Mohon tunggu...
Gagan
Gagan Mohon Tunggu... -

Orang gila yang tak lupa kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berdamai dengan Sepi

15 Januari 2017   00:16 Diperbarui: 15 Januari 2017   01:21 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: joemonster.org

Aku pernah membunuh sepi. Kubenamkan ia di dalam kawah panas hingar-bingar. Kemudian oleh waktu aku dihukum di penjara ketakutan pada keramaian.

Sekarang aku telah berdamai dengan sepi. Kami sering bermain bersama walau sesekali muncul kebencian karena sepi seringkali mengajak membunuh karunia kecerian. Tak kutunjukkan rasa itu demi kehidupan.

Kupikir perlu sesekali jadi orang munafik saat bersama sepi. Berteman dengannya secara total. Seolah menjadi dirinya di kedalaman luka dan duka, namun tanpa sepengetahuannya aku juga berhubungan dengan sukacita. Ini kulakukan agar sepi tak merasa terbuang sebagai bagian ruang dan waktu. Selain itu aku ingin, ia memiliki teman saat menghadapi hening.

Tahukah kau? Sepi paling takut pada hening. Oleh hening sepi seringkali dipaksa belajar tentang aneka warna kehidupan. Sementara bagi sepi, kehidupan seringkali tak punya arti apapun. Itulah kenapa hening kuatir sepi menghancurkan dirinya di ruang putus asa.

Akupun tak ingin tiba-tiba sepi berlaku begitu. Marah pada kecerdasan, dan menghancurkan semua pemilik kedamaian.

Kini aku berteman dengan banyak turunan sepi. Inilah cara menebus kesalahan dan menjaga relasi masa lalu, sekaligus memperkuat relasi masa kini.
______

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun