saja macam-macam asuransi yang dipilih keluarga kami? Bermanfaatkah?
***
1.Asuransi kesehatan.
Sudah 5 tahun ini kami menjadi nasabah asuransi kesehatan B. Pelayanannya menyenangkan tidak ada masalah. Tapi … tahun demi tahun, kami merasa ada yang aneh, ditagih tambahan sekitar 50-100 euro sebulan (dari 600 euro sebulan yang kami bayarkan untuk 5 orang).
Kini kami berganti asuransi A yang tidak menagih tambahan per bulannya. Senangnya bahwa sejak tahun ini, kamipun tidak ditagih 10 euro (untuk masa periksa 3 bulan) sebagai uang pendaftaran di klinik atau dokter saat periksa diri. Jadi selama 1 tahun atau 12 bulan, bisa saja pasien ditagih 10 euro x4 = 40 euro.
USG menuntut uang tambahan barang 30 euro. Lalu membersihkan karang gigi bisa ditaksir 30-50 euro, bayar ekstra. Untuk kawat gigi, paroh-paroh (1/3 asuransi dan 2/3 pasien).
2.Asuransi hari tua
Laporan depot ini dikirim tiap bulan ke saya dan suami. Ini kabarnya akan diberikan di saat usia pensiun nanti (65?). Besaran perbulannya kira-kira 40-an euro.
3.Asuransi mobil
Tanpa ini, pemilik mobil di wilayah Jerman dilarang untuk mengendarai mobilnya. Mobil harus berhenti, digarasi.
Suatu hari, kami baru saja menjual sebuah mobil. Kami segera melaporkan ke pihak asuransi bahwa mobil berpindah tangan, asuransi dicabut. Alasannya adalah takut jika sudah terbeli dan terjadi kecelakaan, asuransi nanti merasa dirugikan karena yang mengendarai adalah bukan orang yang tercatat sebagai nasabah. Intinya, pihak asuransi hanya mengganti kerusakan dari kecelakaan atau lainnya, asal mobil yang dikendarai sendiri oleh pemiliknya dan bukan oleh anak dibawah umur.
Jumlah pembayarannya lain-lain, tergantung jenis mobil (bensin, diesel), besar-kecilnya, kelasnya dan sebagainya. Bahkan bisa memilih, mau diganti saat menabrak dan ditabrak, atau saat menabrak saja (mengganti yang ditabrak). Biasanya yang dua arah lebih mahalllll, tapi terlindungi sekali.
4.Asuransi rumah
Rumah yang kami beli umurnya sudah 30 tahun. Atapnya terbuat dari kertas aspal. Selain termakan usia, sebuah bencana hujan es batu sebesar bola tenis menambah tingkat keparahan genteng hitam itu.
Karena rumah kami terbuat dari kayu, takut akan merusak rumah lantaran atap bisa jadi bocor kalau bolong dihantam bola es.
Kami mengambil asuransi AL, asuransi yang memang sudah 30 tahun melindungi rumah itu. Naas di tahun kelima itu kami memang harus menggantinya.
Setelah berdiskusi dengan kontraktor reparasi genting, kami disodori 20.000. Waaaaaaa … uang dari mana? Untung ada asuransi, pikir kami. Kami tidak bisa begitu saja happy.
Datanglah seorang petugas dari asuransi untuk memeriksa genteng dan bagian rumah lainnya. Haduh. Lelaki itu mengatakan asuransi menolak membayar uang perbaikan genting penuh. Hanya 2000 euro. Ini karena genting sudah tua.
Suami saya marah. Kalau selama ini membayar 200-an euro sebulan lalu selama lima tahun berlalu memerlukan perlindungan, klaim itu hanya 2000 euro. Kekasih hati saya segera menelpon kantor asuransi pusat. Meminta banding. Akhirnya mendapat 5000 euro. Ya sudahlah, daripada dapat sedikit atau tidak dapat sama sekali?
Akhirnya kami berdua mengerjakan pemasangan genting aspal seluas 300 meter persegi itu sendiri, dibantu 4 orang kawan suami. Genting aspal dibeli dari internet seharga 2000 euro, tangga hidrolik pinjam tetangga dan sisanya untuk makan selama 5 hari untuk yang memperbaiki atap, peralatan seperti palu, paku, lem dan seterusnya.
Nah, kalau tanpa asuransi darimana lagi? Kalau menabung sendiri pasti tidak disiplin. Istilahnya di asuransi rumah ini, menabung di rumah orang lalu diambil (meski tidak bisa semua) hehehe.
5.Asuransi lemari di sekolah
Kedua anak kami ditarik masing-masing satu euro setahun untuk membayar asuransi gantungan atau lemari yang mereka miliki di sekolah dasar.
Saat SMP/SMA, bea asuransi ini lebih tinggi, sekitar 10 euroan.
Biasanya di dalam lemari tersimpan peralatan sekolah, jaket atau pernak-pernik si bocah lainnya.
Tapi perlu saya ingat bahwa jika hilang dan hendak mengklaim, pihak asuransi selalu menanyakan bukti tanda pembelian barang yang hilang. Kalau tidak, ya … hangus! Apes.
6.Asuransi jiwa
Dari kami berlima, hanya suami saya yang menjadi nasabah. Ia pernah mendapatkan uang dari asuransi jiwa sekitar 7000 euro. Ia telah melewati batasan waktu 30 tahun, batas maksimalnya 60 tahun. Alhamdulillah, pada tahun 2007, suami saya masih hidup dan pihak asuransi berkewajiban mengembalikan uang yang selama ini dibayarkan sejak remaja (lupa umur berapa waktu pertama jadi nasabah).
Jika ia meninggal waktu itu, gantinya adalah 10.000 euro sekian. Dalam polisnya, tertulis siapa saja yang berhak menjadi pewaris uang nasabah jika meninggal. Ternyata, ia mengambil sendiri uang tersebut. Setelahnya, ia mendaftar asuransi jiwa lagi hingga usia pensiun nanti. Semoga Allah melindungi.
7.Asuransi anak
Namanya juga anak. Memiliki bocah yang aktif, harus waspada. Kami betul-betul belajar dari pengalaman masa lalu saat baru pindahan ke Jerman. Anak sulung kami menggores mobil tetangga dan ia tidak terdaftar di asuransi anak. Jika saja ia terdaftar, bea ketok magic barang 100 euroan itu pasti diganti asuransi. Tak ada masalah. Untung saja, tetangga memaklumi.
Tahun ini, anak sulung dan kawan-kawan merusakkan pintu sekolah. Bea 500 euro itu dengan enteng kami iyakan, ditanggung asuransi. Bebas.
Selain asuransi tersebut di atas, beberapa kawan dan tetangga memiliki asuransi gigi, asuransi badan (bagian tubuh tertentu), asuransi motor, asuransi anhänger (gerobak aluminium), asuransi rumah mobil dan masih banyak lagi.
***
Memang repot kalau asuransi tersebut diatas diterapkan di Indonesia. Bagaimanapun, saya rasa setidaknya asuransi kesehatan dan asuransi kendaraan tetap dibutuhkan masyarakat kita mengingat banyaknya penyakit dan kecelakaan yang selalu mengancam tiap orang.
Salam sehat dan bahagia. Ya,ya,ya. Asuransi terbukti bisa melindungi diri dan keluarga kita. Kalau tidak sekarang mulai dipikirkan dan dimiliki, kapan lagi?(G76).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI