Anak-anak sudah tidur, bersama suami, saya rebahkan diri di kasur sembari melihat TV.Nikmatnyaaaa ....
Di layar kaca, ada liputan luxus menarik tentang kasur termahal di dunia. Ya ampuuuun, 60.000€ atau kira-kira 900 juta rupiah! Kasur apaan, tuuuuhhh? Adakah emas dan berlian sebagai aksennya? Atau isinya bukan kapuk atau bulu-bulu melainkan duit?
Oh ya. Kasur di daerah kami di Tuttlingen yang terkenal dihasilkan dari Denmark. Ternyata kasur itu bukan dari Denmark tapi dari Swedia, negeri sebelahnya.
Semakin penasaran karena saya salah tebak. Saya amati dokumentasinya, bagaimana cara membuat satu buah kasur termahal itu.
Ah, sepintas, memang biasa-biasa saja tampilan si kasur berwarna biru putih motif kotak-kotak itu tetapi ketika mengetahui lapisan-lapisan yang ada di dalamnya dan begitu ribet dan telitinya mereka mengerjakan, saya ikut manggut-manggut.
Rambut yang digunakan adalah rambut khusus yang mampu memberi pernafasan pada kasur. Rössern namanya (rambut kudakah????). Warnanya hitam, mengembang. Nantinya dilapisi dengan kain katun dan dijahit dengan jarum raksasa. Manual! Pertama, ditentukan titik-titiknya dengan jarum pentul. Lalu jarum jahitnya ditusukkan dari atas oleh seseorang dan disambut seseorang yang lain di bawah lalu kembali lagi ke atas dan diberi ndol-ndol bulat untuk diikat demi menahan jahitan di permukaan kasur. Jumlahnya ada 1800 jahitan. Berikutnya, mesin jahit elektrik akan membantu proses menghubungkan titik-titik tadi agar lebih rapi.
Seru. Dalam tes uji coba, sang reporter meletakkan segelas anggur merah di tengah-tengah. Iapun menggoyangkan sekitar gelas, gelas itu tidak bergerak! Artinya bahwa di setiap sekian cm kasur, ada per khusus yang dipasang. Per juga dibalut kain katun yang memiliki lubang untuk jalan bernafas ketika memantul saat ditekan. Pantulannya memang individual. Kalau kepala bergerak belum tentu bagian leher merasakannya, istilahnya seperti begitulah, sensi. Kasur yang mengikuti lekuk tubuh bukan sebalikyna. Mungkin prinsipnya agak mirip dengan kasur air yang pernah saya coba tapi gak jadi beli karena gak kuat bayar. Mentul-mentul seperti sunduk manten, haha.
Selain per itu, ada kawat khusus yang dipasang diseluruh permukaan kasur (yang 2 tingkat) ini. Oh, kawat ini mengingatkan saya pada kawat yang dipasang di sekitar penjara atau di KZ. Hanya saja kawat itu tidak berduri.
Wah ... tak heran kalau untuk menyelesaikan kasur dengan berat 300 kg dan tinggi 71 cm ini butuh 140-160 jam kerja dengan setidaknya 5 orang pekerja seperti yang saya lihat di TV. Human resource di Eropa memang mahal, barangkali ini juga satu faktor mengapa kasur ini sangat mahal (bukan hanya dari bahannya). Garansinyapun tak hanya 1-2 tahun saja seperti kebanyakan produk pabrikan, tidak tanggung-tanggung ... 25 tahun!
[caption id="attachment_396078" align="aligncenter" width="534" caption="Kasur termahal di dunia punya Angelina Jolie (dok.genuss.de)"][/caption]
****
Itu tadi kasur berdipan termahal di dunia. Bagaimana dengan kasur Kompasianer?
Saya ingat sekali waktu pindah ke Jerman suami saya bilang:
“Aku ingin kamu betah di Jerman. Biar tidurmu nyenyak, aku akan buatkan dipan khusus untuk kita ... kasurnya beli saja; satunya keras untukku yang berbadan besar, yang empuk untukmu yang berbadan kecil!“ Begitu katanya waktu itu. Saya geleng-geleng kepala. Kok susah-susah amaaaat, membeli dia kuat kok. Ini mau bikin sendiriiiiii. Repot kan, ya? Tapi begitulah suami saya, kalau sudah punya keinginan harus terwujud. Ngedrel ping satus. Akhirnya, kejadian, saya sedikit bantu-bantu. Dipan itu akhirnya selesai. Dipan yang kami tiduri dan rindukan setiap hari. Kalau sudah merebah, malas banguuuun. Jadinya kalau sedang bepergian jauh dan kembali ke rumah, benar-benar home sweet home. “Kasuuuurrrr ... aku dataaaang.“ Ahhhhh ... lega. Kasur kami selalu dirindukan by him and me.
Ternyata, kepuasan itu ada karena kasur di atas dipan yang dibuat sendiri dengan tangan suami saya! Kasurnya memang beli tapi tak mahal-mahal amat. Yang terpenting ... hati dan pikiran kami memang biasanya berbunga-bunga, senang dan tenang sebelum berangkat tidur. Istirahat betulan; raga dan jiwa.
Baiklah ....
Kompasianer tak usah iri bahwa orang-orang seperti Angelina Jolie dan Gwen Stefanie (yang kondang dengan “Don’t speak“) adalah konsumen kasur ini. Kasur yang di seluruh dunia, hanya diproduksi sebanyak 200 buah saja. Kalau saja Kompasianer harus bela-belain beli kasur ini sampai ngutang bahkan korupsi, malah tidak bisa tidur kan? Mikirrr.
So, menurut saya, kasur termahal di dunia itu tidak harus dimiliki. Yang paling utama adalah pakai kasur yang ada di rumah, tak perlu mewah-mewah amat, asal hati dan pikiran sedang OK, no problem. Coba saja kalau hati sedang tidak tentram, sedang sedih atau ada masalah lain lalu tidur di kasur mahal dan bagus di manapun, dari manapun punya siapapun, mata tak bakalan bisa dipejamkan atau tak bisa pulas terlelap tidurnya kaaaan? Salah-salah malah bisa mimpi horor ketemu wewe Gombel! Serem.
Selamat menikmati kasur pribadi impian di rumah Kompasianer. Saya tidak mau kimpen-kimpen, mimpi memiliki kasur “Vividus“ termahal di dunia ini. Uangnya (kalau ada) bisa untuk keperluan yang lebih bermanfaat. Kasur yang sudah ada cukup sudah. Selamat sore. (G76)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI